Suasana pilu di rumah duka sulit untuk dilukiskan dengan kata-kata. Mama tersayang Viko menangis hingga tak tersisa airmata lagi. Matanya bengkak kemerahan, sayu tiada cahaya setitik pun. Siapa pun yang menatapnya, pasti ikut merasakan kehilangan yang begitu sakit oleh seorang ibu.
Begitu banyak kenangan bersama anak kesayangannya itu melintas silih berganti di benaknya. Puluhan tahun hidup bersama, mulai dari mengandungnya, melahirkannya, menyusuinya, merawatnya, hingga membesarkannya. Entah sudah berapa ribu kali menyuapinya makan, memandikannya, mengajarinya melangkah setapak demi setapak, sampai mampu berlari sambil memanggil namanya......
"Mama...Mama....aku ranking satu, Ma!"
Teriak Viko dari kejauhan sambil berlari kecil menuju ke rumahnya. Mama sudah menunggunya di teras sambil merajut.
"Ini rapor Viko, Ma! Viko juga dapat bingkisan dan piagam dari sekolah!"
"Wahhh...anak mama memang hebat! Ayo, kita makan dulu! Mama sudah masakkan sayur kesukaanmu!"
"Pasti lempah darat, ya, Ma?"
"Iya, dong! Tapi lempah darat kali ini sangat istimewa. Kamu pasti menyukainya!"
"Asyikkk.... Makasih Mama! Tapi Viko mau disuapin sama Mama!"
'Lahh...Viko kan sudah besar!"
"Biarinnn....! Anggap aja hadiah ranking satunya!"