Cuma satu kata "SIAP" yang terucap. Tanpa ada banyak bertanya dan basa-basi. Seorang Praja Muda Karana sejati!
Hanya dengan berkendaraan roda dua, Holidin melewati jalan berliku sejauh 100 Km lebih menuju Pangkal Pinang. Perjalanan selama dua jam lebih itu diterabas seorang diri menembus dinginnya malam yang gulita dan melewati banyak hutan yang masih lebat. Kondisi jalan Desa Fajar Indah, Kecamatan Pulau Besar, menuju ke Pangkal Pinang bukanlah jalan yang mulus, namun cukup bergelombang dengan lubang di mana-mana. Â Jalan yang sempit, rusak, dan tiada penerangan yang memadai, membuat laju motor butut Holidin tidak bisa kencang. Â Harus super hati-hati melewati ruas jalan yang penuh tantangan itu.
Sementara itu, Holidin masih tidak tahu apa tujuannya dipanggil oleh Kak Hengky demikian mendesak. Ia hanya tahu bahwa seorang pramuka WAJIB mendarmakan baktinya karena dalam darahnya mengalir deras Dasa Dharma.
Jarum jam dinding baru beranjak melewati jam 12 tengah malam. Holidin tiba di Pangkal Pinang. Sesuai arahan Kak Hengky, dia bergerak menuju Rumah Sakit Bakti Wara di jalan Sungai Selan.
"Kita harus membawa pulang jenazah saudara kita ke Pongok. Kamu bawa mobil pick up untuk mengangkut teman-temannya nanti. Kakak ikut mobil ambulance."
"Siap, Kak!"
Mereka mulai melaju pulang ke Toboali sejak pukul 2 dini hari. Jarak 125 Km ditempuh dalam keheningan, tiada senda gurau, tiada gelak tawa, dan tiada kata. Semua membayangkan apa kira-kira yang ingin disampaikan kepada kedua orang tua Viko nantinya. Dan, bagaimana perasaan mereka saat menyambut anaknya yang sudah tidak bisa mengucap salam. Membayangkannya saja sudah membuat air mata menetes di setiap pelupuk mata sahabat-sahabatnya itu.
Setibanya di Pelabuhan Sadai, suasana masih gelap. Permasalahan berikutnya pun mesti dihadapi.
"Selamat pagi, Pak! Bisa antar kami ke Pongok?"
"Oh, bisa. Berapa orang yang akan berangkat ?"
"Sekitar 18 orang, Pak. Dan seorang jenazah."