Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar dari Sepotong Legenda

8 Februari 2016   11:04 Diperbarui: 8 Februari 2016   12:14 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Walapun pada masa dahulu  belum ada radio dan televisi,apalagi internetan yang masih dianggap miliknya para dewa di Kahyangan,namun berita tentang Pembesar menyelidikan gajah, sampai kekampung kampung, berkat adanya: ”radio lutut”. Yakni berita yang disampaikan dengan cara estafet.

Ditunggu Rakyat

Pulangnya Para Pembesar kedaeraha masing masing, ternyata  sudah ditunggu oleh rakyat daerahnya, walaupun sudah jauh tengah malam. Tidak sabaran ini mengetahui, bagaimana bentuk dan rupa gajah .

Dengan semangat dan penuh keyakinan diri, setiap Pejabat Kerajaan, mulai berpidato. Mengumumkan pendapat mereka tentang gajah dan disambut dengan meriah oleh rakyatnya.

Rakyat  bangga, bahwa Pembesar yang berasal dari daerahnya, ternyata tahu lebih dulu tentang gajah.

Tengah malam itu juga, berita tentang Gajah ,meluas hingga keseluruh pelosok negeri, Semua penduduk bergadang ,karena sangat antusias tentang sesuatu berita baru.

Sumber Malapetaka

Namun karena keempat Pembesar Kerajaan tadi menceritakan tentang gajah, dari sudut pandang yang berbeda, maka harapan Maharaja untuk mencerdaskan bangsanya, justru  menciptakan huru hara dan mendatangkan petaka bagi negeri yang tadinya aman dan tentram.

Rakyat  dari setiap daerah sangat yakin, karena kepala daerah mereka berani bersumpah,bahwa apa yang mereka katakan adalah sebuah kebenaran. Sehingga saling berargumentasi  tidak dapat terelakkan lagi.

Tentang bagaimana bentuk dan rupa gajah,sesuai dengan penjelasan dari para pembesar mereka.

Akibat mempertahankan: ”Kebenaran “ yang disampaikan Pejabat di daerah mereka, melawan: ” Kejujuran “ yang diceritakan oleh Pejabat di daerah lainnya,maka tawuran diantara penduduk tidak dapat dielakkan lagi,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun