Pada masa itu belum ada lampu, sangat gelap gulita. Para pembesar memerintahkan supaya segera dinyalakan obor. Tetapi dicegah oleh pawang gajah dan mengingatkan, bahwa gajah sangat sensitif. Jika kaget dengan nyala obor, mereka akan mengamuk dan tidak seorangpun dapat menahan, bila gajah mengamuk.
Alasan ini masuk akal, maka para Pembesar Kerajaan membatalkan perintah untuk menyalakan obor. Dan tentu semua orang bawahannya patuh, apa saja yang diperintahkan atasan mereka.
Meraba Raba
Maka cara satu satunya untuk mengetahui tentang gajah,adalah dengan meraba raba. Berhubung, semua Pembesar, ingin menjadi orang pertama, yang tahu tentang gajah. Oleh karena itu dengan mengilangkan rasa malu atau entah memang sudah tidak tidak memilikinya lagai .maka Para Pembesar Kerajaan ini berebutan untuk meraba raba sang gajah.
Namun, yang namanya kandang gajah, tentu dibangun kokoh dengan menempatkan sebanyak mungkin tiang penyanggah. Terhalang dengan balok balok kandang, maka para pejabat hanya dapat memegang bagian bagian dari tubuh gajah tersebut.
Ada memegang kaki gajah dan berteriak dalam hati: ” Ternyata benar, gajah itu besar seperti tiang istana.”
Pembesar Kedua ketika meraba raba, kebagian memegang gading gajah. Dalam hati ia mengomel: ” Hm ternyata gajah itu tidak besar, hanya keras saja
Pembesar ketiga, tiba tiba bersorak dalam hatinya: "Luar biasa,ternyata gajah itu seperti balon raksasa,karena ia dapat meraba perut gajah,''
Sedangkan Pembesar keempat, justru sumpah serapah dalam hatinya: ”Ternyata semua berita Hoax, , apanya yang besar? Katanya dalam hati,sambil memegang ekor sang gajah.''
Keempat Pembesar Sudah Siap Siap untuk Berkampanye. Karena yakin sudah memiliki ilmu pengetahuan yang cukup tentang gajah. Maka dengan hati dan langkah yang sangat mantap
ke empat Pembesar Kerajaan ini kembali ke daerah kekuasaan mereka masing masing.