Walapun pada masa dahulu belum ada radio dan televisi,apalagi internetan yang masih dianggap miliknya para dewa di Kahyangan,namun berita tentang Pembesar menyelidikan gajah, sampai kekampung kampung, berkat adanya: ”radio lutut”. Yakni berita yang disampaikan dengan cara estafet.
Ditunggu Rakyat
Pulangnya Para Pembesar kedaeraha masing masing, ternyata sudah ditunggu oleh rakyat daerahnya, walaupun sudah jauh tengah malam. Tidak sabaran ini mengetahui, bagaimana bentuk dan rupa gajah .
Dengan semangat dan penuh keyakinan diri, setiap Pejabat Kerajaan, mulai berpidato. Mengumumkan pendapat mereka tentang gajah dan disambut dengan meriah oleh rakyatnya.
Rakyat bangga, bahwa Pembesar yang berasal dari daerahnya, ternyata tahu lebih dulu tentang gajah.
Tengah malam itu juga, berita tentang Gajah ,meluas hingga keseluruh pelosok negeri, Semua penduduk bergadang ,karena sangat antusias tentang sesuatu berita baru.
Sumber Malapetaka
Namun karena keempat Pembesar Kerajaan tadi menceritakan tentang gajah, dari sudut pandang yang berbeda, maka harapan Maharaja untuk mencerdaskan bangsanya, justru menciptakan huru hara dan mendatangkan petaka bagi negeri yang tadinya aman dan tentram.
Rakyat dari setiap daerah sangat yakin, karena kepala daerah mereka berani bersumpah,bahwa apa yang mereka katakan adalah sebuah kebenaran. Sehingga saling berargumentasi tidak dapat terelakkan lagi.
Tentang bagaimana bentuk dan rupa gajah,sesuai dengan penjelasan dari para pembesar mereka.
Akibat mempertahankan: ”Kebenaran “ yang disampaikan Pejabat di daerah mereka, melawan: ” Kejujuran “ yang diceritakan oleh Pejabat di daerah lainnya,maka tawuran diantara penduduk tidak dapat dielakkan lagi,