Meluapkan marah ialah saru (tidak sopan). perilaku among rasa (menjaga perasaan) sangat krusial terutama dalam menjaga perasaan orang lain (Hadiwijaya, 2010: 23). Semar artinya pengajar dari pandawa yang tampak berwujud buruk  tetapi beliau adalah simbol kebaikan. Sosok ini memiliki kesaktian, kedalaman ilmu serta kearifan jiwa. Beberapa sebutan lain semar artinya saronsari, Ki lurah badranaya, Semar badranaya, nayantaka, puntaprasanta, janggan asmarasanta, bojogati, wong boga sampir dan ismaya menurut (Notopertomo & Jatirahayu, 2012). Pemunculan tokoh Semar dalam pewayangan memuat banyak makna serta ajaran perihal hidup serta kehidupan, termasuk pada dalamnya perihal ajaran menjadi manusia atau pemimpin yg baik.
Berdasarkan hasil studi literatur Setyaputri (2015) menyimpulkan beberapa ciri yang menarik dari diri Semar sebagai berikut.
- Badannya yang bulat merupakan simbol dari bumi, rumah bagi umat insan dan makhluk lainnya.
- Tangan kanannya ke atas dan tangan kirinya ke belakang. Artinya ialah sebagai sosok tokoh semar yang hendak berkata simbol Sang Maha Tunggal. Sedangkan tangan kirinya berarti berserah penuh serta simbol keilmuan yang netral namun bersimpatik.
- Wajah Semar selalu tersenyum, namun matanya sembab. Hal ini merupakan simbol senang dan sedih.
- Wajahnya yang tua namun potongan rambutnya bermodel kuncung seperti anak kecil, menggambarkan simbol tua dan belia.
- Semar berkelamin laki-laki, akan tetapi mempunyai payudara layaknya perempuan, menggambarkan simbol laki-laki dan perempuan.
- Ia adalah penjelmaan dari dewa namun hidup sebagai rakyat tingkat bawah dan posturnya yang terlihat berdiri dan jongkok, menggambarkan simbol atasan dan bawahan, bersatunya yang profan dan yang sakral, manunggaling kawula lan gusti.
- Rambut semar "kuncung" (jarwadasa=pribahasa dalam jawa kuno) artinya yaitu hendak mengatakan akuning sang kuncung, sebagai kepribadian pelayan. Semar sebagai pelayan yang melayani umat, tanpa berharap imbalan untuk melaksanakan ibadah sesuai dengan sabda Yang Maha Kuasa.
- Semar berjalan menghadap ke atas yang berarti dalam perjalanan anak insan sebagai perwujudannya ia memberikan teladan atau panutan agar selalu memandang ke atas (Sang Kuasa).
- Kain Batik Kawung yang dipakai Semar mendeskripsikan sebagai seorang pemimpin yang dapat mengendalikan hawa nafsu serta menjaga hati supaya menimbulkan rasa keseimbangan (adil) dalam tindakan dan sifat kehidupan setiap insan.
- Kentut Semar merupakan tanda kekuatan atau sebagai senapan yang ada pada diri setiap insan, yang bersumber langsung dari pribadi insan itu sendiri dan bukan sesuatu yang diciptakan orang lain untuk melindungi dirinya. Berdasarkan kajian teoretik, kentut Semar ini merupakan wujud dari suara rakyat yang dapat diserukan kepada para pemimpin. Namun, dapat disimpulkan sebagai potensi diri individu yang bersumber langsung dari dalam diri, dimana potensi diri ini dapat digunakan sebagai "senjata" untuk mengatasi permsalahan hidup.
- Ucapan spesial Semar yaitu mbergegeg ugeg-ugeg, hmel-hmel, sak ndulit langgeng yang dapat dimaknai daripada diam (mbergegeg), lebih baik berusaha untuk lepas (ugeg-ugeg) dan mencari makan (hmel-hmel), walaupun hasilnya sedikit (sak ndulit), tapi akan terasa abadi (langgeng) (Hermawan, 2013).
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat diketahui bahwa terdapat beberapa ajaran budi pekerti yang berasal dari sosok Semar. Ajaran budi pekerti yang dapat diambil dari ciri khas Semar tersebut antara lain:
- Selalu sadar, bersyukur dan melaksanakan perintah Tuhan Yang Maha Esa.
- Dalam kehidupan ada kalanya melakukan hal yang dapat berguna atau bermanfaat untuk orang-orang disekitar kita.
- Jangan menilai seseorang melalui fisiknya, yang tampak kurang menarik atau jahat belum tentu jahat, dan yang tampak polos nan baik belum tentu sebenarnya baik bisa jadi dia adalah manipulator yang handal.
- Jangan mudah terpesona akan sesuatu, jangan mudah putus asa, dan jangan lemah dalam menghadapi kehidupan.
- Jangan terlalu bangga terhadap kemampuan diri sebab di atas langit masih ada langit. Seseorang yang sombong akan kekuasaan membuat ia lupa bahwa ada seseorang yang jauh lebih berkuasa daripada dirinya.
- Menjadi pribadi yang setia, tulus dan ikhlas dalam pengabdian baik kepada suatu instansi ataupun orang tua.
- Berwibawalah tanpa mengandalkan kekuasaan atau kekayaan yang kita miliki.
- Menanamkan dalam pikiran bahwa semua derajat setiap orang adalah sama.
- Menciptakan perilaku yang adil dan tidak memihak siapapun dalam masalah yang cukup serius.
- Senantiasa berupaya untuk memperdalam dan meningkatkan potensi diri jangan mengandalkan orang lain dalam hidup karena yang dapat menolong kita tentu hanyalah diri sendiri.
- Terus bekerja keras dan pantang menyerah dalam menjalani ujian dalam hidup.
Berdasarkan teori Suyanto (2013) mengatakan bahwa tokoh-tokoh dalam pertunjukan wayang pada umumnya mengandung norma-norma budi pekerti,namun juga terdapat tokoh-tokoh yang secara spesifik memberikan pendidikan budi pekerti. Selain itu menurut teori Maharsi (1999:1) mengemukakan bahwa seseorang yang menonton persembahan wayang bukan hanya sekedar untuk mencari hiburan dimasa penat, karena pertunjukan wayang mengandung norma-norma ritual yang sangat dalam dan dapat diwujudkan dalam kehidupan, yang merupakan media bagi orang Jawa untuk berkomunikasi dengan kehidupannya. Menurut teori dari dua ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pertunjukan wayang sangat bermanfaat dan sangat menggambarkan kehidupan manusia pada setiap zaman, serta karakter wayang juga sangat mendeskripsikan karakter-karakter dari setiap manusia, salah satunya yaitu karakter Semar yang dimana ia adalah seorang pemimpin yang baik. Hal ini tentu sangat berhubungan dengan masalah upaya pencegahan korupsi di Indonesia karena setiap adanya masalah yang terjadi di suatu negara diperlukan suatu pemimpin yang bijak.
Menurut filosofi kepemimpinan dari karakter Semar, yaitu:
- Asal-Usul Semar
Keturunan yang kuasa namun tidak pernah sombong atas keturunan dan asal-usulnya. Beliau justru memilih peran menjadi manusia kelas bawah, namun tetap berwibawa semestinya kelas atas.
- Kuncung Putih
Kuncung umumnya untuk anak anak, rona putih menjadi wujud orang tua. seseorang pemimpin harusnya tua (luas serta dalam) pandangan serta pikirannya, tetapi bijaksana dalam memberikan pandangan tuanya itu. Pemimpin wajib  selalu bijaksana pada semua golongan masyarakat baik golongan tua, belia bahkan anak-anak.
- Muka tengadah
Pandangan selalu jauh kedepan, jikalau berjalan Semar memandang keatas menjadi simbol bahwa seseorang pemimpin harus mempunyai optimisme yang tinggi, jangan takut akan kegagalan serta kesadaran akan adanya kekuatan yang menentukan dari Sang Kuasa sehingga harus selalu mengingat dan memohon petunjuknya.
- Mata dan Bibir
Mata Semar seperti menangis namun bibirnya nampak terus tersenyum, itu artinya seseorang pemimpin harus selalu memberikan perhatian pada rakyatnya, mudah berempati terhadap kemalangan yang sedang ditimpa rakyatnya. seorang pemimpin harus selalu tampil tersenyum, guna memberikan penyejuk dan menghibur rakyatnya yang sedang kesusahan, tidak menampakkan kekhawatiran serta kecemasan dalam hatinya, walaupun nyatanya ia sedang gundah. Seseorang pemimpin harus melihat dari dua kondisi, yaitu dari sudut pandang masyarakat dan sudut pandang kekuasaan. Mulut yang sangat tipis juga bisa dipahami bahwa pemimpin haruslah pintar serta cakap dalam berbicara, pintar memberikan inspirasi serta gagasannya.
- Hidung yang Membulat Kecil namun Tidak Pesek (Sunthi)
Seorang pemimpin harus tajam akan indera penciumannya, yang artinya seorang pemimpin mampu mengetahui aneka macam tanda-tanda serta duduk perkara yang dihadapi oleh rakyatnya.
- Kuping Semar
Semar memakai anting ombok abang (cabai merah) memberikan sudut pandang bahwa seorang pemimpin harus selalu siap mendengarkan dan menerima seluruh keluh kesah rakyatnya, menerima saran serta kritik berasal siapapun, dan siap mendapatkan kritikan setajam apapun (tak anti kritik).
- Badan Bunder Seser (Ngropoh)