Bojan terkesiap, namun mengikuti semua permintaan istrinya. Setelah membuka pakaian dan menyisakan celana dalam, Djana menurunkan pistolnya.Â
"Apa-apaan ini?" tanya Bojan.Â
Djana menarik suaminya dan menceritakan tentang bunker tersebut. Bojan terpana.
"Bunker itu sangat jauh dari lokasi kita, Djana. Bagaimana mungkin Petro mencapainya?" sanggah Bojan masih mencoba mencari titik mustahil.
"Rein saksinya! Yang terjadi pada ternak kita adalah misteri. Tapi itu bukan perbuatan serigala. Itu ...."Â
Teriakan Rein menghentikan debat mereka. Bojan meraih senapan kembali dan istrinya mengikuti dari belakang.
"Sembunyi, Katya!" pesan ibunya.Â
Katya gugup dan berbalik lari menuju dapur. Ia masuk ke lemari penyimpanan minuman ayahnya yang cukup besar. Tangan meraih pisau dapur dan segera bersembunyi serta mengunci lemari dari dalam.Â
Katya masih bisa melihat luar melalui celah papan kayu mahoni yang tebal. Tubuhnya menggigil saat mendengar tembakan juga teriakan ayah serta ibunya. Suasana kemudian senyap.Â
Katya membekap mulutnya kuat-kuat menahan isakan. Malam itu cukup dingin dan beku. Namun Katya merasakan bulir keringat mengalir di punggungnya. Beberapa menit berlalu. Katya tidak mendengar suara apa pun.Â
Keheningan melanda. Ketika tangannya menyentuh gerendel untuk membuka, sosok yang ia kenal muncul dan berjalan dengan cara aneh. Petro! Mulutnya penuh dengan darah sementara lidahnya terjulur panjang seperti ular.Â