Tidak mungkin Petro kabur bersama para pemuda berandalan. Walaupun termasuk tinggi untuk anak seusianya, namun Petro masih dianggap anak kecil oleh mereka. Seketika Katya teringat akan kepergian Petro ke bunker. Mungkinkah dia berada di sana? Katya ingin menyampaikan pada ibunya namun ragu. Rein menguap beberapa kali dan akhirnya gadis itu memutuskan untuk masuk dan menemani adiknya tidur.
***
Katya terjaga dan menajamkan pendengaran. Suara tembakan itu terdengar dengan jelas walau jauh. Rein masih pulas.Â
Katya beringsut bangun dan menyambar jubah panjangnya  buru-buru. Begitu keluar, pintu ruang tamu sudah terbuka. Hati Katya berdebar kencang. Apa yang terjadi? Rasa penasaran mengalahkan takutnya.Â
Tangannya mengambil lampu minyak yang tergantung di teras dan berjalan menuju samping rumah. Katya mendengar suara ibunya dari arah kandang domba. Katya melangkah cepat.Â
"Bojan, kita harus cari bantuan!" seru ibunya.
"Aku pikir peluruku berhasil melukai keparat itu," sahut ayahnya.
"Mama! Papa!" panggil Katya. Djana keluar dari kandang dan heran melihat putrinya keluar.
"Kenapa, Kat?"
"Aku dengar suara tembakan, Mama."
"Kami pikir suara ayam ribut karena musang. Tapi setelah memeriksa, ternyata ada empat domba sudah mati dengan kondisi yang sama," terang ibunya seraya menggandeng tangan Katya untuk kembali ke rumah.