"Maksud Mama, apakah Petro berubah menjadi makhluk itu?" tanya Katya gemetar.
"Entahlah, Kat. Entahlah ...," jawab Djana tergagap.Â
Membayangkan putranya berubah menjadi sosok yang mengerikan seperti malam itu. Djana merasakan mimpi buruknya telah kembali.Â
Bunker itu satu-satunya yang dibangun masa dulu.Â
Tempat untuk menyimpan senjata dan markas mereka. Djana tidak pernah mengingat di mana letak bunker tersebut. Lahan yang mereka buka tidak menimbulkan kenangan sedikit pun padanya karena kondisinya sangat jauh berbeda.Â
"Apakah papa akan baik-baik saja?" tanya Katya setengah berbisik. Djana meminta Katya mendekat dan kemudian mencium rambut anaknya dalam-dalam.
"Semoga. Berdoalah terus," jawab Djana.Â
Entah berapa jam keduanya berdiam menunggu, hingga akhirnya suara truk terdengar di luar. Katya segera bangkit.
"Jangan dibuka dulu!" seru ibunya. Katya urung bergerak.
"Papa datang, Mama," balas Katya heran.
"Tunggu dulu," tahan Djana. Bojan mengetuk dan berteriak dengan suara biasa. Djana membuka pintu sembari mengacungkan senjata.
"Buka bajumu!" todong ibunya tegas.Â