"Oke. Berarti kalo aku bikin lagi, harus kasih hadiah cium pipi, dong!" goda Liana.Â
Senyum Alta mendadak hilang. Gadis itu menundukkan kepala dalam-dalam. Liana tampak kecewa. Alta masih belum mau menerimanya. Padahal, ia bersama-sama dengan Alta hampir sepanjang waktu.Â
Helaan napas berat terdengar. Liana tersenyum kikuk dan meninggalkan kamar putri asuhnya dengan langkah gontai.Â
'Biarlah. Mungkin dia selalu menghadapi ibu asuh yang jahat. Aku harus bersabar,' ucap Liana--membatin, kembali menghibur diri.Â
Ketika ia sedang mengaduk puding di atas kompor, mendadak roknya ditarik dari belakang. Liana tersentak. Alta berdiri di belakangnya dan mengulurkan selembar kertas bergambar. Liana menerimanya dengan heran, kemudian Alta berlari meninggalkan dirinya kembali.Â
Liana mematikan kompor dan menatap kertas tersebut. Ada gambar seorang perempuan dengan baju biru, mungkin itu dirinya, dan di bawah ada gambar hati.Â
Liana tersedu.Â
'Inikah cara Alta mengungkapkan cintanya untukku?'Â batin Liana dengan haru.Â
Air matanya berlinang tak tertahankan lagi. Ada pijar semangat yang meletup dalam dirinya. Wanita itu bertekad untuk mencintai dan menerima Alta dengan cara apa pun, walaupun ganjil dan aneh!Â
***
Ratna mengangsurkan rangkuman dari data Alta yang ia ketahui. Wajahnya terlihat pucat dan sendu.Â