"Wah! Gambar siapa ini?" tanya Dion melihat selembar kertas tertempel di pintu atas kulkas. Liana tersenyum bangga.
"Surat cinta Alta buat aku," pamer Liana dan membuat Dion tertawa. Ia merengkuh tubuh istrinya serta mengecup pipi Liana dengan lembut.Â
"Akhirnya, dia mulai membuka diri," bisik Dion dengan lega dan penuh syukur. Liana mengeratkan pelukan suaminya dan tersenyum senang.
"Dia putri kecil kita," imbuh Liana.Â
Hati keduanya sangat gembira dan optimis. Mungkin ini waktu bagi mereka untuk mulai mengakrabkan diri dan menjadi keluarga utuh.
***
Rasa haus yang mencekat tenggorokan membuat Liana bangun dan turun ke bawah untuk mengambil botol mineral. Dion telah menghabiskan persediaan minum yang Liana bawa ke atas tadi.Â
Sekilas, Liana melirik ke pintu kamar Alta yang terletak paling ujung dan tampak tertutup rapat. Tidak ada suara dan dirinya berharap Alta sudah membaik.
Setelah mengambil dua botol air untuk mereka, Liana kembali menaiki anak tangga menuju kamarnya di lantai atas.Â
Begitu menginjak anak tangga terakhir, ia mendengar suara Alta seperti sedang berbisik dan bicara dengan seseorang. Liana menajamkan pendengarannya dengan baik. Karena penasaran, ia mendekatkan telinganya di pintu Alta.
"Aku mohon, jangan sakiti mereka. Jangan sakiti mama dan papaku."Â