Liana bagaikan tersambar petir. Tubuhnya dingin dan bulu kuduknya meremang. Dengan siapa Alta bicara?
"Enggak, Alta janji akan tetap sayang. Jangan ...."Â
Alta mulai terisak. Hati Liana berdebar. Siapa yang ingin menyakiti Alta? Dengan wajah pucat, ia mendorong pintu dan membukanya.
"Alta!" seru Liana.Â
Dia bersumpah, sempat melihat bayangan hitam melesat ke arah jendela lalu lenyap. Alta sedang duduk di atas tempat tidur dan menangis. Liana memeluk Alta segera dan mengusap punggungnya yang basah oleh keringat.
"Kamu kenapa, Nak? Mimpi buruk?" tanya Liana cemas.Â
Sosok yang tadi ia lihat tidak dipedulikan lagi. Baginya yang terpenting saat ini adalah Alta. Alta yang tadinya memeluk Liana, mengurai pelukan dan mendorong dirinya supaya menjauh.
"Nggak apa-apa," bisiknya lirih di tengah sesegukan.Â
Liana melorot ke lantai sementara Alta terus mencoba berhenti menangis. Liana akhirnya tersedu.
"Kamu kenapa, Al? Bicara, Nak. Supaya kami tahu, siapa yang sudah jahat sama Alta?" pinta Liana dengan putus asa. Mata Alta menatap Liana dengan ekspresi duka dan sesal yang mendalam.Â
'Anak sekecil ini, sudah memiliki jiwa yang begitu kelam dan luka yang mendalam?' rintih Liana pilu.Â