Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kejatuhan Medang [Novel Nusa Antara]

13 Mei 2020   08:44 Diperbarui: 13 Mei 2020   08:44 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Salam bagimu, wahai panglima. Dharma dewa besertamu. Mohon perkenalkan, hamba adalah Lohgawe, seorang brahmana yang menjadi penasihat Ken Arok."

Seorang brahmana? Menjadi penasihat? Omong kosong macam apa ini?

"Aku mohon maaf atas kelakuan temanku ini, panglima. Ia memang kurang memiliki empati terhadap orang lain. Aku melihatmu menderita. Kami tidak akan menagih upah kami sekarang. Kami akan tinggal disini dan menunggu tatanan kerajaan pulih. Terlebih bencana Gunung Merapi akan memberatkan rakyat hingga berhari -- hari. Kami tidak mau memberatkanmu."

Ken Arok di belakang berusaha untuk menarik lengan baju Lohgawe. Sang brahmana memberikan tatapan geram yang dibalas oleh sang pemimpin bandit. Ia tersenyum kembali kepada Joko Wangkir, menantikan jawaban sang panglima.

"Aku tidak bertanggung jawab mengenai hal itu. Tanyakanlah kepada yang hendak memberikan imbalan."

"Kami sudah mencari Anggabaya kemana -- mana, tuan panglima, namun kami tidak menemukannya."

"Betul, karena panah menembus kepalanya. Ia gugur di medan pertempuran."

Keterkejutan hadir di pihak Ken Arok. Kematian bukanlah hal yang aneh di medan perang, namun kelompok Ken Arok seperti kehabisan kata -- kata. Seseorang bertubuh kecil dengan wajah seperti musang muncul dari belakang dan bertanya kembali kepada Joko Wangkir.

"Ia gugur, panglima? Wahai dewa, baru saja kami bertemu dan meneguk tuak bersama."

Joko Wangkir diam dan menyaksikan setiap anggota kelompok bandit. Sebagian besar menunduk, menunjukkan raut wajah kecewa. Sebaliknya, Lohgawe berusaha menyembunyikan kekecewaannya dan membujuk sang panglima. Ia memamerkan gigi -- gigi rapinya.

"Wahai panglima, bukankah ia adalah salah satu bawahanmu? Bukankah kalian bekerja bersama? Hadiah darinya bukankah berasal darimu juga?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun