Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kejatuhan Medang [Novel Nusa Antara]

13 Mei 2020   08:44 Diperbarui: 13 Mei 2020   08:44 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Beberapa prajurit segera menutup ruangan pendopo istana saat Joko Wangkir dan Unggun Krama memasuki ruangan.

"Tutup pintunya rapat -- rapat! Tutup pula semua jendela! Jangan biarkan ada celah yang terbuka!"

Sebuah suara yang dikenal oleh Joko Wangkir berteriak -- teriak menyuruh kepada para prajurit. Unggun Krama membawa Joko Wangkir bersender di salah satu tembok di ruang pendopo istana. Tak lama kemudian ia membawa bantalan untuk ditempatkan di belakang tubuhnya. Di sampingnya, dayang -- dayang bersiap dengan pembalut dan air bersih untuk menyeka luka yang diderita. Pandangannya berkunang -- kunang.

Ini aneh sekali. Selesai bertarung, badanku sakit semua. Pandanganku tidak jelas.

Dengan sisa -- sisa kesadarannya Joko Wangkir berusaha untuk tidak jatuh tertidur. Ia memerhatikan ruangan istana pendopo yang dipenuhi oleh khalayak. Beberapa ia kenal, beberapa ia baru temui pada saat itu. Seseorang berpenampilan garang dengan pedang di tangannya menarik perhatian sang panglima. Ia dikelilingi oleh orang -- orang lainnya yang berpenampilan seperti bandit pasar. Di sisi lain, ia mendapatkan sosok yang dikenal, Ario Senopati dan Jasabhana hilir mudik seperti sedang mempersiapkan sesuatu, sementara beberapa bupati berkumpul berbincang -- bincang. Raut wajah mereka menunjukkan ekpresi ketegangan.

Joko Wangkir mencengkeram lengan Unggun Krama yang berada di sampingnya. "Apa yang terjadi, Unggun Krama? Mengapa para bupati terlihat panik?"

"Raja terluka parah akibat pertarungan dengan Balaputradewa. Pundak dan perutnya mengalami luka yang dalam. Ia sedang dirawat di ujung ruangan ini."

Berita yang disampaikan oleh Unggun Krama membuat refleks Joko Wangkir terpicu. Sang panglima melupakan semua sumber kesakitannya. Ia bangkit berdiri dan berjalan dengan cepat ke salah satu ujung ruangan yang dipenuhi oleh manusia. Pemandangan ini luput dari perhatian sang panglima pada awalnya karena kesibukan orang lalu lalang di ruangan pendopo. Sesampainya di tujuan ia memerhatikan seseorang sedang terbaring lemah di atas pembaringan. Dayang -- dayang dan tabib kerajaan sedang melayaninya di sisi. Matanya sayu, seakan hendak menyerah pada keadaan. Ia melihat kedatangan Joko Wangkir.

"Ah, sang panglima," raja berujar dengan suara serak lemah.

"Hormat bagimu, yang mulia raja. Hamba siap untuk menerima perintah."

"Hentikan ucapan hormat dan keseganan yang berlebihan, Wangkir. Kita telah gagal. Kita tidak mampu melindungi rakyat. Sriwijaya menyerang dari tebing selatan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun