Mohon tunggu...
Theodorus BM
Theodorus BM Mohon Tunggu... Administrasi - Writer

Seorang pemuda yang senang menyusun cerita dan sejarah IG: @theobenhard email: theo_marbun@yahoo.com wattpad: @theobenhard

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Lohgawe

10 Maret 2020   17:49 Diperbarui: 10 Maret 2020   18:05 474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Baik. Hari ini kita menuju arah utara, melewati Kahuripan, menyusuri Sungai Solo, dan kemudian menuju pantai utara Jawa. Aku berharap kita tiba dua hari lagi, tepat ketika Sriwijaya menyerang Medang. Teman -- teman yang lain akan menyatukan kekuatan dengan kita di Kahuripan. Sungguh disayangkan, justru Norman Caraka tidak mengikuti pertarungan ini. Baiklah, kawan, mari kita berangkat!"

Sebuah seruan seperti auman menggema di lereng Gunung Bromo. Para bandit kemudian bersiap -- siap, ada yang mengasah lembing, menyarungkang pedang, menyiapkan kudanya. Lohgawe menghampiri Ken Arok yang baru saja turun.

"Aku teringat sesuatu, pemimpin. Apakah kau sudah meminta ijin kepada sang bupati?"

"Sudah, brahmana. Aku meminta ijin ketika ia menyantap makan siangnya dua hari yang lalu. Ia bahkan tidak terlihat peduli. Mungkin karena ia masih memiliki penjaga yang lainnya."

Ken Arok adalah ajudan terbaik Tunggul Ametung. Dan kini ia tidak peduli? Mencurigakan.

"Mari kita berangkat, brahmana. Kudamu sudah disiapkan."

"Baik, Ken Arok."

Perjalanan yang ditempuh oleh rombongan Ken Arok bukanlah perjalanan sulit. Mereka menyusuri lereng gunung yang lama kelamaan semakin melandai. Perjalanan menuju ke arah utara menyebabkan rombongan harus menyusuri Pantai Pasuruhan. Bau laut menusuk hidung dan deburan ombak menyambut Lohgawe dan kawan -- kawan. Seakan memiliki banyak waktu, Lohgawe berlambat -- lambat menikmati pemandangan biru nan indah itu. Adalah peringatan dari Ken Arok yang mendesak Lohgawe untuk memacu kudanya lebih cepat lagi.

Suatu saat aku akan kembali ke tempat ini. Sendiri dan menikmati angin laut.

Matahari telah condong di puncak langit ketika rombongan Ken Arok memasuki Kahuripan. Di kejauhan Lohgawe sudah melihat bahwa tempat ini berbeda dari tempat -- tempat yang sudah ia kunjungi terlebih dahulu. Tembok batu setinggi manusia mengelilingi perumahan padat yang tertata dengan rapi. 

Seluruh rumah terbuat dari batu bata, berbentuk mirip satu dengan lainnya, dan memiliki berbagai ukiran di temboknya. Patung Dewa Wisnu yang sedang mengendarai garuda menyambut Lohgawe dan kawan -- kawan di gapura masuk. Tidak ada bau busuk menyengat yang menyerang Lohgawe. Hal ini adalah baru baginya, karena ia sudah terbiasa dengan bau sengit di pasar, dan di setiap desa atau kota, keberadaan pasar dapat tercium dengan mudah. Selain itu jalan setapak sangat bersih, tidak ada debu dan kotoran, menandakan masyarakat yang disiplin menghargai kebersihan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun