Mohon tunggu...
Thaha Rohmatun Aulia
Thaha Rohmatun Aulia Mohon Tunggu... Jurnalis - @thahara

Nature~

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tiga Ruang

5 Maret 2020   21:13 Diperbarui: 7 Maret 2020   20:20 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seseorang terus berjalan dengan membawa buku diary hitam yang dipegangnya. Sampai akhirnya ia berhenti, memandangi pemandangan sekitar dan terus mengambil nafas seakan ia baru pertama kali ketempat sejuk nan indah ini untuk menghilangkan kestresan yang ada. Langkah nya terus berlanjut dan akhirnya ia sampai ketempat yang ia tuju. 

Tempat yang selalu ia kunjungi dulu dan sekarang masih tetap meski tak sesering dulu. Ia berhenti di pohon dan duduk dibawah pohon besar yang dulu tak sebesar ini dan bahkan ia pun awal awal selalu diam disini karena biasanya dia akan ada di pinggir sungai jernih depan pohon yang ia duduki sekarang. Merendam kakinya di tepi sungai dengan duduk dibatu batu besar sambil bercanda dan bercerita. Tapi yang ia rasakan selalu dulu dan dulu. Dan sekarang ia merindukan semua yang terjadi dulu.

Seseorang ini mulai membuka buku diary hitam untuk ia tulis seperti biasa namun sebelumnya ia melihat sungai yang ada didepannya  yang selalu memberi kehangatan, ketenangan, dan kesejukan diri. 

Tersenyum adalah awal ia sebelum mulai penempelkan penanya pada lembaran kertas putih yang tersaji di buku diary hitamnya. 

Sudah 13 tahun dimulai dari awal kejadian itu dan aku masih tetap aku yang banyak mimpi tapi takut untuk menjalankan mimpi itu tanpa kalian. Kalian tahu aku disini baik baik saja tinggal menunggu sama seperti kalian, dan harus kalian tahu bahwa aku sebentar lagi wisuda, lho.

Oh iya aku juga sudah memiliki banyak teman selama kalian pergi, mereka semua baik padaku yah meski kadang kadang aku merasa kesal pada orang yang namanya Miko si jahil dengan segudang keusilannya padaku dan juga gombalan gombalan recehnya itu, karena aku tetangga barunya dulu dan untungnya karena aku pindah rumah lagi aku jadi tidak diusili Miko. Tapi ingat aku tidak pernah suka Miko lho, kalian jangan salah paham.  

Menulisnya pun membuatnya bergetar dan terus mengambil oksigen yang tersedia secara perlahan. Dan mulai melanjutkan tulisannya lagi.

Banyak banget yang pengen aku ceritain ke kalian selama ini, dari kejadian itu aku selalu nulis semua hal yang pengen aku ungkapain ke kalian meski kalian gak pernah bales bales semua surat ku itu dan bahkan mungkin ini juga. Mungkin yah aku harus nya bikin cerita buat kisah kita.

Ia tersenyum miris saat teringat kenangan dulunya yang dimana ia punya banyak mimpi dan salah satunya membuat sebuah tulisan dari cerita ceritanya yang berharap cerita itu akan dibukukan atau diflmkan namun sayang semua itu tidak terjadi dan tak akan pernah terjadi.

Intinya aku rindu kalian, aku ingat pertama kita semua ketemu entah itu sebuah kesengajaaan atau takdir kita untuk bertemu pada saat itu. Tapi setelahnya aku senang. Aku ingat semuanya. Aku ingat ruang tiga. Aku rindu, rindu kalian. Tapi kalian jahat.

Dan setelah tulisan kata terakhirnya ditulis ia tidak bisa menahan perih di hati dan bulir bening mulai jatuh membasahi pipi tanpa ia duga akan terjadi lagi. Tangisan mulai menjadi jadi yang bahkan membasahi  kertas dalam diary hitamnya. 

Ia terisak sangat kencang, menutupi kedua telinganya dengan telapak tangan, meenggelamkan kepalanya di lutut dan rasa pusing mulai ia rasakan lagi. Semakin terisak pusing yang ia rasakan mulai terasa sangat kacau, ia memegangi kepalanya sambil berteriak kesakitan dan hendak berdiri namun seketika pandangannya buyar dan jatuh ambruk ke tanah.

*********
13 tahun yang lalu...

Suara sirine ambulan terus bergeming di daerah komplek perumahan elit ini, yang menandakan seseorang dalam keadaan buruk. Dan hal itu dialami oleh keluarga dokter Zikri, anak laki laki semata wayangya yang sekarang berumur 6 tahun sakit parah karena mengidap penyakit akut dan sekarang penyakit itu muncul lebih parah lagi.

"Pak tolong jalannya lebih cepat lagi, anak saya ini harus cepat cepat mendapat pertolongan dokter ayahnya hiks hiks" Seorang ibu terus menangis kala melihat anaknya yang tak sadarkan diri berada di pinfgirnya dengan bantuan alat alat seadanya agar membantu nafas anaknya.

"Sabar Bu Nadin, Istigfar"  Pengasuh sekaligus asisten rumah tangga keluarga dokter Zikri terus menenangkan Nadin di sampingnya  yang tak henti hentinya menangis.

Ditempat lain, anak kecil terus saja meminta balon terbang kartun kesukannya, ia merengek dan terus menagis namun ibunya tidak memberikan sebab kesibukan ibunya yang sedang membeli makanan untuk dirinya dan anak laki lakinya ini.

"Jadi berapa semuanya pak?" ucap Bu Jihan pada sang penjual
"Tiga puluh dua ribu Bu" jawab penjual dan segera Puji mengambil uang didompetnya untuk diberikan pada sang penjual.

"Bundaa ih aku mau beli balon itu!" tunjuknya pada balon sambil menjoba melepaskan pegangan dari Bundanya.

"Iya sayang  habis ini yah, Bunda ngasih dulu uang ke Bapak penjualnya ok" Ucap lembut sang Bunda pada anaknya sambil tersenyum ramah pada penjual sambil memberikan uangnya.

Dengan secepat kilat anak laki laki itu lari dan menyusul penjual balon yang mulai pergi dari tempat dilihatnya tadi.

"Astagfirulloh Zidan!"

Seketika kejadian begitu cepat sang Bunda berlari mengejar anaknya yang mulai memasuki jalan raya  namun saat ia akan menggapai lengan sang buah hati, tiba tiba dengan secepat kilat keduanya tertabrak mobil sedan dengan laju yang sangat kencang membuat Ibu dan ansk ini terpental jauh ke tengah jalan depan. 

Semua seolah berhenti Zidan kecil tak bisa merasakan apa apa, bahkan menggerakkan jari jemari kecilnya pun tak bisa tapi ia merasakan kenyamanan yang hangat dan ternyata lengan yang melingkar di tubuhnya itu adalah Ibunya yaitu Bunda Jihannya.

"Astaga!"
"Ya ampun, ada kecelakaan"
"Tolong..tolong! Ayo cepet tolongin!"
"Hubungi Ambulan cepat!"
"Kasian banget Ibunya, kayaknya meninggal ditempat deh"
"Innallilahi mereka berdua meninggal ?"
"Itu anak sama ibu yang pelukan selamat gak yah"

Dan banyak lagi pembicaraan orang orang yang mulai berkumpul mengelilingi korban kecelakaan ini. Namun tak berani mendekat karena darah yang berceceran dimana- mana dan belum ada pihak berwajib yang datang. Sehingga aktifitas jalan raya terhenti karena kecelakaan yang ada.

Tut tut tut
Tut tut tut tuttt

"Pah ini ada apa sih, kok macet?" Seorang anak laki laki umur 6 tahun  duduk didepan pinggir kemudi mobil sang Ayah

"Ini sayang euh..pokoknya kamu tutup telinga kamu, dan mata kamu, cepet!"

"Pah aku takut" Ia mulai melakukan apa yang Ayahnya perintahkan karena itu mampu membuat dirinya lebih baik  namun ketakutan ini pun muncul lagi takut hal serupa seperti ibunya dulu yang meninggal karena kecelakaan.

"Sayangnya jagoan papah gak akan ada apa apa ok!" hati Bayu sang Ayah ini mulai resah melihar raut dan tingkah sang anak yang mulai tak nyaman dan resah.

"Aku inget mamah hiks hiks" mendengar itu Bayu menoleh cepat pada Putranya itu dan langsung memberi pelukan untuk menenangkannya.

"Ada Papah sayang"  

"Kamu jangan sedih yah, masa jagoan cengeng" merasa tak ada respon dari anaknya Bayu menyudahi sela sela pelukannya di mobil dan melihat anaknya nanun saat ia lihat sang anak malah tak sadarkan diri dengar hidung yang mengeluarkan darah segar.

"Bar? Akbar? Akbar bangun nak" Bayu terus menepuk pipi sang anak dan kaget akan darah yang keluar.

Rumah sakit

Ambulan doker Zikri datang tepat di depan rumah sakit yang langsung disambut oleh para perawat dan cepat mendorong ke ruang IGD. Beberapa kemudian datang ambulan dan disusul ambulan kecelakaan Zidan dan ibunya serta mobil yang ditumpangi Pak Bayu yang membawa anaknya. Mereka semua dibawa cepat keruang IGD untuk mendapat pertolongan pertama.

"Akbar bangun sayang bangun" Bayu terus menggoyang goyangkan tangan sang anak yang tak kunjung sadar sambil terus membantu mendorong brangka sang anak.

"Pak tunggu dulu disini yah pak!" ramah sang suster dan dengan cepat masuk ruangan.

Ditempat lain, diruang sebelah.

Sang Ibu teeus bolak balik seperti setrika saat pintu IGD tak kunjung terbuka karena didalamnya ada orang yang sangat berarti banginya.

"Bibi tolong telponin Suami saya, kenapa bukan dia yang menangani anaknya sendiri..kemana dia sih hiks.. hiks..."

"Baik Bu" membalikkan tubuh sambil mengangkat telpon.

"Permisi bu!" seorang dokter tiba tiba datang dengan mendorong seorang anak laki laki 6 tahun dan seorang ibu yang didorong para suster agar Bu Nadin menggeser dan bisa lewat.

Sesaat setelah melihat tadi yang lewat, Nadin ketakutan luarbiasa yang membuatnya terjatuh seketika, Bibi yang sadar melihat itu cepat cepat membantu majikannya berdiri dan membawanya duduk di ruang tunggu.

"Anak sama cucu saya mana?" Seorang nenek tua berlari dengan menggandeng seorang anak perempuan dan bertanya pada suster yang berada di depan ruang IGD.

Dokter keluar dari ruang IGD, semua yang ada disana langsung mengalihkan pandangan menuju dokter. Nadin dan Bi Maya langsung berdiri dari kursi tunggu sedangkan Nenek tadi langsung berjalan menuju dokter.

"Dengan anak yang--"
"Saya!" ucap Nadin dan Nenek Mina berbarengan, memotong pembicaraan dokter tanpa mendengar lebih lanjut.

"Maaf Bu, Nek, saya dokter yang menangani anak perempuan yang tadi keracunan makanan. Apa Ibu atau Nenek ini keluarganya?" keduanya diam dan saling memandang

"Oh nyonya saya ini anaknya laki-laki dok" ucap Bi Maya

"Lalu Cucu saya mana dok? Cucu laki laki saya sama Ibunya yang tadi Siang kecelakaan!" perkataan Nek Mina tersendat sebab tangis nya yang mulai menjadi.

"Anak saya dok, yang penyakitnya kambu lagi hiks anak saya gimana keadaannya hiks hiks" tangan Nadin terus menggoyang goyangkan lengan sang dokter agar menjawab pertanyaannya.

"Begini Nek, Bu, saya tidak menanganinya maaf sekali saya harus pergi untuk menyakan keluarga pasien kesana. Permisi" ucap dokter pergi bersama suster dibelakang yang menemaninya.
Tak lama dari itu datang Dokter yang keluar dari ruangan, dokter yang menangani Zidan dan Ibunya.

"Dengan keluarga Bu Jihan dan anaknya Zidan" ucap dokter untuk mengetahui siapa keluarga yang berhubungan.

"Saya ibu dari Jihan dan Zidan Cucu saya. Bagaimana keadaan nya Dok? dimana mereka? Dimana?!" ucapnya yang mulai tenang agar cucu perempuannya Kinan tidak ketakutan.

"Ok baik bu, maaf sekali kami semua tim dokter dan perawat sudah bekerja untuk melakukan semaksimal mungkin agar keduanya selamat seperti dulu, tapi sepertinya kecelakaan yang menimpa keduanya itu mengakibatkan benturan besar di kepala, cukup banyak mengeluarkan darah dan kami sempat mencari pendonor darah untunya ada dan ada sedikit penggumpalan darah di kepala sang anak dan untuk ibunya terjadi patahan tulang dibagian kaki dan punggungnya. Namun kami sudah berusaha lebih, sayangnya nyawanya tidak tertolong dan tak sempat untuk di operasi. Ta--" ucapan Dokter tadi seperti hantaman batu dan tusukan belati yang menancap pada hatinya, Nek Mina tak kuat lagi sampai terjatuh dan memeluk sang Cucu pertama sambil menahan isakan tangisnya agar sang cucu tak merasa sedih, seharusnya tadi ia tak usah membawa sang cucu bila akhirnya seperti ini.

"Nenek kenapa? Kakak kan cuman tidur mamah juga tidur, kan kita bisa bangunin Nek" ucap anak umur 7 tahun yang masih polos tak mengerti apa-apa.
"Iya kan Nek. Nek kok gak jawab? Nenek jangan Nangis baju belakang aku basah" Kinan kecil terus berbicara meski tak ada resppn dari sang nenek.
Nadin yang melihat kejadian itu semakin sakit sebab seperti melihat dirinya dulu.

Ruang Tiga, ruang Edelwis

Rasanya bosan sekali, aku dari tadi hanya diam dan diam saja mana sepi tak ada orang orang. Kenapa aku harus seperti ini merasa kesepian sama saja seperti dirumah. Ayah sama ibu mana yah..kok gak ada disini. Batin gadis kecil  yang terbaring lemah di brangkar kasurnya.

Tak lama terdengar suara suster yang sedang berbicara dengan dokter di balik gorden disamping tempat tidurnya.

"Kasian yah dok, Ibunya harus meninggal padahal kan beliau itu masih muda dan yang lebih kasian meninggalkan kedua anaknya" terangnya pada dokter yang sedang melihat hasil catatan pemeriksaan suster tadi.

"Sudahlah, itu memang takdir. Kembali bekerja dan pantau terus perkembangan anak ini" jawabnya sambil pergi

"Baik Dok, maaf"

Kasian nya, aku harusnya lebih beruntung karena masih punya Ayah sama Ibu yah meski mereka berdua sibuk. Tapi gapapa yang penting mereka selalu ngasih aku permen gula yang banyak. Batinnya yang polos.

"Sayang Ibu datang" mendengar itu anak gadis berumur 6 tahun ini bangkit dari tidurnya meski kesusahan karena saking senangnya, ia ingin cepat cepat memeluk ibunya itu. Namun yang ditunggu tak datang ke bilik gorden yang ia tempati melainkan ke sebelah kanan dibalik gordennya yang terdengar. Lagi dan lagi hanya harapan.

"Gimana? Udah baikkan? Ibu bawa makanan kesukaan kamu? Bangun dong sayang nya ibu" tak ada respon dari anak, Nadin hanya bisa diam juga melihat keadaan anaknya yang dibantu alat alat medis.

"Kamu jangan panggil ibu lagi, kamu kan udah jadi mamah buat Zico meski kamu itu ibu tiri tapi nanti dia kalau denger bisa marah lho"

"Maaf mas. Sayang mamah datang, nungguin kamu, cepet bangun dong, mamah kangen kamu yang suka ngomel karena mamah gak pernah bisa bikin susu kocok coklat kesukaan kamu sama mamah kamu dulu" ucapnya kaku dan menahan tangis.

Gadis kecil yang berada di atas brankar itu hanya bisa melamun dan diam sebab otak kecilnya tak bisa berpikir keras. Kemudian ide besar pun muncul, ia tersenyum dan kembali menidurkan dirinya di kasur serta melupakan sejenak kesedihannya karena mulai hari ini dan selama lamanya akan bahagia. 

Pikiran polosnya tak berpikir dimasa depan kelak dia akan bagaimana, yang penting adalah mereka akan bahagia dengan caranya.
Sudah dua hari dia ditempatkan diruang ICU, sykurnya ia bisa ditempatkan ke ruang inap karena kondisinya yang mulai membaik. 

Dengan masih ada allat medis yang terpasang ditubuhnya brankar terus maju didorong oleh para suster dan Ayahnya yang selalu memberi senyuman serta usapan hangat pada kepalanya, sampai akhirnya keluar dari liv dan berbelok ia masuk kedalam ruangan tiga edelwis dimana dikhususkan untuk ruangan  anak anak. Dan disana dimana ia pertama kali bertemu dengan Zico, Zidan, dan perempuan sejuta mimpi yang aneh.

***********

"Ay"
"Ay stop!"
"Tania Ayyana Putri saya mohon anda berhenti!" Aku terus membuang nafas seraya memijat pelipis ku yang mulai pusing karena dari tadi di gerbang sekolah sampai sekarang ini manusia terus saja memanggilku. Ku hentikan langkahku dan berbalik kearahnya.

"Apa!" Ucapku jutek dan malas.  "Kenapa sih, berisik tau gak dari tadi nih yah manggil mulu gak kering tuh kerongkongan hah"

"Dih kenapa anda yang sewot, seharusnya juga saya kali, kenapa gak berhenti tadi dipanggil panggil hah" Ucapnya yang meninggi dengan kedua tangan disimpan di kedua saku seragamnya.

"Hello jangan pake Saya-Anda deh, lebay banget, kaku amat, so banget, a--" Ucapanku untuk mengomelinya terhenti sebab manusia ini menyumpal mulutku dengan permen lolipop yang lumayan besar dengan masih dibungkus, ditambah dia yang langsung pergi meninggalkanku memang dasar menyebalkan. Cepat cepat aku mengambil lolipop itu.

"ZICO!" teriak ku memanggil manusia yang sekarang sudah hilang ditelan tembok dibelokkan tadi.
Bel masuk berbunyi, menandakan semua siswa masuk kekelas masing masing untuk memulai pelajaran.

"Udah bel tapi mereka kemana yah, padahal pagi liat tuh bocah si Zico lagi sama kamu ngobtol kok sekarang gak ada ay?" Ucap Keynara teman sebangkuku yang ku tau naksir banget sama Zico.

"Biasa" acuhku sambil dengan terus tak berhenti menguap.  

"Ih jorok masih pagi udah nguap aja, tidur jam berapa sih Ay? Harusnya kamu itu pikirin nasib temen temen kamu yang sekarang belum datang kan hari ini pelajaran pak Dadang yang super tertib, dalam hitungan ketiga aja mulai dari sekarang itu guru pasti bakal datang" cerocos Key  yang tak serius kudengarkan " satu...dua...tig-"

"Assalamualaikum, selamat pagi anak-anak" sapa Pak Dadang.  "Tuh kan dateng aku bilang" bisiknya dekat telingaku.

"Waalaikumsalam, pagi pak" Ucap semua murid dikelas.

"Bapak mulai absen sekarang!" sambil memasang kacamatanya aku terus melihat keluar arah pintu tetapi batang hidung mereka tak kelihatan juga, menyusahkan saja.

"Abi Wiranto"
"Hadir pak"

"Ado Suranto"
"Hadir pak"

"Ay, bentar lagi udah Agif nih. Dia masih belum datang lagi, terus Zico gimana" bisiknya yang membuatku ikutan cemas sebab kemana mereka semua.

"Agif Pramana"
"Hadir pak"

"Akbar Jojo Saputra" Hening tak ada jawaban, aku mulai mencari alasan untuk salah satu sahabat biang kerok ku ini, saat aku ingin membuka mulut tiba tiba ada yang mendahului bicaraku dan langsung ku arahkan pandanganku kebelakang tempat Jojo duduk.
"Hadir pak"

***********

"Jadi kalian bertiga itu dari pagi udah disekolah dan malah ngelanjutin tidur di belakang kelas karena semalem kalian nonton sepak bola dirumahnya Jojo" Ucapku terengah engah "Dan parahnya kalian gak ngasih tau aku gitu" lanjut Key yang mulai nimbrung setelah memasukkan saos pada batagornya.

Memang kami sekarang sedang istirahat dan sedang Makan dikantin bawah untuk menghabiskan istirahat dengan makan batagor legendaris sekolahku.

"Yah gitu deh" Jojo mulai membuka suaranya

"Terus kenapa kamu bisa sempet sempat nya ngasih dan bawain aku permen gula, tuh lolipop" tunjukku pada Zico dengan dagu sambil memperlihatkan perpen yang sedang ku pegang.

"Uhuk uhuk, Ay kamu mau Roti bikinan aku gak? Makan yah aku kenyang"

"Boleh" kuambil roti yang disajikan Key dan mulai memakannya namun setelah menguyah beberapa lama, aku merasa tidak nyaman, keringat dingin mulai terasa, perutku rasanya sakit. Setelah diarasa tak kuat aku segera pamit untuk pergi.

"Mau kemana?" tanya Jojo

"Tuh lolipop gak mau dibawa? Kemana sih makanan kamu belum habis Ay, nanti kamu sakit lagi" tambah Zico yang setelahnya ku lihat Keynara hanya diam. Sebenarnya aku tahu dia sangat menyukai sahabatku Zico tapi aku dengan cepat melepaskan tangan Zico pada lenganku dan mulai pergi.

"Ke toilet dulu"

Di toilet yang kurasakan mulai tak karuan lagi, panas dan pusing sekali. Saat ku lihat di cermin toilet wajahku memerah, nafasku juga mulai teecekat sesak sekali. Saat ku ingat ingat apa yang terjadi, teenyata tadi aku makan roti dari Key. Apa roti tadi ada selai kacangnya yah? kugeleng gelengkan kepalaku dan mulai keluar dari toilet karena tidak mungkin Key memberikan aku Roti yang ada selai Kacangnya karena dia tahu aku tidak bisa makan kacang.

Sudah beberapa langkah aku berjalan keluar dari toilet tapi rasanya kakiku lemas, nafasku sekarang benar-benar sesak, ku pegangi terus dadaku dan kembali tersenyum pada orang orang yang kukenal sedang lewat. 

Sampai aku melihat tak jauh dari diriku berdiri orang yang  kutunggu tunggu, ku berikan senyuman senangku dan mulai melangkah mendekat tapi pandanganku tiba tiba kabur dan terjatuh kebawah. Setelahnya tak ku ingat apa apa selain seseorang yang mulai mendekat padaku dan menggoyang goyangkan tubuhku.
"Ay!"

*********

"Gimana anak saya dok?"

"Anak bapa untung tepat waktu dibawa kemari, kalau tidak mungkin sistem pernapasannya akan terganggu sangat fatal" jelas dokter pada Ayah Ayyana.

"Terima kasih dok"

"Pak jangan sampai lalai lagi yah, Ayyana kan dari dulu juga tidak bisa makan Kacang kacangan" tambah dokter sebelum berlalu pergi

Setelah itu Ayah Ayyana, Rasyid masuk keruangan Ay yang sedang dirawat inap. Beliau membuka keras pintu dan masuk terburu buru.

"Sudah ku katakan jangan ceroboh anak bandel!" Suara Rasyid penuh penekanan sambil menggoyang goyangkan kedua lengan sang anak didepannya.

"Ayah aku lagi sakit, jangan siksa aku dulu. Sakit aw"

"Anak gak tau di untung! Kalau kamu sampai sakit lagi gara gara ini awas kamu!" tunjuk Rusyid pada Ayyana dan pergi dengan disusul ibunya yang dibelakang dan hanya diam menyaksikan Ay disakiti oleh Ayahnya.

"Ibu hiks ibu"

Kedua orang tua Ayyana sebenernya sangat menyayanginya namun setelah sepeninggalan kakak Ay yang laki laki karena kecelakaan, kedua orang tua Ay jadi tempramen dan mendidiknya dengan sangat keras. Mereka tidak ingin kehilangan untuk kedua kalinya sebab cara mendidik anaknya yang dulu sangat lembek terlalu baik. 

Itu yang dipikirkan kedua orang tua itu namun hasilnya mereka malah membuat penderitaan bagi Ayyana.
Pintu ruang kamar Ay terbuka menandakan seseorang datang, saat ia lihat ternyata itu Keynara. Ay tersenyum sebab ia akan bercerita banyak padanya dan melepaskan rindu selama tiga hari ini.

"Keyyyy nya aku, aku kangen" Ucap key merentangkan kedua tangannya ke udara seperti anak kecil yang minta dipangku pada ibunya.
Yang dirindu malah merespon dengan diam saja di depan tempat kasurku. Ay memandanginnya bingung.

"Ada apa Key?"

"Gak apa apa, aku cuman mau pamit aja"

"Hah? Pamit? Kenapa?"

"Aku takut ini malah akan jadi makin parah Ay"

"Maksud kamu Key?"

"Aku minta maaf yah Ay, aku udah jahat sama kamu, aku tau ini keterlaluan banget udah bikin kamu masuk rumah sakit selama tiga hari kayak gini"

"Apaan sih Key. Aku sakit ka--"

"Aku juga udah bikin kamu dimarahin sama orang tua kamu. Aku tadi gak sengaja denger pas diluar, kamu dimarahin lagi kan sama orang tua kamu"

"Key k--"

"Aku sengaja ngasih kamu roti isi selai kacang karena aku cemburu Ay, aku iri sama kamu yang selalu dikasih perhatian sama tiga sahabat kamu apalagi Zico" Sebenarnya Ayyana tidak terlalu kaget akan fakta yang terungkap ini dan lebih memilih diam untuk mendengarkan cerita selanjutnya.

"Kamu tahu kan aku suka Zico Ay. Tapi kenapa kamu masih aja gak ngerti untuk gak deket deket sama dia"

"Key maafin aku, aku tau dan aku setuju aja kamu sama Zico tapi aku gak bisa jauh jauh dari mereka termasuk Zico. Kamu tau betul bagaimana pentingnya mereka buat aku Key. Jadi tolong jangan kayak gini"

"Aku paham makannya aku pergi. Takut perasaan ini gak bisa nahan. Lagian aku-"

"Jangan pergi hiks hiks" dengan cepat Ayyana berjalan dan memeluk Keynara
"Kalo rasa sakit aku cuman bisa buat aku pergi kenapa enggak. Aku emang harus pergi, lagian kebetulan papi sama mami aku ada pindah tugas jadi aku harus ikut mereka Ay" Mengelus punggung Ayyana dan membalas pelukannya.

"Tapi janji bakal terus kabarin aku, inget itu yah!"

"Iya haha"

*************
Sudah tiga hari di rumah sakit ini, tapi ketiga sahabatnya masih belum menjenguknya padahal ia masih ingat betul saat ia terjatuh pingsan Zidan ada menolongnya. Mereka jahat kenapa gak pada jenguk sih .Hanya rutukan yang selalu di lontarkan oleh Ay dalam hatinya.

Suara pintu terbuka, dan dapat ia lihat kalau mereka datang dengan masing masing membawa kantong keresek berbeda beda warna.

"Hai sayangnya Jojo. Si cantik Thania Ayyana Putri" Ucap Jojo keras dan semangat tanpa melihat situasi

"Hai Ay. Gimana kabarnya? Baikan?" kini giliran Zidan yang dari kejadian selai kacang itu tak terlihat sama sekali dan Ay akan minta penjelasannya nanti.

"Wih yang sakit, ciee" yang lain mendoakan atau menyapa. Ini Zico memang selalu beda.

Mereka bertiga bingung kenapa Ayyana tidak merespon yang malah melihat lihat buku yang terdapat di meja nakas kamar inapnya tanpa mau melihat dan membalas obrolan sahabat sahabatnya itu.

Niat Ay sekarang adalah menjahili ketiga Sahabatnya karena sudah tega menelantarkan Ay selama 3 hari di rumah daki ini.

"Ay kok gak jawab?"
"Kenapa Ay?"
"Lah pasti ngambek ini mah. Iya kan!?" Cerocos mereka bertiga.

"Maaf kalian semua siapa yah?" Ay pura pura tidak kenal karena sudah terlanjur kesal dengan mereka.

"Ay kok gitu" cemberut Zico

"Atau jangan jangan karena sakit ini Ay jadi amnesia kayak di film film lagi. Ih Ay jangan lupain kita lah, kamu jahat Ay" Jojo sudah mulai ngelantur berbicara seakan ini dunia persinetronan yang selalu ada amnesia.

"Apaan sih, pergi kalian!" ketus Ay

"Ay maafin kita. Terutama aku, aku udah hilang kabar dari kemarin kemarin dan ditambah kita yang tiga hari ini gak jenguk kamu" jelas Zidan

"Iyah Ay maafin kita"

"Ay maafin Jojo yah, sebenernya kita bertiga gak jenguk kamu itu karena mau ngasih kejutan buat kamu" cepat cepat Zico menyenggol lengan Jojo yang kelewat ember. Dan Ay pun yang melihat hanya menanutkan keningnya serta menaikkan sebelah alisnya tanda bingung dan curiga.

"Maksud kalian?"

"Eum apa sih aku lupa" Jojo yang tau tindakan nya segera mencari cari alasan.

"Ouh in--"

"Oh mau main rahasia rahasiaan gitu! Yaudah makin marah ni aku" Ancam Ay yang sukses membuat Zidan angkat bicara.

"Karena ulah Jojo jadi kita cerita deh"

"Aishh ck"

"Jadi kita bertiga ngerencanain liburan buat berempat dan semuanya udah beres tinggal nunggu kamu sembuh Ay. Kan kita udah beres ulangan sekolah dan bentar lagi liburan akhir semester. Yah itung itung refresing sebelum masuk ke kelas 12 Ay. Gimana?"

"Yang bener" jeritnya kelewat senang

"Tadi aja marah sekarang gak tau deh" bisik Zico pada Jojo yang masih bisa terdengar Zidan apalagi Ayyana.

"Apa!"

"Eh enggak enggak Ay hehe. Jadi kamu mau kan?"

"Eum " sambil berpikir tak jelas " Yah mau lah haha"

Gelak tawa terdengar untuk kedua kalianya diruang tiga. Ruang dimana yang mempertemukan mereka. Dimulai dari Ayyana kecil yang ceria dan bawel selalu mengajak kenalan pada Zidan dan Zico hingga mereka pun berteman hingga setelah dua hari baru datang Jojo yang Ayahnya sering panggil Akbar ini hadir pada dunia Ayyana. 

Menjadi pelengkap dan pembuka dari persahabatan mereka. Ayyana jika harus memilih antara Zidan, Zico atau Jojo maka ia akan menjawab bahwa ia memiliki tiga ruangan dalam hatinya. Maka Zidan, Zico, maupun Jojo memiliki tempat ruang tersendiri di hati Ay seperti ruangan tiga yang mempertemukan mereka di rumsh sakit.

Tiba waktunya bagi mereka berempat untuk liburan yang telah direncanakan Zico, Zidan, dan Jojo. Mereka akan pergi Mendaki Gunung Semeru untuk mewujudkan cita cita Ayyana yang terbilang lebay dan fanatik tapi mereka bertiga selalu menuruti semua list keinginan yang dimiliki Ayyana di buku diary hitamnya yaitu Memuncak gunung semuru seperti di buku 5 cm yang ingin Ayyana rasakan dengan sahabat sahabatnya.

Besok mereka akan memulai perjalan untuk mendaki Semeru. Namun sebelumnya empat anak remaja ini akan pergi kesesuatu tempat untuk membeli perlengkapan yang belum ada.

Saat ini Zico sedang memainkan handphone yang tepatnya memaikan jemari jemarinya di layar handphone dengan terus saja mengumpat karena game yang ia mainkan tak kunjung selesai ditembak lawan mainnya. Berbeda dengan Jojo yang sedang bercakap cakap melalui andridnya bersama Ayahnya. Jojo memang sangat dekat dan menyayangi orang tua yang tersisa baginya. Berbeda dengan Ayyana yang sedang ria berfoto selfi sendiri sambil sesekali mengajak Jojo dan Zico berfoto dalam kesibukan mereka masing masing.

Yah sekarang mereka sedang menunggu Zidan yang belum datang. Saat di telfon Ia menjawab bahwa dirinya telat karena harus kemakan Ibunya sendiri. Meski biasanya ditemani oleh sahabat sahabatnya tapi sekarang karena keinginan Zidan, mereka bisa apa dan hanya bisa diam gak jelas menunggunya.

Ditempat lain, Zidan masuk dari pintu luar setelah pulang dari pemakaman Ibundanya yaitu Jihan. Ia kembali kerumah untuk menyimpan motornya karena nanti mereka berempat sudah janjian akan menggunakan angkutan umum supaya bisa menghabidkan waktu bersama sambil berjalan.

"Habis dari mana hah?!" hadang sang kakak di bawah tangga yang akan dilewati Zidan, yaitu Kinan yang lebih satu tahun darinya.

"Kenapa?" sambil terus melanjutkan langkahnya

"Dasar pembunuh!" Ucap sarkas sang Kakak


Zidan diam ditempat, menghentikan langkahnya dan mengepalkan kefua tangannya.

"Kak bilang tadi apa? Pembunuh? Kakak gak sadar lagi ngomongin diri sendiri hem, gak sadar Kakak juga lagi bercermin!" arahnya pada Kinan setelah berbalik arah menghadapnya dan langsung didambut tamparan keras dari sang Kakak.

PLAAK!

Dibalik itu Nenek hanya melihat dari kejauhan sambil mulai berkaca kaca tak tahan melihat perdebatan yang selalu terjadi anatara mereka berdua.

"Kenapa? Aku bener? Kalo aja waktu itu Kakak gak tenggelam gak akan Ayah nolongin Kakak di laut itu Kak! Kakak udah ngambil Ayah dari dari aku! Kenapa sih Kak selalu nyudutin aku. Salah aku apa!?"

Ucap nya yang sudah kesulut emosi, tak sepantasnya Zidan berbicara itu pada Kakaknya.

"Salah kamu itu banyak, banyak banget Zidan. Kamu! Kamu orang yang udah misahin Ibu sama aku hiks hiks" ucapan Kinan mulai tidak stabil
"Kamu bandel, kamu biang keroknya, seharusnya kamu yang waktu itu mati Zidan bukan Bunda!. Bunda gak salah, yang salah itu kamu! Itu kamu Zidan! Kamu lari ngejar balon tapi apa kamu malah ngejar kematian buat Bunda!" setiap ucapan yang dilontarkan kinan itu semua penuh penekanan dan membuat hati Zidan bergetar mengingat dulu yang terjadi.

Serasa sudah sangat fatal sang Nenek berlari mendekat pada kedua Cucunya. Namun saat ia sudah sampai, Zidan pergi tanpa bicara dan melangkah menuju arah yang tak tau ia akan kemana. Pikirannya berantakan, hatinya remymuk mendengar Kakak kandung menyalahkannya.

*************

"Zidan mana sih, lama banget. Jojo, Zico, telfon coba udah mau siang nih" perintah Ay yang sudah kepanasan dan lepek.
Karena sekarang Zico yang sedang bertelfon bersama mamahnya, Jojo lah yang mulai menghubungi Zidan.

Salah kamu itu banyak, banyak banget Zidan. Kamu! Kamu orang yang udah misahin Ibu sama aku hiks hiks.
Kamu bandel, kamu biang keroknya, seharusnya kamu yang waktu itu mati Zidan, bukan Bunda. Bunda gak salah, yang salah itu kamu! Itu kamu Zidan! Kamu lari ngejar balon tapi apa?! kamu malah ngejar kematian buat Bunda!

Bayang banyang kejadian tadi selalu terngiang dipikirannya. Ia mulai berjalan tanpa arah seperti orang yang kehilangan jati dirinya. Saat ia akan menyebrang tiba tiba motor melaju sangat keras membuat Zidan refleks mundur ke belakang dengan cepat dan segera menyisi ketepi jalan setelah sempat diteriaki oleh pengendara karena kelalaian Zidan yang penyebrang tanpa melihat kanan kiri.

***********

ZIDAN!

Aku yang sedang melamun tiba tiba dikagetkan dengan suara Zico yang nyaring serta handphone nya yang terjatuh, sontak membuatku melihat arah pandang Zi ke jalanan.

Yang kulihat tadi membuatku menutup mulutku sendiri, dan saat tau Zidan selamat dengan cepat aku lari menemuinya dan dapat ku dengar Zico dan Jojo berteriak memanggil namaku dibelakang dan berlari sama sepertiku untuk menuju Zidan yang kulihat seperti orang stres.

"Huh untung aja" Ucap Zidan sambil mengelus elus dadanya. Ia pun mulai berjalan lagi untuk menyebrang dengan hati hati namun saat Zidan menengok sebelah kanan ia melihat Ayyana yang berjalan cepat menujunya tapi truk yang dari arah kanannya melaju dengan cepat dan seketika saja semua terjadi kecelakaan pada mereka berempat.

"Aaaaaaaa"
"Ay!"
"Ayyana!"
"Ay!"

BRUGH
BRUGH

TIT TIT

Aktifitas di jalanan menjadi berhenti, orang orang seketika terpaku dengan kejadian yang terjadi. Sebagian orang mulai mendekat dari pejalan kaki, pengendara motor dan mobil yang mulai turun dari kendaraannnya.

"Zi- uhuk uhuk" darah segar keluar dari mulut remaja ini yang terbaring di aspal jalanan.

**********
Aku melihat Zidan sepertinya menyadari kedatanganku, ku lambaikan sebelah tanganku ke udara dan memberi senyuman.

Jalan yang ada saat ini adalah jalur satu arah, dimana bagian didepanku adalah menuju Barat dan bagian kedua jalan disebrangnya adalah jalur menuju Timur. Kulangkahkan kakiku untuk cepat cepat menghampiri Zidan. 

Karena ke khawatiran saat melihat keadaan Zidan tadi, kulupakan keadaan sekitar dan berlari ke tengah jalan. Sebelum sampai ditengah tengah jalan,waktu berlalu cepat dan seketika terjadi begitu saja mobil menghantam Ku mengakibatkan aku terpental ke pembatas jalan.

BRUGH

Ku gerakkan jari jemariku dan berusaha bangkit untuk berdiri, kuarahkan segala usaha dan energiku untuk berjalan namun sebelum itu terjadi aku memang tidak bisa melakukannya aku masih tak bisa menggerakkan apa apa dan yang dapat kulihat dari jauh adalah Zico dan Jojo yang sama sepertiku berlumur darah dibagian kepala dan semua tubuhnya. Aku merutuki diriku yang ceroboh menyebabkan Zico dan Jojo ikut mengejar dan menjadi seperti ini.

Aku menangis sejadi jadinya dan berjalan menghampiri mereka berdua dengan merayap di aspal jalan yang dingin. Kuterus menyeret tubuhku dengan bantuan tenaga kedua  tanganku. Sesampainya di kedua tubuh mereka aku terus menggoyang goyangkan tubuh mereka bergantian sebab jarak kecelakaan yang cukup dekat.

"Zi ba ngun hiks hiks" semua orang mulai banyak bicara tapi pendengaranku sunyi tak bisa mendengarkan suara siapapun. Semuanya sunyi yang kulihat hanya tubuh mereka berdua yang terbujur kaku di tempat.

"Jo a yo ba ngun! Kalian ha rus bangun hiks hiks"

Suara semua orang terdengar begitu saja dengan sangat bising dan berisik di belakangku,  dengan kaku kuarahkan kepalaku untuk melihat kebelakang, dan yang kulihat seperti hantaman batu besar yang sakit nya lebih dari sakitku saat ini.

"Zi- uhuk uhuk" darah segar keluar dari mulutku yang tiba tiba saat melihat Zidan tertabrak didepan mataku, dirinya terpental menabrak tihang listrik di pinggir jalan. Hatiku lemas, sakit yang kurasakan mulai melebar aku terbaring di tengah - tengah Zico dan Jojo.

Kulihat semua orang mengerumuni kami semua, mataku mulai sakit dan redup tak tertahan. Hingga beberapa lama kemudian ku dengar hanya suara ambulan saja yang mendekat. Kulihat Zidan yang sudah dibawa ambulan oleh perawat. Dan kini giliranku yang diangkat dan dibawa masuk mobil ambulaan. Hingga tak dapat ku ingat lagi selain suara gonyangan dari para perawat memasukkan ku dalam mobil.

Semua hitam yang kupikirkan hanya Zidan, Zico, dan Jojo bagaimana keadaannya mereka. Maafkan aku Zidan hiks, maafkan aku Zico, maafkan aku Jojo hiks hiks"

************

Sudah satu minggu berlalu, Ayyana dirawat dirumah sakit. Dan selama itu juga Kedua orang tuanya sudah berubah memperlakukan keras padanya, namun selama itu Ayyana hanya diam setelah sadar tiga hari yang lalu. Kemarin kedua orang tuanya memberi tahu bahwa mereka meniggal ditempat kecuali Zidan yang meninggal diruang operasi karena gagal operasi dan Nenek serta Kakak Zidan juga menjenguknya, tak terkecuali keluarga Zico dan Jojo. Mereka semua tidak menyalahkan Ayyana karena semua itu sudah takdirnya tapi tidak untuk Ayyana yang merasa kehilangan dan merasa bersalah.

"Sayang stop! Sayang maafin ibu yah, udah kamu jangan kayak gini terus ibu gak mau kamu kenapa napa lagi" peluk Naura ibu Ay dari samping sambil mengusap punggung anaknya, kenapa yang diharapkan Ayyana untuk mendapatkan kembali kasih sayang kedua orang tuanya harus kehilangan orang orang yang ia sanyangi dulu. Orang yang sangat berarti baginya.

13 Tahun kemudian

"Non disini tempatnya?" tanya Pak Diki supir pribadi yang disiapkan Ayahku.

"Iya pak, Bapa bisa tunguin dulu kan pak disini" ucap Ayyana datar dan membuka pintu mobil tanpa menunggu jawaban dari Ay.

"Non Ay, perlu saya antar ke dalamnya" teriak Pak Diki keluar dari mobil. Dan hanya gelengan kepala Ay sebagai jawabannya.

Ayyana terus berjalan dengan membawa buku diary hitam yang dipegangnya. Sampai akhirnya ia berhenti, memandangi pemandangan sekitar dan terus mengambil nafas seakan ia baru pertama kali ketempat sejuk nan indah ini untuk menghilangkan kestresan yang ada. Langkah nya terus berlanjut dan akhirnya ia sampai ketempat yang ia tuju. 

Tempat yang selalu ia kunjungi dulu dan sekarang masih tetap meski tak sesering dulu. Ia berhenti di pohon dan duduk dibawah pohon besar yang dulu tak sebesar ini dan bahkan ia pun awal awal selalu diam disini karena biasanya dia akan ada di pinggir sungai jernih depan pohon yang ia duduki sekarang. 

Merendam kakinya di tepi sungai dengan duduk dibatu batu besar sambil bercanda dan bercerita. Tapi yang ia rasakan selalu dulu dan dulu. Dan sekarang ia merindukan semua yang terjadi dulu.

Ayyana mulai membuka buku diary hitam untuk ia tulis seperti biasa namun sebelumnya ia melihat sungai yang ada didepannya  yang selalu memberi kehangatan, ketenangan, dan kesejukan diri. Tersenyum adalah awal ia sebelum mulai penempelkan penanya pada lembaran kertas putih yang tersaji di buku diary hitamnya.

Sudah 13 tahun dimulai dari awal kejadian itu dan aku masih tetap aku yang banyak mimpi tapi takut untuk menjalankan mimpi itu tanpa kalian. Kalian tahu aku disini baik baik saja tinggal menunggu sama seperti kalian, dan harus kalian tahu bahwa aku sebentar lagi wisuda lho. 

Oiya aku juga sudah memiliki banyak teman selama kalian pergi, mereka semua baik padaku yah meski kadang kadang aku merasa kesal pada orang yang namanya Miko si jahil dengan segudang keusilannya padaku dan juga gombalan gombalan recehnya itu, karena aku tetangga barunya dulu dan untungnya karena aku pindah rumah lagi aku jadi tidak diusili Miko mungkin dia bosan atau tak ada tetangga yang bisa ia usili lagi. Tapi ingat aku tidak pernah suka Miko lho, kalian jangan salah paham.  

Menulisnya pun membuatnya bergetar dan terus mengambil oksigen yang tersedia secara perlahan. Dan mulai melanjutkan tulisannya lagi.

Banyak banget yang pengen aku ceritain ke kalian selama ini, dari kejadian itu aku selalu nulis semua hal yang pengen aku ungkapain ke kalian meski kalian gak pernah bales bales semua surat ku itu dan bahkan mungkin ini juga. Mungkin yah aku harus nya bikin cerita buat kisah kita.

Ia tersenyum miris saat teringat kenangan dulunya yang dimana ia punya banyak mimpi dan salah satunya membuat sebuah tulisan dari cerita ceritanya yang berharap cerita itu akan dibukukan atau diflmkan namun sayang semua itu tidak terjadi dan tak akan pernah terjadi.

Intinya aku rindu kalian, aku ingat pertama kita semua ketemu entah itu sebuah kesengajaaan atau takdir kita untuk bertemu pada saat itu. Tapi setelahnya aku senang. Aku ingat semuanya. Aku ingat ruang tiga. Aku rindu, rindu kalian. Tapi aku jahat. Aku yang udah buat kalian pergi. Aku minta maaf.

Dan setelah tulisan kata terakhirnya ditulis ia tidak bisa menahan perih di hati dan bulir bening mulai jatuh membasahi pipi tanpa ia duga akan terjadi lagi. Tangisan mulai menjadi jadi yang bahkan membasahi  kertas dalam diary hitamnya. Ia terisak sangat kencang, menutupi kedua telinganya dengan telapak tangan, menenggelamkan kepalanya di lutut dan rasa pusing mulai ia rasakan lagi. 

Semakin terisak pusing yang ia rasakan mulai terasa sangat kacau, ia memegangi kepalanya sambil berteriak kesakitan dan hendak berdiri namun seketika pandangannya buyar dan jatuh ambruk ke tanah.

"Ay"

"Ayyana!"

Meski kalian gak ada dipandanganku, tapi kalian selalau ada di tiga ruanghidupku

Terimakasih, terimakasih untuk semuanya dan maaf.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
  21. 21
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun