"Apa!"
"Eh enggak enggak Ay hehe. Jadi kamu mau kan?"
"Eum " sambil berpikir tak jelas " Yah mau lah haha"
Gelak tawa terdengar untuk kedua kalianya diruang tiga. Ruang dimana yang mempertemukan mereka. Dimulai dari Ayyana kecil yang ceria dan bawel selalu mengajak kenalan pada Zidan dan Zico hingga mereka pun berteman hingga setelah dua hari baru datang Jojo yang Ayahnya sering panggil Akbar ini hadir pada dunia Ayyana.Â
Menjadi pelengkap dan pembuka dari persahabatan mereka. Ayyana jika harus memilih antara Zidan, Zico atau Jojo maka ia akan menjawab bahwa ia memiliki tiga ruangan dalam hatinya. Maka Zidan, Zico, maupun Jojo memiliki tempat ruang tersendiri di hati Ay seperti ruangan tiga yang mempertemukan mereka di rumsh sakit.
Tiba waktunya bagi mereka berempat untuk liburan yang telah direncanakan Zico, Zidan, dan Jojo. Mereka akan pergi Mendaki Gunung Semeru untuk mewujudkan cita cita Ayyana yang terbilang lebay dan fanatik tapi mereka bertiga selalu menuruti semua list keinginan yang dimiliki Ayyana di buku diary hitamnya yaitu Memuncak gunung semuru seperti di buku 5 cm yang ingin Ayyana rasakan dengan sahabat sahabatnya.
Besok mereka akan memulai perjalan untuk mendaki Semeru. Namun sebelumnya empat anak remaja ini akan pergi kesesuatu tempat untuk membeli perlengkapan yang belum ada.
Saat ini Zico sedang memainkan handphone yang tepatnya memaikan jemari jemarinya di layar handphone dengan terus saja mengumpat karena game yang ia mainkan tak kunjung selesai ditembak lawan mainnya. Berbeda dengan Jojo yang sedang bercakap cakap melalui andridnya bersama Ayahnya. Jojo memang sangat dekat dan menyayangi orang tua yang tersisa baginya. Berbeda dengan Ayyana yang sedang ria berfoto selfi sendiri sambil sesekali mengajak Jojo dan Zico berfoto dalam kesibukan mereka masing masing.
Yah sekarang mereka sedang menunggu Zidan yang belum datang. Saat di telfon Ia menjawab bahwa dirinya telat karena harus kemakan Ibunya sendiri. Meski biasanya ditemani oleh sahabat sahabatnya tapi sekarang karena keinginan Zidan, mereka bisa apa dan hanya bisa diam gak jelas menunggunya.
Ditempat lain, Zidan masuk dari pintu luar setelah pulang dari pemakaman Ibundanya yaitu Jihan. Ia kembali kerumah untuk menyimpan motornya karena nanti mereka berempat sudah janjian akan menggunakan angkutan umum supaya bisa menghabidkan waktu bersama sambil berjalan.
"Habis dari mana hah?!" hadang sang kakak di bawah tangga yang akan dilewati Zidan, yaitu Kinan yang lebih satu tahun darinya.