"Ok baik bu, maaf sekali kami semua tim dokter dan perawat sudah bekerja untuk melakukan semaksimal mungkin agar keduanya selamat seperti dulu, tapi sepertinya kecelakaan yang menimpa keduanya itu mengakibatkan benturan besar di kepala, cukup banyak mengeluarkan darah dan kami sempat mencari pendonor darah untunya ada dan ada sedikit penggumpalan darah di kepala sang anak dan untuk ibunya terjadi patahan tulang dibagian kaki dan punggungnya. Namun kami sudah berusaha lebih, sayangnya nyawanya tidak tertolong dan tak sempat untuk di operasi. Ta--" ucapan Dokter tadi seperti hantaman batu dan tusukan belati yang menancap pada hatinya, Nek Mina tak kuat lagi sampai terjatuh dan memeluk sang Cucu pertama sambil menahan isakan tangisnya agar sang cucu tak merasa sedih, seharusnya tadi ia tak usah membawa sang cucu bila akhirnya seperti ini.
"Nenek kenapa? Kakak kan cuman tidur mamah juga tidur, kan kita bisa bangunin Nek" ucap anak umur 7 tahun yang masih polos tak mengerti apa-apa.
"Iya kan Nek. Nek kok gak jawab? Nenek jangan Nangis baju belakang aku basah" Kinan kecil terus berbicara meski tak ada resppn dari sang nenek.
Nadin yang melihat kejadian itu semakin sakit sebab seperti melihat dirinya dulu.
Ruang Tiga, ruang Edelwis
Rasanya bosan sekali, aku dari tadi hanya diam dan diam saja mana sepi tak ada orang orang. Kenapa aku harus seperti ini merasa kesepian sama saja seperti dirumah. Ayah sama ibu mana yah..kok gak ada disini. Batin gadis kecil  yang terbaring lemah di brangkar kasurnya.
Tak lama terdengar suara suster yang sedang berbicara dengan dokter di balik gorden disamping tempat tidurnya.
"Kasian yah dok, Ibunya harus meninggal padahal kan beliau itu masih muda dan yang lebih kasian meninggalkan kedua anaknya" terangnya pada dokter yang sedang melihat hasil catatan pemeriksaan suster tadi.
"Sudahlah, itu memang takdir. Kembali bekerja dan pantau terus perkembangan anak ini"Â jawabnya sambil pergi
"Baik Dok, maaf"
Kasian nya, aku harusnya lebih beruntung karena masih punya Ayah sama Ibu yah meski mereka berdua sibuk. Tapi gapapa yang penting mereka selalu ngasih aku permen gula yang banyak. Batinnya yang polos.
"Sayang Ibu datang" mendengar itu anak gadis berumur 6 tahun ini bangkit dari tidurnya meski kesusahan karena saking senangnya, ia ingin cepat cepat memeluk ibunya itu. Namun yang ditunggu tak datang ke bilik gorden yang ia tempati melainkan ke sebelah kanan dibalik gordennya yang terdengar. Lagi dan lagi hanya harapan.
"Gimana? Udah baikkan? Ibu bawa makanan kesukaan kamu? Bangun dong sayang nya ibu" tak ada respon dari anak, Nadin hanya bisa diam juga melihat keadaan anaknya yang dibantu alat alat medis.