Mohon tunggu...
Teten Sang Pemoela
Teten Sang Pemoela Mohon Tunggu... -

Ini adalah catatan-catatan kecil pemikiran saya. Semoga bermanfaat untuk semua dan bisa turut membangun peradaban yang lebih baik.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Media dan Kemenangan Jokowi Pada Pemilukada DKI Jakarta

8 Desember 2012   02:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:01 1486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jokowi dipercaya menjadi ketua Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo). Perjumpaannya dengan politik saat ia mengikuti konvensi calon Walikota Solo yang digelar DPD PDI Perjuangan pada tahun 2005 silam (26/3-1/4/2012). Begitu lolos, dia disandingkan dengan Ketua DPD PDI Perjuangan Kota Surakarta FX Hadi Rudyatmo.

3.1.b Mulai Dikenal

Pada tahun 2005, Joko Widodo menjabat sebagai Walikota Solo wakilnya FX Hadi Rudyatmo. Di bawah kepemimpiannya, Solo mengalami perubahan yang cukup pesat. Gebrakan awal yang dilakukannya adalah membenahi Solo dengan menjadikannya kota tersebut sebagai The Spirit of Java. Pria bertubuh kurus itu juga mengajukan Surakarta menjadi anggota Organisasi Kota-kota Warisan Dunia dan diterima pada tahun 2006. Kemudian, Surakarta berhasil menjadi tuan rumah konferensi organsasi tersebut pada Oktober 2008. Pada tahun 2007, Surakarta menjadi tuan rumah Festival Musik Dunia (FMD) yang digelar di kompleks Benteng Vastenburg. Pada tahun 2008 FMD diselenggarakan di kompleks Istana Mangkunegaran (tokohindonesia.com).

Ia juga dinilai berhasil menyelesaikan kekumuhan Taman Banjarsari yang disebabkan oleh kesemrawatuan para pedagang barang bekas. Keberhasilannya itu dilakukan bukan dengan cara-cara pada umumnya pemegang otoritas. Seperti yang terjadi pada umumnya, tidak sedikit kepala daerah melalui tangan Satuan Polisi Pamong Praja melakukan kekerasan seperti pengusiran, pemukulan dengan pentungan dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan oleh kepala daerahnya.

Sementara Jokowi memiliki penyelesaian dengan cara lain. Ia mengajak para pedagang kaki lima itu makan bersama. Pada saat makan itu ia berdiskusi dengan para pedagang kaki lima. Memang, ketika diajak makan, para pedagang kakil lima itu tidak langsung bersedia pindah. Membutuhkan waktu yang cukup lama, sekitar 54 kali. Jamuan makan tersebut kadang dilakukan di rumah dinasnya, atau ada kalanya di pasar.

Pria kelahiran Surakarta, 21 Juni 1961 itu juga meraih sejumlah prestasi dan penghargaan. Ia tercatat sebagai peraih Kota Pro-Investasi dari Badan Penanaman Modal Daerah Jawa Tengah, Kota Layak Anak dari Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan selanjutnya Wahana Nugraha dari Departeman Perhubungan. Politisi dari PDI Perjuangan itu juga meraih Sanitasi dan Penataan Permukiman Kumuh dari Departeman Pekerjaan Umum (Majalah Tempo, 12 Januari 2012, hal: 105). Pria murah senyum ini juga menjadi salah satu ikon pemimpin daerah terbaik versi majalah Gatra 2011.

3.2 Jokowi Vs Bibit Waluyo

Awalnya, terutama di awal tahun 2012, masyarakat Jawa Tengah kurang mengenal nama Jokowi. Ia hanya dikenal di Kota Surakarta, tempat ia bertugas sebagai wali kota. Dalam lingkup regional, nama Jokowi mencuat setelah ia berseberangan pendapat dengan Gubernur Jawa Tengah, Bibit Waluyo, terkait pembangunan Saripetojo di Purwosari Kecamatan Laweyan Kota Surakarta (bagian barat Kota Solo).

Perbedaan pendapat berawal ketika Perusahaan Daerah Citra Mandiri, milik Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, membongkar eks gedung pabrik es Saripetojo pada Juni 2012. Pemprov beralasan, lahan tersebut akan digunakan untuk pembangunan pasar modern atau mal. Tujuannya untuk menciptakan lapangan pekerjaan bagi warga setempat. Namun proyek tersebut tidak berjalan mulus. Wali Kota Surakarta Joko Widodo bersama masyarakat setempat menolak rencana pemerintah tersebut. Mendapat tentangan dari pemerintah setempat dan warga, Gubernur Jawa Tengah, Bibit Waluyo, pun berang. Ia menuding walikota Surakarta, Joko Widodo, bodoh (Warta Jateng, 22/07/2012).

Dikatakan bodoh oleh Bibit Waluyo, tidak membuat Joko Widodo surut pada kebijakannya. Alumnus Universitas Gajah Mada jurusan Kehutanan itu beralasan, pertama, gedung bekas pabrik es itu memiliki cagar budaya, untuk itu eksistensi harus dipertahankan karena amanat undang-undang. Alasan kedua, pembangunan mall akan mengancam eksistensi para pedagang menengah ke bawah atau wong cilik. Baginya, pengusaha kecil dan menengah harus ditingkatkan perekonomiannya.

Soal status eks gedung pabrik es Saripetojo memang terjadi perbedaan pendapat. Menurut Ketua Tim Independen Pengkaji Bekas Pabrik Es Saripetojo yang juga mantan rektor Universitas Diponegoro, Prof Eko Budiharjo, bangunan tersebut bukan termasuk cagar budaya. Namun akhirnya, Prof Eko Budiharjo meralat pernyataan tersebut dan menyebut bangunan eks Saripetojo sebagai cagar budaya. Kemudian ia meminta maaf (Warta Jateng, 22/07/2012). Sementara pihak Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah memberikan penjelasan bahwa tidak seluruhnya termasuk benda cagar budaya. Tetapi, penetapan Saripetojo sebagai benda cagar budaya merupakan kewenangan Kementaran Pariwisata dan Kebudayaan. Selain itu juga, Wali Kota Surakarta juga dapat menetapkan lahan tersebut sebagai benda cagar budaya.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun