Mohon tunggu...
tri prabowo
tri prabowo Mohon Tunggu... Karyawan -

Engineer PLC, lagi belajar nulis, Hobi Cersil, sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Novel | "Teroesir dari Matesih 02"

12 April 2018   14:19 Diperbarui: 12 April 2018   14:23 925
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagai api di dalam sekam, rasanya dadanya seperti akan meledak. Linggar menatap tajam Ki Jagabaya dan Ki Bekel, tetapi kedua bebahu itu malah melemparkan pandangannya ke arah pintu regol yang terbuka.

Suwandana mencoba melampiaskan kekesalannya, setelah sebelumnya dikalahkan Linggar. Ia sengaja memancing kemarahan Linggar, "hei lihat anak pemberontak itu! Ia masih berani menengadahkan wajah tanpa rasa malu!"

Linggar kupingnya terasa panas mendengar ejekan Suwandana di depan para pengawal kademangan yang tersenyum sinis pula mengejeknya.

"Ingat aku akan kembali dan membunuh kalian satu persatu! Kau Suwandana, Jagabaya dan kau juga Ki Bekel!" ujar Linggar dengan nada tinggi.

Sorot mata Linggar menembus jantung mereka yang dimaksud. Tetapi ancaman Linggar di dengar ayahnya, yang berkuda perlahan di depan.

"Kendalikan dirimu Linggar! Jangan pernah kau memupuk dendam dihatimu!" ujar Ki Demang. Ki Demang tidak berkata lagi, ia kembali melangkahkan kudanya melewati regol.

Linggar hanya tertunduk mendengar peringatan ayahnya. Sementara para prajurit Demak itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya saja.

Rombongan berkuda itu meninggalkan kademangan dengan perlahan. Sepanjang jalan utama, Ki Demang melihat rakyatnya turut prihatin, tetapi ada pula yang sudah terkena hasutan seperti berbisik menggunjingnya. Linggar hanya menundukkan kepala, rasanya tak mampu lagi ia menatap rakyat Matesih yang sepertinya mencemoohnya.

Ketika melewati sebuah kelokan jalan di sudut desa, dilihatnya tanah lapang dan pohon sawo yang berbaris, tempat dia biasa berkumpul bersama teman sebayanya. Ia menarik napas dalam-dalam sepertinya berat meninggalkan teman-teman sepermainannya, mereka biasa bersenda gurau di tanah lapang itu, bahkan kadang sampai senja hari mereka baru pulang dari tempat itu.

Tetapi Linggar terkejut ketika mendengar suara seseorang memanggil namanya. Dilihatnya gadis yang seumuran dengan adiknya berlari-lari kecil menyusulnya.

"Kakang Linggar..! kakang Linggar akan pergi kemana?" tanya gadis itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun