"Ia tertusuk keris dilambungnya. Aku rasa ia terbunuh dalam keadaan tidak siap, atau dia dalam keadaan tertidur!" ujar senapati itu sambil mengerutkan dahi.
Tetapi Ki Jagabaya segera membantah pendapat Ki Jipayana, "Dia dibunuh orang suruhan Ki Demang, Ki Jipayana!"
"Jaga bicaramu Jagabaya! Cukup sudah mulut lancangmu itu menuduhku, biarlah Ki Jipayana yang memutuskan," kata Ki Demang membentak.
Ki Jagabaya hanya terdiam, sekilas dipandangnya Ki Bekel yang menggamit tangannya, seolah memberi isyarat untuk menahan diri. "Sudahlah Ki Jagabaya, demang itu pasti akan dibawa ke Demak," bisik Ki Bekel.
"Baiklah aku akan mengambil sikap," berkata Ki Jipayana. "Orang yang harusnya menjadi saksi kini sudah tidak ada. Tugasku menjadi semakin berat, karena satu orang buron yang selamat dari pembunuhan itu belum diketahui nasibnya. Aku sudah satu tahun ingin menumpas laskar yang mereka berdua pimpin, itu artinya satu orang yang tersisa itu dapat mengobarkan pemberontakkan di tlatah Demak," Senapati itu menarik napas panjang.
"Ki Demang Wulungan.., aku membutuhkan kesediaanmu dan putramu untuk ikut bersamaku Ke Demak."
"Apakah itu artinya, aku dinyatakan bersalah?" kata Ki Demang dengan nada dalam.
"Aku tidak bisa memutuskan itu sekarang Ki Demang. Tetapi keteranganmu sangat dibutuhkan disana. Yang membuatku heran, laskar yang membuat landasan di lereng Tidar itu sangat kuat. Aku berkesimpulan ada pihak yang menyokong pemberontakkan mereka dari daerah sekitar gunung Tidar itu."
Tatapan Ki Jipayana menyambar orang-orang yang hadir di bilik pekarangan rumah Ki Demang itu. Tetapi mimik wajah Ki Jagabaya dan Ki Bekel tetap datar-datar saja, mereka berusaha menyembunyikan kesan di mata senapati Demak itu.
Ki Demang Wulungan mengerutkan dahinya, berpikir. Tapi ia memantapkan hatinya, bahwa memang dia tidak bersalah. Ki Demang mendekati Linggar putranya, "Linggar.., kau dengar kata Ki Jipayana tadi?"
Linggar tak menjawab, hanya mengangguk. Sebenarnya amarah di dadanya masih membara kepada para bebahu yang telah memfitnah keluarganya, akan tetapi ditekannya perasaan itu di depan ayahnya.