"Hadirkan kedua buron itu ditempat ini! Kita dapat mendengarkan pengakuan mereka, disaksikan orang-orang yang hadir ditempat ini!" perintah Ki Jipayana.
Ki Demang langsung memerintahkan dua penjaga regol itu, untuk menghadirkan dua buron itu ke halaman pendapa Ki Demang. Semua yang hadir berdebar-debar menantikan kesaksian dari dua buron Jipang itu. Ki Jagabaya dan Ki Bekel tampak tenang-tenang saja, kesan di wajah mereka datar saja.
Tiba-tiba suasana yang mencekam itu dikejutkan oleh seorang penjaga regol tadi yang ditugaskan menghadirkan dua buron itu. "Celaka Ki Demang! Dua buron itu..., dua buron itu...," suaranya terbata-bata.
Ki Demang pun menegang, "Katakan dengan jelas! Apa yang terjadi dengan mereka?"
"Satu orang tewas, dan yang satu lagi tidak ada di dalam biliknya!"
"Apa kau bilang?" kata Ki Demang dengan mata terbelalak.
Ki Demang langsung bergegas ke bilik pekarangan rumahnya. Diikuti para bebahu dan senapati tadi, serta prajurit Demak.
Hatinya bertambah panas melihat kenyataan yang terjadi, dilihatnya hanya seorang saja dibilik itu dalam keadaan bersimbah darah.
"Biadab! Aku rasa orang yang membunuhnya sungguh tak punya hati!" ujar Ki Demang dengan nada geram.
"Silahkan Ki Jipayana, apakah kau akan tetap menggelandangku ke Demak? Atau kau akan percaya kata-kataku? Orang yang aku anggap bisa mematahkan tuduhan kalian telah kabur dan satu lagi dibunuh secara keji!"
Semua yang menyaksikan itu menjadi tegang, Ki Jipayana pun mencoba memperhatikan orang yang terbunuh itu.