Suasana menjadi hening beberapa saat, masing-masing dari mereka bermain dengan angan-angannya menyambungkan peristiwa yang terjadi.
Kemudian Suara Raden Pamekas membuyarkan lamunan mereka, "Baiklah Ki Wulungan dan kau Linggar. Aku rasa keterangan yang aku dapat sudah cukup. Aku rasa kau tidak perlu menyertaiku ke Pajang untuk menghadap kangmas adipati Karebet, kalian aku nyatakan bebas dan boleh kembali ke Matesih."
Sejenak Ki Wulungan dan Linggar saling berpandangan. Tetapi kemudian Ki Wulungan berkata, "Hamba sangat berterimakasih Raden, tetapi ada sesuatu yang mengganjal dihatiku."
"Apa itu? Katakanlah!" sahut Raden Pamekas.
"Rasanya hati kami belum mapan, jika belum mengantarkan rombongan Raden sampai di seberang sungai Praga ini."
"Apakah ada yang mencurigakan diseputar tempat ini?" tanya Raden Pamekas penasaran.
"Hamba melihat jejak tapak-tapak kaki ditepian sungai Praga yang mencurigakan, jumlahnya tidak sedikit. Aku pikir ada lebih dari puluhan orang yang sudah menyeberang sungai ini sebelumnya."
"Ki Jipayana pun sudah mengetahuinya Raden, bukan maksudku mendahului Ki Jipayana melaporkan hal ini, Tetapi karena Raden sudah memutuskan agar aku kembali ke Matesih, maka aku perlu menyampaikan hal ini. Kalau diperkenankan aku akan menyertai iring-iringan Raden, paling tidak sampai seberang sungai ini."
Ki Jipayana menanggapi, " mohon maaf Raden, yang dikatakan Ki Wulungan memang benar. Dan kau Ki Wulungan, aku tidak keberatan kau menyampaikan itu, karena semata-mata demi keselamatan seluruh rombongan ini."
Raden Pamekas mengangguk-angguk, "Baiklah, kalau hatimu sudah mantap Ki Wulungan. Aku sangat berterimakasih. Selanjutnya, marilah kita beristirahat sekedar merebahkan diri."
"Ki Jipayana. Perketat penjagaan, jangan sampai kita lengah!"