Mohon tunggu...
tri prabowo
tri prabowo Mohon Tunggu... Karyawan -

Engineer PLC, lagi belajar nulis, Hobi Cersil, sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Serial: Andaru Wijaya [48]

5 Mei 2017   16:01 Diperbarui: 11 Mei 2017   10:56 1006
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kata-kata Ratih membuat bulu kuduknya Kuntara meremang, dan degup jantungnya pun berpacu hebat.

Ratih kemudian menyingkap kain panjangnya, setelah itu mengikatnya dipinggang. Kini yang terlihat, ia mengenakan kebaya dengan celana pendek selutut.

“Jangan gila Ratih! Kau sadar akan perbuatanmu?” kata Kuntara dengan nada tinggi.

“Bersiaplah!” ujar Ratih.

Kemudian Ratih mencoba menggapai wajah Kuntara perlahan. Kuntara menepis dengan tangannya. Tidak berhenti disitu, Ratih mencoba mencengkeram baju Kuntara. Kuntara pun menangkap pergelangan tangan Ratih, tetapi Ratih tidak berusaha melepaskan tangannya yang digenggam Kuntara. Akhirnya Kuntaralah yang melepaskannya.

Ratih kembali mencengkeram pundak Kuntara dengan cepat, Kuntara tak sempat mengelak ketika tangan Ratih mencengkeram erat pundaknya. Kuntara terkejut melihat tangan Ratih mencengkeram pundaknya, ia pun berusaha menarik pundaknya kebelakang. Akibatnya, bajunya koyak dibagian pundak.

Kuntara makin keheranan melihat perubahan sikap Ratih yang polos, kini berubah bagai serigala liar.

“Kendalikan dirimu Ratih! Hantu mana yang telah merasuki tubuhmu?” kata Kuntara dengan nada tinggi.

Ratih tidak menggubris, kini kedua tangannya digerakkan bertambah cepat memegang leher Kuntara. Kuntara pun dengan cepat menampik kedua tangan Ratih yang hendak menggapai lehernya. Kedua siku Kuntara menangkup di depan dadanya, kemudian ia gerakan kesamping sikunya itu. Akibatnya dua tangan Ratih yang hendak menggapai lehernya, urung karena terbentur lengan Kuntara. Akan tetapi diluar dugaan, tangan kiri Ratih membungkukkan badan Kuntara, lalu dengan cepat lututnya menanduk perut Kuntara. Kuntara tak sempat berkelit, ia hanya terbungkuk-bungkuk menahan sakit diperutnya.

Kuntara memandang sekeliling kebun dibelakang rumahnya itu. Tapi tak ada seorang pun yang sedang bekerja. Karena biasanya saat tengah hari dua penggarap kebunnya pulang untuk beristirahat. Padahal ia berharap bisa meminta tolong kepada penjaga kebunnya untuk menyadarkan perilaku Ratih.

Kuntara kehabisan akal, terlintas dalam pikirannya untuk berlari meninggalkan Ratih. Tetapi timbul pertentangan dihatinya, untuk apa lari hanya menghadapi seorang wanita. Tetapi wanita yang kesehariannya polos itu, kini berubah menjadi serigala betina.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun