Mohon tunggu...
Acha Khairunisa
Acha Khairunisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Sastra Indonesia

Hanya senang menulis suatu karya tulis yang berharap dapat bermanfaat bagi siapapun.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kaca yang Pecah

25 Februari 2024   17:00 Diperbarui: 25 Februari 2024   17:03 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Andin diam sesaat. Mengolah kata demi kata yang diucapkan oleh Syifa. Sejujurnya tadi dia mau bertanya maksud dari kata yang terdengar ambigu diucapkan oleh Syifa, tapi Syifa lebih dulu memotongnya.

"Syif?"

"Ya?"

"Lu seriusan sama berita itu? Maksud gua, nggak mungkinlah, ini Rani lho," ucap Andin masih nggak percaya.

"Yaudahlah, terserah elu Ndin."

Syifa berbalik lagi, berpura-pura ngambek padahal dirinya tau kalau Andin pasti tidak peka sama lingkungan disekitarnya.
***

Berjalan sambil mendengarkan lagu adalah hal yang paling disukai Andin. Dirinya menyukai ketenangan dari balik berisiknya kota yang dia tinggali. Berjalan menyusuri rerumputan yang tingginya tak sampai se-mata kaki dari sekolah, membuat dia berhenti saat menemukan bunga putri malu. Gadis itu berjongkok, memainkan putri malu tersebut dengan riang hati.

"Terbuka, tertutup. Terbuka, tertutup. Terbuka, tertutup." Andin senang sekali dengan bunga itu. Bunga yang akan malu-malu bila disentuh. Walau hidup di rerumputan, bunga putri malu berusaha tetap bertahan ditengah hiruk-pikuk dunia yang berisik.

"Hai gadis cantik!"

Tanpa Andin sadari, seseorang telah berdiri di depannya. Menyapanya dengan suara yang sebisa mungkin lembut. Berharap Andin menoleh padanya. Tapi Andin sama sekali tidak mendengar. Suara musik terlalu keras di telinganya.

"Terbuka, tertutup. Terbuka, tertutup. Terbuka, tertutup." Andin asik dengan aktifitasnya sendiri. Dirinya kaget, saat seseorang tiba-tiba ikut berjongkok di depannya. Tersenyum mengerikan di mata Andin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun