Mohon tunggu...
Acha Khairunisa
Acha Khairunisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Sastra Indonesia

Hanya senang menulis suatu karya tulis yang berharap dapat bermanfaat bagi siapapun.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kaca yang Pecah

25 Februari 2024   17:00 Diperbarui: 25 Februari 2024   17:03 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Pelakunya sudah ditangkap dan polisi meminta kamu untuk memberikan kesaksian di persidangan besok. Kamu bersedia sayang?" tanya Mama hati-hati.

Tubuh Andin bergetar, matanya berkaca-kaca. Sekali lagi, ingatan itu kembali lagi. Memutari ingatan Andin hingga Andin muak dan muntah.

"Nak, sayang. Kamu oke? Hei, kalau tidak bersedia juga tidak apa-apa kok, yang terpenting sekarang adalah kondisi kamu. Kalau gitu, biar Mama ke Papa kalau kamu nggak mau yaa."

"Andin mau Mah. Andin mau pria itu dihukum berat," ucap Andin lirih. Badannya masih bergetar.

"Yasudah, kalau gitu kamu istirahat dulu yah." Mama meminta Andin berbaring dan menyelimuti Andin.
Andin memejamkan matanya, berharap hari esok akan lebih indah dan kesaksiannya besok dapat menghukum pria bejat itu seberat-beratnya.

***

Cuaca hari ini begitu dingin, hingga menusuk ke tulang dada. Andin keluar dari mobil dengan didampingi papah dan Mamah. Gadis itu menatap lekat pada gedung di depannya. Rasa takut menjalari seluruh tubuhnya. Rasa ingin kabur sebelum masuk ke gedung membludak di dalam diri Andin. Tapi dia harus bisa. Dia harus bisa. Ini satu-satunya cara untuk dapat membela dirinya dan berharap pelaku mendapatkan hukuman yang sepantasnya.

Mama menepuk bahu Andin pelan. Meyakinkan Andin bahwa dirinya akan baik-baik saja. Begitu juga dengan Papa, Papa menatap Andin dengan sorot bahwa Andin pasti bisa membela dirinya dan juga memberikan hukuman yang setimpal padanya.
Ketiganya melangkah memasuki gedung tersebut dengan harapan yang besar. Bahwa hasil akhirnya nanti sesuai dengan harapan mereka.

Saat akan memasuki ruangan, Andin tiba-tiba merasa pusing dan mual. Gadis itu seakan ingin pingsan saat itu juga. Tapi untungnya Mama menahan tubuh Andin. Sedangkan Papa meminta untuk memberikan kursi roda. Andin akhirnya duduk di kursi roda dengan di dorong Mama. Pintu ruangan itu terbuka lebar, banyak sekali orang disana. Tatapan mengintimidasi yang dirasakan Andin sendiri sangat terasa. Rasa ingin kabur semakin membludak.

"Mah." Andin memegangi tangan Mama erat.

Mama menggeleng pelan, menepuk sekali bahu Andin. "Kamu pasti bisa sayang," bisik Mama pelan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun