Mohon tunggu...
Takas T.P Sitanggang
Takas T.P Sitanggang Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mantan Jurnalist. Masih Usahawan

Menulis adalah rasa syukurku kepada Sang Pencipta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Lampu Menjelang Pernikahan

29 Juli 2018   18:38 Diperbarui: 29 Juli 2018   19:59 726
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Saya mau membeli novel ini!" kataku cepat. 

"Saya juga mau membeli novel ini!" dia langsung menimpali. 

Si pemilik kios kebingungan. "Tapi novel itu cuma ada satu," katanya.

"Mba," Tito menatapku tajam. "Saya penggemar berat Arswendo, dan dari semua karangannya cuma novel ini yang belum saya punya," ujarnya.

Aku mengerti. Adalah sesuatu yang membahagiakan bisa mendapatkan karya pengarang yang begitu kita kagumi. Terlebih jika karyanya itu sudah menjadi barang langka. Seandainya aku berada di posisinya dan novel yang di tangan kami adalah karya Djenar Maesa Ayu niscaya aku akan bersikap sama sepertinya.  

"Tapi saya sangat membutuhkan novel ini untuk skripsi saya," kataku, berharap dia mau mengalah begitu mendengar kepentinganku.

Si pemilik kios masih berdiri di tengah-tengah kami, dan terlihat tambah kebingungan, matanya bergerak ke kanan-ke kiri menatap kami yang mendadak sama-sama terdiam. 

"Jadinya bagaimana, Mba? Mas?"

Tito tersenyum. Wajahnya yang sempat agak seram berubah drastis menjadi begitu manis. Kalau saja dia pacarku aku sudah mencubit pipinya keras-keras. 

"Baiklah, karena novel ini untuk tugas skripsimu, kau saja yang membawanya duluan. Tapi nanti setelah kau tak lagi membutuhkannya kau mau, kan, memberikan novel ini kepada saya? Saya ingin sekali membacanya," ujarnya. 

"Bertemu dengannya lagi? Bukan sesuatu yang buruk," kataku dalam hati. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun