Mohon tunggu...
Syukra (kaka) Alhamda
Syukra (kaka) Alhamda Mohon Tunggu... Freelancer - Photographer

Penikmat Ketetapan Tuhan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Syirik Sebagai Kontradiksi dalam Pengimanan Tauhid

20 November 2021   09:01 Diperbarui: 20 November 2021   09:16 643
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Abstrak

Tauhid dan syirik merupakan suatu hal dalam agama islam yang tidak dapat dipisahkan dan saling bertentangan. Tauhid juga merupakan misi bagi para Nabi dan Rasul yang juga merupakan essensi dari agama Islam. Karena itu, para Nabi sangat gigih untuk memberantas segala macam bentuk kemusyirkan (polytheisme) seperti yang menyelimuti masyarakat jahiliyah. Para filsof juga menafsirkan dalam proses berfikirnya tentang teori keesaan bahwa sesuatu yang 'terbilang' merupakan representatif dari semua hal yang berbentuk, dan penjelasan ini sulit untuk diterima akal sehat. dalam konsep tauhid sendiri dapat dikatikan bahwa musyrik atau syirik secara garis besar muncul di karenakan anggapan bahwa tuhan harus memiliki bentuk yang mewujudinya, ataupun karena keraguannya atas eksistensi tuhan dalam kehidupan.

Syirik sendiri sudah berkembang sejak zaman jahiliyah yang masyarakatnya saat itu banyak menyembah berhala atau patung. Tetapi di zaman seperti sekarang ini bentuk dari syirik atau kemusyrikan itu tidak hanya tampak dari perbuatan, tetapi juga bisa dari niat, maksud, ataupun perkataan-perkataan yang jika diucapkan secara salah dapat menjadikan seseorang musyrik tanpa disadari. Untuk menyempurnakan keimanan dan juga mengharapkan ridho Allah SWT tentunya seorang muslim harus dapat mengenali apa itu syirik, macam-macam bentuk syirik, dan juga apa perbedaan dari macam-macam syirik tersebut.

Di dalam tulisan ini membahas mengenai Syirik berdasarkan buku Ringkasan Syirik dan Tauhid karya Noor Kandir serta Al-Qur'an. Selain itu tulisan ini menggunakan sumber-sumber resmi lain yang sesuai serta mendukung pembahasan ini.

Kata kunci: teologi, tauhid, syirik.

A. PENDAHULUAN

Tauhid adalah masdar yang artinya menjadikan sesuatu jadi satu (dalam bentukan kata wa-ha-da).[1] Dalam hal ini yang dimaksud sesuatu yang jadi satu adalah keesaan tuhan.

 

Adapun hakikat daripada tauhid itu sendiri merupakan ditaatinya semua titah dan meninggalkan semua tegahan Allah SWT. serta sarat akan tunduk, cinta, pasrah, dan penuh asa lewat cara mengkhidmatkan diri kepada Allah SWT terus-menerus dan ikhlas.[2]

 

Menjalankan perintah dan meninggalkan tegahan Allah SWT. termasuk ibadah yang wajib dilakukan oleh seorang muslim. Hal ini juga telah dijelaskan melalui amaran Allah SWT. di kitab Al-Qur'an, bahwasannya Allah SWT menciptakan makhluk berupa jin dan manusia yang tujuannya hanya untuk berdoa kepada Allah SWT.

 

Atas firman Allah SWT tersebut lah maka pengakuan atas keesaan Allah SWT harus dipatuhi. Meyakini bahwa Allah SWT merupakan tuhan yang tunggal dan pemahaman bahwa tidak satu perwujudan pun yang dapat mempersekutukannya. Tetapi, masih tak terhitung manusia yang tidak melegalkan eksistensi adanya Allah SWT sebagai zat tunggal tuhan yang patut diibadahi. Ketidakpercayaan tersebut telah teruji dengan adanya dari suatu golongan atau kaum yang masih menaklukkan diri pada api, matahari, bulan, bintang, tumbuhan, langit, binatang, dan juga berhala (patung). Sungguh ruginya mereka yang menyembah kepada selain Allah SWT yang secara intelektualitas dan fikiran tidak akan dapat memberi pertolongan dan utilitas kepada mereka.[3]

 

Sangat disayangkan bahwa syirik masih sangat berkembang saat ini sedang janji Allah SWT sudah eksplisit menjelaskan bahwa siapa saja yang mensyariatkan Allah SWT dengan perkara lain niscaya mendapat siksaan yang benar-benar pedih. Selain itu, Allah SWT. juga telah menegaskan bahwa Allah SWT tidak pernah menenggang dengan pelaku perbuatan syirik.[4] Adapun pengertiannya yaitu suatu tanda kemasyarakatan yang unjuk akibat jauhnya jarak masyarakat pada ilham tauhid disebut dengan syirik. Kesesatan dan kezaliman yang ada dihantarkan oleh kesalahan dalam memahami tauhid tersebut bisa terjadi dengan bentuk yang beragam dengan hakikat konteks pengerjaan dalam sifat disengaja ataupun tidak disengaja yang pada akhirnya akan menjerumuskan pada satu titik yaitu kemusyrikan. Kafir atau msuyrik juga terbagi menjadi empat penggolongan atau jenis, yaitu kafir harbi (bermusuhan secara terbuka atau frontal), kafir dzimmi (membayar pajak di ranah kaum muslimin), kafir musta'man (dapatkan agunan keamanan), kafir mu'ahad (terkongkong perjanjian damai) dan menurut islam kafir yang boleh diperangi yaitu kafir harbi[5]. Karena itu, penting untuk mengetahui apa-apa saja bentuk dari syirik serta akibat atau dampak yang ditimbulkannya.

 

 

B. PEMBAHASAN

 

Menurut hakikatnya tauhid adalah memurnikan sembahyang kepada Allah SWT. Menghidmatkan diri secara terus-menerus dan tulen, dengan cara menaati titah-Nya dan meninggalkan tegahan-Nya malalui bentuk ikhlas, cinta, harap, dan takut kepada Allah SWT.[6] Untuk memurnikan ibadah kepada Allah tentulah harus dilakukan jauh dari sifat-sifat atau perbuatan-perbuatan yang dapat menjadikan seseorang menjadi musyrik dan membatalkan keimanan. Kaidah dalam memahami syirik yaitu "menyambahkan setiap doa untuk selain Allah SWT merupakan syirik dan kufur, sedangkan pembuatnya adalah musyrik dan kafir."[7]

 

B.1 Pengertian kata Syirik

 

Syirik bermuasal dari bentukan kata - -   , jika secara bahasa memiliki arti menyekutukan, atau berserikat.[8] Sedangkan secara istilah adalah Allah SWT disekutukan dengan anggapan atau iktikad lain, sekan-akan ada Maha Kuasa lain yang ada disamping Allah SWT.[9]

 

Kegiatan menyekutukan Allah SWT tentulah sangat bertentangan dengan tauhid. Tak pelak, terkadang tanpa disadari banyak orang-orang yang disadari ataupun tanpa disadari telah menjadi musyrik. Pada kalam Al-Qur'an Allah SWT telah menggarisbawahi secara jelas "Sungguh, dosa yang tidak diampuni Allah adalah syirik, bagi siapa yang dikehendakinya akan diampuni dosanya (selain) dari syirik" (QS. An-Nisa': 48). Ayat ini membeberkan bahwa orang yang berkelakuan syirik lalu meninggal tanpa bertaubat akan dimasukkan dan kekal di neraka. Hal ini berbeda dengan maksiat yang masih dikehendaki Allah SWT. Jika dia mengijinkan, dia dapat menyiksa, menoleransi, dan menjebloskan ke surga.[10] Bahkan, Nabi Ibrahim As. juga sangat takut akan kesyirikan. Yang mana telah disebutkan dalam Al-Quran mengenai pengharapannya atas lindungan keluarganya pada Allah SWT dari syirik pada patung.[11] 

 

Jenis-Jenis insan musyrik itu sangat beragam. Ada yang berdatang sembah pada berhala (patung), berdatang sembah pada laut, matahari, bintang, dan bulan. Tetapi, semuanya dalam satu penyimpangan yaitu beribadah kepada wujud bukan Allah SWT.[12] 

 

Oleh sebab itu, bagi siapapun yang memberi sembah kepada wujud bukan Allah SWT. bermakna ibadahnya tidak ia tempatkan pada letaknya, dan memperuntukkannya kepada yang tidak sah dan ini adalah wujud kezaliman yang besar yang dijelaskan oleh Allah SWT dalam firmannya mengenai seorang bapak yang mengajarkan kepada anaknya untuk tidak mempersekutukan Allah SWT agar ia tidak termasuk golongan yang zalim (QS. Luqman: 13). Selain itu, amal kebaikan serta keimanan yang telah dilakukan seseorang dapat hilang dan batal dikarenakan syirik.[13]

 

 

B.2 Awal Mula Munculnya Syirik

 

Allah SWT telah menjelaskan bahwa pada awalnya manusia adalah satu kesatuan umat yang bertauhid, tetapi kemudian datanglah kesyirikan. Sehingga Allah SWT menitahkan para Nabi dan Rasul bersama kitab-kitab sebagai bekal bagi mereka kepada jalan yang benar, tetapi kemudian timbul perselisihan dan kedengkian atas mereka yang membuat mereka terbagi menjadi golongan orang yang bertaubat dan kembali beriman kepada Allah SWT melalui petunjuk dari Allah SWT dan sebagian lainnya tetap berpaling.[14]

 

Kemudian, setelah 1000 tahun kesyirikan mulai tumbuh berkembang dikalangan suatu kaum yang menyembah patung (berhala) yaitu Wadd, Suwaa', Yaghuts, Ya'ud dan Nasr,[15] sehingga Allah SWT mengutus Nabi Nuh As membawa kitab untuk menyampaikan dan mengajak kembali kaum tersebut kepada jalan yang Allah SWT kehendaki (Tauhid).[16]

 

Pada awalnya Wadd, Suwaa', Yaghuts, Ya'ud dan Nasr merupakan orang-orang sholeh yang sangat taat kepada Allah SWT, yang mana mereka memiliki Tabi'at yang sangat baik, dan juga wafatnya mereka memiliki waktu yang sangat berdekatan, membuat orang-orang yang menyaksikannya pada saat itu mengalami sedih yang sangat mendalam. Kemudian, orang-orang itu membangun masjid yang lengkap dengan gambar-gambar orang-orang shalih tersebut yang mana pada awalnya ini bertujuan untuk mengenang keshalihan mereka, tetapi kemudian gambar-gambar tersebut malah dijadikan oleh mereka sosok-sosok yang memiliki tubuh.[17]

 

Hal inilah yang menjadi pangkal kesyirikan dan berhubungan erat dengan ghuluw terhadap orang sholeh yang sudah meninggal, yang kemudian dibuatkan berhala sebagai perantara (wasilah) kepada Allah SWT. Selanjutnya muncul generasi jahil yang memberinya nama dan menyembahnya.[18] Sebelum Rasulullah wafat, beliau mengingatkan umatnya agar menjauh dari dua hal, pertama mengfungsikan kuburan beliau sebagai tempat ibadah atau pengadaan peringatan, kedua dilaknatnya orang-orang Nashrani dan Yahudi karena menggunakan kuburan Nabi sebagai tempat beribadah, serta menegaskan untuk umat islam tidak menirunya.[19] 

 

            Kemusyrikan terus berlanjut seiring berkembangnya waktu dan peradaban manusia. Sesudah era kerasulan Nabi Nuh As, kemusyrikan menular dan berkembang sampai pada er Nabi Hud As dijelaskan di Al-Quran surah Hud ayat 53 dan pada masa Nabi Shaleh As dijabarkan juga di Al-Qur'an surah Hud ayat 62, dan juga pada masa Nabi Ibrahim. Perilaku syirik juga tampak pada zaman Nabi Musa As yang diperintah untuk memimpin Bani Israil dalam memerdekakan diri dari kekejaman Fir'aun. Tetapi, kebebasan yang didapat kaum tersebut dari kesewenangan Fir'aun di sikapi dengan acuh tak acuh bahkan mereka melacak sosok tuhan palsu untuk disejajarkan dengan Allah SWT.[20]

 

 

B.3 Macam-macam Syirik

 

Menurut pendapat Ibnu Qoyyim syirik terbagi menjad 2, yaitu Syirik Akbar dan Syirik Asghor.[21] Syirik Akbar disini tidak berimplikasi pada Rab-Nya Allah yang menciptakan, menumbuhkan, dan mematikan. Tetapi, berimbuh pada kecintaan (illah mahabbah).

 

1. Syirik Akbar atau (Syirik besar)

 

Syirik Akbar merupakan perlakuan syirik yang sangat frontal mengira adanya tuhan selain daripada Allah SWT yang dapat menandingi-Nya.[22]

 

Yang dimaksud dengan syirik akbar yaitu syirik yang menyamakan kekhususan Allah SWT, kekhususan yang dimaksud yaitu mengenai Rububiyah (hak mewujudkan, mempunyai, mengelompokkan termasuk dalam memperuntukkan rezeki), hak Asma' wa shifat (Keutuhan nama dan sifat), hak Uluhiyah (diibadahi).[23] Syirik jenis ini membatalkan keislaman, menghapus semua amal kebaikan dan kekal di neraka.[24]

 

Dalam hal ini syirik akbar juga terbagi menjadi 4 yaitu syirik ibadah, syirik niat, kehendak dan tujuan, syirik ketaatan dan syirik cinta. Dalam hal ini syirik ibadah, doa seseorang yang rusak karena tendensi terhadap materi diibaratkan dengan seseorang yang hilang kesuciannya karena terkena hadas.[25] Syirik doa ini juga difirmankan oleh Allah SWT dalam Al-Qur'an surah Al-Ankabut[29]: 65 yaitu Peristiwa tentang sesuatu kaum yang berdoa kepada Allah SWT agar diberi keselamatan sebelum berpergian, tetapi ketika ia telah diberi keselamatan oleh Allah SWT maka mereka kembali mengingkari Allah SWT . Adapun doa sendiri terbagi menjadi dua bentuk, yaitu doa mas'alah (permohonan) dan doa ibadah. Adapun contoh pengimplementasian doa permohonan yang ditujukan kepada selain Allah SWT "Bebaskanlah hutang-hutangku, wahai Syaikh Abdul Qadir Al-Jaelani!" dan contoh doa lainnya yang bermakna tujuan ibadah yaitu doa yang ditunjukkan kepada selain Allah SWT seperti doa meyembelih untuk jin atau penghuni kubur.[26]

 

Selanjutnya Syirik niat, kemauan dan tujuan. Seperti sabda Nabi mengenai niat "Segala sesuatu tergantung niatnya, barang siapa yang beribadah dengan karena Allah SWT dan Rasul-Nya maka itulah yang akan ia dapatkan dan barang siapa berniat untuk perkara urusan dunia atau wanita untuk dinikahinya maka itulah yang akan ia dapatkan."[27] Selain itu, Allah SWT juga telah menyebutkan apabila selama di dunia seseorang menghendaki sesuatu hal tentang duniawi maka Allah SWT akan memberikannya kepadanya dan ia akan merasa cukup, tetapi di akhirat ia akan masuk ke neraka dan perbuatannya selama di dunia akan sia-sia.[28]

 

Adapun Syirik ketaatan dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu mereka yang mengetahui nama Allah SWT diganti oleh rahib mereka dan mereka membuntutinya, dan mereka yang meyakini pada zahidnya untuk mendaga pada Allah SWT.[29] Allah SWT juga sudah menjelaskan pada Al-Quran bagaimana suatu kaum yang Musyrik mengenai ketaatan mereka pada QS. At-Taubah ayat 31"Mereka menjadikan orang-orang sholehnya dan zahid-zahid mereka sebagai tuhan sandingan selain Allah dan mereka juga mempertaruhkan Al Masih putera Maryam, padahal sejatinya mereka dititah untuk memberi sembah pada Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang pantas diibadahi) selain Allah, Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan."[30] Peristiwa ini disebabkan karena mukjizat yang dimiliki oleh Nabi Isa As. yang mempu membangkitkan orang yang sudah meninggal, membinasakan orang yang hidup, dapat memulihkan kebutaan, memulihkan penyakit sopak dan membawa makanan dari surga.[31] Yang menjadikan kaum Nashrani ketika itu hingga saat ini menobatkannya sebagai tuhan.

 

Syirik cinta, terbagi dalam empat kelompok yaitu menyayangi Allah SWT, menyayangi apapun yang dicintai Allah SWT, mencintai sesuatu demi Allah SWT, dan cinta dengan sesuatu yang disetarakan dengan Allah SWT.[32] Sebab syarat iman akan cinta yaitu yang paling dicintai hanyalah Allah SWT, tidak yang lainnya. Pada hakikatnya Syirik Akbar adalah beribadah untuk selain Allah SWT. seperti memanjatkan puja untuk selain Allah SWT, beriktikad untuk selain Allah SWT, Berkaul bukan karena Allah SWT, Beribadah untuk Jin atau ahli kubur atau setan tertentu, was-was terhadap mayit dengan meyakini dapat berbahaya baginya, bertopang kepada selain Allah SWT untuk membantu dan menggenapi hajatnya, dan ibadah-ibadah lain yang tidak boleh dilakukan kepada selain-Nya.[33] 

 

2. Syirik Asghor (Syirik Kecil)

 

Syirik kecil adalah bentuk syirik besar yang dihantarkan melalui perantara tetapi tidak mencapai ke derajat ibadah baik hasrat, perkataan, perbuatan. Ataupun setiap hal dalam Al-Qur'an atau Hadits yang menuturkan syirik tetapi syirik yang tidak atau belum sampai pada tingkatan syirik besar. Akan tetapi, dengan keyakinan pelaku syirik kecil dapat berubah bentuk menjadi syirik besar.[34] 

 

Dijelaskan juga dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Hatim no. 229 dalam At-Tafsir. Disempurnakan oleh Syaikh Al-Albani, "Syirik kecil merupakan tandingan, syirik kecil lebih buram daripada semut kecil di atas batu hitam di malam yang gelap. Ia adalah ujaran: demi Allah SWT dan demi jiwamu dan demi jiwaku, wahai Fulanah; ujaran: jika tidak karena anjing pastinya kami didatangi pencuri, jika bukan karena keberadaan hewan di rumah pasti kami didatangi pencuri; begitu juga ujaran seorang individu kepada individu lainnya: Atas berkat Allah SWT dan berkatmu; ujaran: jika tidak karena Allah SWT dan Fulanah. Janganlah melakukan hal itu karena ini merupakan syirik." Tentang bersumpah ini, diriwayatkan oleh Ibnu Umar, seseorang terdengar bersumpah "Tidak, demi Ka'bah," kemudian Ibnu Umar berujar "Selain dari Allah SWT janganlah kamu berikrar. Sungguh, aku pernah mendengar Nabi Muhammad SAW bersabda", yaitu "Siapapun yang berikrar dengan selain Allah SWT, maka Ia melakukan kufur atau syirik."(Shahih: HR. At-Tirmidzi no. 1535)[35]

 

Selain itu, Mengaku adanya kekuasaan selain Allah SWT secara tersirat melalui perbuatan maupun perkataan juga bagian dari syirik kecil. Termasuk hal yang sebagaimana dikatakan oleh Musnad Ahmad Ibn Hambal yaitu perbuatan yang dikerjakan oleh seseorang dan memiliki maksud untuk dipuji (riya).[36] Bahkan Nabi Muhammad SAW. sangat khawatir jika umat muslim melakukan syirik kecil, Sebagaimana yang diriwayatkan Nabi Muhammad SAW. dalam satu hadits "Satu hal yang sangat aku cemaskan kepada kamu semua yaitu perilaku syirik kecil. Saat ditanyai akan maksudnya, beliau membalas: Yaitu Riya."[37]

 

Di dalam Syirik Asghar juga terbagi menjadi 2, yaitu syirik Nampak (Zhahir) dan syirik tersembunyi (khafi). [38]

 

Syirik Nampak yaitu syirik yang berjanji dengan sesuatu selain Allah SWT. dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Allah SWT juga telah menyebutkan bahwa seseorang tidak akan bisa melakukan sesuatu yang dikehendakinya, kecuali Allah SWT tuhan semesta alam menghendakinya.[39] Seperti hadis yang telah diriwayatkan Ibnu Umar bahwa Nabi Muhammad SAW juga telah memperingati mengenai sumpah dengan selain allah. Itu berarti bahwa jika seseorang berkeyakinan bahwa sesuatu yang dia gunakan dalam sumpahnya lebih baik derajatnya baginya daripada Allah SWT, sehingga dia kemudian merendah dan mengaggungkannya ibarat atau lebih daripada Allah SWT, maka syirik ini kemudian akan menjadi syirik yang besar.[40] 

 

Dalam bentuk perbuatan bisa dilihat seperti penggunaan gelang atau benang sebagai pencegah atau penghilang bala (tamimah). Seperti yang dijelaskan oleh Nabi Muhammad melalui sabdanya "Sesungguhnya mantra (ruqyah), azimat (tamimah), dan rajah (tiwalah) adalah perbuatan syirik."(HR. Abu Dawud No. 3883) Jika dia meyakini bahwa bala dapat dihilangkan atau dicegah menggunakan alat-alat tersebut maka itu termasuk syirik besar. Tetapi, jika dia berkeyakinan dan mempercayai bahwa cuma Allah SWT yang dapat menghilangkan dan mencegah bala tetapi penggunaan benda-benda tersebut dijadikan salah satu faktor pendukung, maka ini termasuk syirik kecil yang sia-sia perbuatannya. Hal ini disebut syirik kecil karena tidak ada faedahnya dari sisi syar'i tentu menjadi sia-sia karena seluruh  sesuatu yang ditegahkan oleh Allah SWT merupakan kesia-siaan, kemudian dari sisi qodari syari'at tidak menjelaskan bahwa pengobatan maupun bala dapat dicegah dan dihilangkan melalui benda-benda tersebut dengan mujarab. Tetapi, lain dengan halnya obat kimia yang sudah dibuktikan secara penelitian dan dapat dipertanggung jawabkan, sehingga itu bersifat boleh. Seluruh bentuk yang disebutkan ini bisa menjadi syirik besar jika seseorang tersebut meyakini bahwa benda-benda tersebutlah yang meniadakan atau mencegah petaka atas mereka, tetapi jika mereka hanya beranggapan bahwa alat-alat yang digunakannya hanyalah sebatas perantara atas kehendak Allah SWT maka ia sia-sia dan tergolong musyrik kecil dengan dosa yang besar karena benda tersebut secara syari'at bukan obat medis dan dilarang oleh Allah SWT penggunaannya.[41] 

 

Selanjutnya, Syirik tersembunyi (khafi) merupakan syirik yang dikarenakan niat, tujuan, dan keinginan seperti dipuji ataupun dilihat oleh orang lain atas ibadah yang dilakukannya. Seperti yang disebut riya dan sum'ah yaitu melakukan ibadah untuk dipuji, didengar, dan dilihat oleh orang lain agar terlihat shalih dan taat kepada Allah SWT. Allah SWT sudah memperingati dengan jelas bahwa dalam beribadah kepada-Nya janganlah mempersekutukan dengan seseorang pun.[42] Nabi Muhammad SAW juga bersabda "Sungguh riya merupakan syirik. Dan separuh besar ahli ilmu menafsirkan ayat ini: Dalam menyembah ibadah kepada Allah SWT janganlah berbuat syirik dengan hal lain, yaitu dengan riya." (HR. At-Tarmidzi no. 1535, 4.110). Selain itu beramal untuk dunia juga termasuk syirik tersembunyi, beramal untuk dunia memiliki pengertian bahwa ibadah yang seharusnya dilakukan oleh seseorang untuk mengharap ridha Allah SWT dan balasan-Nya, malah ditujukan untuk mengharap balasan dunia. Seperti, shalat agar sehat, puasa agar diet, sedekah agar kaya, mengajar ilmu agama untuk upah, dan masih banyak lagi dan hal ini juga bisa disebut sebagai riya. 

 

Riya dalam ibadah bisa digolongkan pada dua kondisi yaitu, seseorang yang mengaulkan ibadahnya murni karena manusia maka orang-orang seperti ini tergolong syirik besar dan membatalkan keimanan yang mencabut orang-orang seperti ini dari Islam karena dalam ibadah menjadikan manusia sebagai sekutu dari Allah SWT. Kemudian, seseorang yang beribadah kepada Allah SWT, tetapi syirik timbul ditengah pelaksanaan ibadah, dan jika ibadah itu pada awalnya berdiri sendiri maka ibadah pertama sah dan ibadah yang dicampurkan oleh riya dianggap tidak sah. Dan juga apabila sesorang individu sedang beribadah kemudian riya datang dalam pikirannya tetapi kemudian dia menolaknya maka hal ini tidak akan membahayakannya. Akan tetapi, apabila saat seseorang ibadah dan riya datang kepadanya dan dia tidak berusaha menolaknya tetapi dia justru malah merasa nyaman maka ibadahnya batal.[43] Hal-hal seperti inilah yang harus disadari dan diperhatikan oleh semua umat islam, walaupun tergolong jenis syirik kecil tetapi perbuatan tersebut memiliki pengaruh yang besar pada kualitas ibadah seseorang, dan juga dapat menghasilkan dosa.

 

 

B.4 Perbedaan Syirik Akbar dan Syirik Asghor

 

Terdapat beberapa perbedaan antara keduanya, yang pertama Syirik Akbar dapat membatalkan keimanan, tetapi Syirik Asghor tidak[44]. 

 

Adapun perkara-perkara yang dapat memutuskan keimanan yaitu syirik dalam memberi sembah kepada Allah SWT dan tidak mempersekutukannya, yang kedua menjadikan sekutu Allah SWT sebagai perwakilan dengan Allah SWT dalam hal ini umat muslim cenderung condong percaya pada Auliya' daripada Allah SWT dalam memenuhi kebutuhan mereka. Kemudian yang ketiga, tidak mengakui kekafiran orang musyrik dan meragukan kekafiran mereka atau membenarkan pendapat mereka, yang keempat mempercayai adanya ilham yang lebih sempurna dari Sunnah Nabi atau Meyakini ada peraturan yang lebih baik dari aturannya dalam hal ini orang-orang lebih memusatkan tendensi aturan thagut daripada hukum Allah SWT selain itu dalam perkara ini juga terdapat dua masalah, banyak dari mereka yang mempercayai bahwasannya hukum selain ilham Nabi Muhammad SAW lebih baik daripadanya dengan anggapan Sunnah menjadi hukum kedua yang dapat menghapus syari'at Islam, yang kedua orang yang berkeyakinan bahwa aturan manusia lebih baik daripada hukum tahgut. Selanjutnya yang kelima, membenci ajaran yang dibawa Rasulullah, yang keenam memperolok ajaran Rasul, pembatal keimanan yang ketujuh yaitu Perbuatan Sihir dalam hal ini sihir bersifat hakiki haram hukumnya dan pelakunya kafir yang memalingkan kecintaan pada tuhan kepada hal lain, bentuk-bentuk sihir pun bermacam-macam seperti menerbangkan burung untuk meramal nasib (Iyafah), membuat garis ditanah untuk meramal nasib (tharq), dan thiyarah. Selain itu, perbuatan mengadu domba, percaya akan ilmu nujum tanpa pemahaman lebih juga termasuk sihir.[45] Yang kedelapan bahu-membahu dalam kaum musyrik dan bergotong royong dalam menghadapi kaum muslim hal ini berhubungan dengan attawalli yaitu kefasikan yang memutuskan pelakunya dari islam karena hal itu berarti menopang kaum musyrik dengan jiwa, harta dan raga. Kemudian pemutus keimanan yang kesembilan yaitu berkeyakinan ada sebagian manusia yang memiliki kemerdekaan keluar dari syari'at Nabi Muhammad SAW, dan pembatal keimanan yang kesepuluh yaitu berpaling dari dinullah disebut berpaling apabila seorang individu yang memafhumi dinullah tetapi tidak mengamalkan ia dinamai kafir dan orang yang mengaplikasikan tetapi tidak meyakininya dalam hatinya disebut munafik dan semuanya merupakan dosa besar dan ia telah kafir, barang siapa yang telah dikafirkan oleh Allah dan Rasulnya maka dia tergolong kafir dan juga sebaliknya.[46]

 

Perbedaan yang kedua, yaitu Syirik Akbar mengekalkan seseorang di nereka sementara Syirik Asghor tidak, Allah SWT sudah menegaskan bahwa siapapun yang berpaling dan mempersekutukan Allah SWT maka dia akan kekal di nereka, dan tidak ada pengampunan atasnya.[47] Dan Nabi Muhammad juga menyebutkan bahwa "siapa saja yang menemui-Nya (meninggal) dalam kondisi tidak berbuat syirik kepada Allah SWT, pasti ia mendapat surga. Dan barang siapa yang menemui-Nya (meninggal) dalam kondisi berbuat musyrik maka ia pasti mendapat neraka." (HR. Muslim no. 93) 

 

Perbedaan yang ketiga, yaitu Syirik Akbar menghapus seluruh pahala perbuatan baik, sementara Syirik Asghor hanya membuang pahala ibadah yang disertai riya. Dari 'Aisyah, ia berujar: Ya Rasulullah, Ibnu Jad'an dahulu pada masa Jahiliyah gemar silaturrahmi, membagi makanan pada orang miskin, apakah kebaikannya tersebut memberi faedah baginya? Jawab beliau, "Tidak berfaedah, karena ia tidak pernah berujar, ' ya Allah ampunilah aku pada hari pembalasan" (HR. Muslim no.214)[48]

 

Perbedaan yang keempat, yaitu Syirik Akbar membuat pelakunya halal akan darah dan hartanya, sementara Syirik Kecil tidak. Seperti yang dijelaskan Allah SWT melalui firmannya pada Al-Qur'an apabila di dalam peperangan ada orang musyrik maka intai, tangkap, dan kepunglah mereka. Tetapi, jika mereka mengerjakan shalat dan melaksanakan zakat maka berikanlah mereka kebebasan karena sesungguhnya Allah SWT Maha pengampun dan Maha penyayang.[49] Dari firman Allah tersebut juga dapat dimaknai bahwa orang-orang musyrik dan kafir yang dapat diperangi adalah kaum-kaum yang melakukan syirik besar kepada Allah SWT.

 

Perbedaan yang kelima, yaitu Syirik Akbar mengharuskan adanya permusuhan antara Ahli tauhid dan pelakunya, tetapi Syirik Kecil tidak. Pada penerapannya seseorang yang melakukan syirik kecil akan dibenci sesuai seberapa besar kesalahannya, tetapi akan tetap di cintai karena dia masih beriman.[50]

 

C. PENUTUP

 

            Uraian diatas menunjukan bahwa manusia pada dasarnya memiliki agama islam yang merupakan agama tauhid atau agama samawi[51] Yang dibawa oleh Nabi dan Rasulnya. Agama ini mengajarkan pada keesaan tuhan yang mengajak umatnya untuk mengesakan Allah SWT sebagai tuhan tunggal yang patut diberi sembah.

 

            Karena perilakunya yang masih terjaga dari keingkaran pada Allah SWT membuat pada awalnya kemusyrikan atau perilaku musyrik belum terjamah oleh manusia. Musyrik baru terjadi pada zaman Nabi Nuh As[52] yang pada diawali dengan ghuluw pada orang-orang shalih yang kemudian diwujudkan pada sebuah patung (berhala) yang disembah sebagai tuhan , yang kemudian terus berlanjut perkembangannya hingga saat ini dengan bentuk yang beragam.

 

Perkembangan bentuk-bentuk syirik kemudian digolongkan sesuai dengan tingkat kekufuran dan keimanan seseorang, yang kemudian dibagi menjadi 2 yaitu, Syirik Akbar (besar) dan Syirik Asghor (kecil) yang dapat berbentuk perbuatan maupun perkataan bahkan hanya karena niatnya dalam beribadah seseorang dapat menjadi musyrik.[53] Melalui wahyunya ini Allah SWT memberi peringatan pada umat manusia untuk menyingkirkan diri dan hatinya dari perbuatan yang dapat menyebabkan kesyirikan. Karena Allah SWT juga telah menegaskan bahwa syirik merupakan perilaku yang tidak diberi penenggangan dosanya. Tak hanya itu, perbuatan syirik dapat membatalkan keimanan dan menimbulkan kesia-sian bagi pelakunya.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Ahsin W. al-Hafidz, Kamus Ilmu Al-Qur'an, Jakarta: Amzah, 2008.

 

Al-'Alamah Syaikh Abdulloh bin Abdul Aziz bin Baaz, Syarah Kitab Tauhid, Jakarta: Ash-Shahihah, 2013.

 

Al-Qur'an.

 

Muhammad Yunus, Kamus Arab Indonesia, Jakarta: Haida Karya Agung, 1990.

 

Muhlis, M. (2019). Dimensi Syirik dalam Konteks Privatisasi Beragama Islam. Jurnal Studi Islam: Pancawahana, 14(2), 114-122.

 

Noor Kandir,  Ringkasan Syirik dan Tauhid, Surabaya: Pustaka Syabab, 2018.

 

Sayyid Sayyaf, Abu. Penjelasan Tentang Pembatal Keislaman, Syarh Nuwaqidh Al-Islam Li Al- Imam Mujaddid Syaikhul Islam Muhammad Bin Abdul Wahhab. Cet 4. Solo: At-Tibyan, 2000.

 

Syaikh Muhammad At-Tamimi, Kitab Tauhid Pemurnian Ibadah Kepada Allah, Bekasi: Darul Haq, 2013.

Oleh Wulan Dianisti Agustin

Mahasiswa Falkutas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Brawijaya

email: wulandianistia@student.ub.ac.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun