"Hmph sekarang beri tahu aku apa rencana si Ajisana keparat itu! Atau aku patahkan batang leher mu ini. Cepat jawab." ancam Dyah Asih.
"Eekhh lephaskhan aakhh amphunn." mohon si suara tanpa wujud.
"Hmph." Dyah Asih melepaskan si suara tanpa wujud itu, membuatnya tersungkur ke tanah. "Sekarang jawablah!" suruh Dyah Asih.
Si suara tanpa wujud itu masih terbatuk dan perlahan dia menunjukkan wujudnya yang ternyata adalah siluman bunglon. "Ampuni hamba Kanjeng Ratu, hamba memang diperintah oleh Nyi Ajisana. Hamba Yatasur, siluman bunglon. Memohon ampun Kanjeng Ratu." mohon si siluman bunglon Yatasur sembari bersujud.
"Apa tujuan mu datang kemari? Apa untuk membunuh ku?" tanya Dyah Asih.
"Nyi Ajisana memerintahkan hamba untuk melacak keberadaan Kanjeng Ratu. Dengan begitu Nyi Ajisana bisa dengan mudah membunuh Kanjeng Ratu. Jika hamba menolak perintah nya, maka keluarga hamba berada dalam bahaya. Mohon ampuni Hamba." terang Yatasur.
"Dasar. Jadi apa yang sedang direncanakan oleh Ajisana keparat itu?"
"Nyi Ajisana ingin membawa Kanjeng Ratu kembali ke Kerajaan Siluman Agrasura. Hidup atau mati. Mohon ampuni hamba berkata demikian." jawab Yatasur.
"Memang keparat! Kau pulanglah. Bawa ini bersama mu." suruh Dyah Asih sembari memberikan salah satu cincinnya pada Yatasur. "Berikan ini pada Ajisana. Katakan bahwa Kanjeng Ratu Dyah Asih Malapetaka ini akan menghabisi nyawa nya dan mengirimnya ke neraka!" lanjut Dyah Asih.
"Terimakasih Kanjeng Ratu. Hamba izin meninggalkan tempat." Yatasur menghilangkan keberadaan nya dan energi nya perlahan menjauh.
"Pasukan siluman nya bahkan sudah menemukan aku disini. Sepertinya aku tidak bisa menganggap remeh Ajisana saat ini. Maheswara ayo kita jalan lagi- Dasar manusia bodoh!" Dyah Asih geram lantaran Maheswara pingsan karena kelelahan.