"Aku mengerti perasaan anda, tapi sekarang bukan waktunya untuk bersedih. Anda sebaiknya memikirkan keselamatan anda sendiri. Kemarin anda baru saja diserang oleh utusan Ajisana bukan? Aku yakin mereka akan mengirim lebih banyak siluman lagi esok." Ucap Ki Arya menenangkan.
"Ah ya itu benar, sekarang bukan waktunya untuk bersedih. Sekarang darah ku mendidih, akan aku balaskan dendam ku!" Ucap Dyah Asih sambil mengusap air mata yang menetes.
"Ini adalah peta perjalanan kalian, aku mendapatkan nya tadi setelah bersemedi. Aku jamin itu akurat. Jika kalian sudah mendapatkan Warugeni, kembalilah kemari, soalnya aku sedikit penasaran dengan senjata itu." Tutur Ki Arya.
"Oi Ki hentikan kebiasaan jelek mu itu, dasar maniak senjata." Ejek Maheswara.
"Eii apa maksudmu?! Dasar anak tidak sopan!" Ki Arya memukul kepala Maheswara dengan centong nasi.
"Aduh aduuh ampun." Jerit Maheswara.
Tanpa disadari Dyah Asih tersenyum kecil, dia sedikit lega mendapatkan kabar suaminya, walaupun bukan kabar baik yang ia terima. Tetapi setidaknya itu sudah membantu nya untuk membulatkan tekadnya.
"Tunggu aku disana suami ku. Aku akan menemui mu, tetapi sebelum itu, biarkan aku membalaskan dendam ku." Ucap Dyah Asih dalam hati.
Malam itu berlalu dengan sebuah jawaban dari penantian panjang, saat ini tekad Dyah Asih untuk melaksanakan misi balas dendam nya sudah bulat, tak ada yang bisa menghalanginya lagi. Dan segera perjalanan untuk balas dendam akan dimulai, entah lawan seperti apa yang akan mereka temui, yang pasti semua itu akan mereka hadapi demi tercapainya tujuan.
***
Keesokan paginya mereka mengemas semua barang yang diperlukan, bersiap untuk memulai perjalanan. "Jaga dirimu Maheswara, ingat pesan ku." Ujar Ki Arya.