Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru - Guru Madya

Belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Luka di Tanah Surga

14 Desember 2024   17:23 Diperbarui: 14 Desember 2024   18:23 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tambang timah. Sumber foto: jurnalpost.com

Setelah menembus rimbunan terakhir, mereka tiba di sebuah kawasan yang terbuka—terlalu terbuka. Di depan mereka, tanah merah terkuak seperti luka yang digaruk tanpa ampun. Mesin-mesin raksasa berdiri gagah namun menyeramkan, menggali bumi dengan rakus. Gigi-giginya yang berkarat mencakar lapisan tanah, menciptakan lubang menganga yang dalam.  

Di sisi lain, truk-truk besar berbaris seperti binatang lapar, menunggu isi perut bumi untuk dimuntahkan ke baknya. Para pekerja tampak bergerak cepat, mengisi timah yang berkilau redup di bawah matahari siang. Tidak ada sisa keindahan di tempat ini—hanya keserakahan yang bising, menguasai setiap sudutnya.  

Arya menatap pemandangan itu dengan rahang yang mengeras. "Ini bukan tambang, Yudi . Ini pembantaian.”  

“Kita harus memotret ini,” bisik Yudi .  

Arya mengangguk. Dengan hati-hati, ia mengangkat kameranya dan memotret. Namun, langkah kaki berat mendekat, dan sebelum mereka sempat kabur, sekelompok pria bertubuh besar menangkap mereka.  

“Siapa kalian?!” bentak salah satu pria itu.  

Arya dan Yudi dibawa ke sebuah bangunan tua di tepi tambang. Di sana, mereka dipaksa duduk di kursi kayu, dengan tangan terikat.  

“Lapor ke Bos,” ujar salah satu preman, meninggalkan ruangan.  

Ketegangan membungkam mereka berdua. Hingga suara langkah lain terdengar mendekat, disusul seseorang yang Arya kenal baik: Pak Syahban.  

---

Arya menatap nelayan tua itu dengan mata terbelalak. “Pak... ini semua... milik Anda?”  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun