Mohon tunggu...
Sutan Farrell Habibie
Sutan Farrell Habibie Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

SMAN 28 Jakarta | XI MIPA 4 | 31

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Di Bawah Pohon Kesendirian

1 Desember 2020   17:25 Diperbarui: 1 Desember 2020   21:58 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Aku tidak mau bertemu teman baru…” bantah Sue. “Ini adalah teman terbaik ku! Dan dia membutuhkanku, aku tidak bisa meninggalkannya begitu saja…” Sue terlihat kesal. Ibunya pun terlihat bingung, tak biasanya Sue bertingkah seperti ini. “Aku tidak mengerti mengapa kita harus pindah bu,” keluh Sue. “Tidak bisakah kita panggil saja dokter itu kesini?”

“Kita akan pindah ke Sendai dan tinggal bersama pamanmu karena disana dekat dengan jenis pengobatan yang kau butuhkan nak,” jawab Ibu. Sue terdiam, kepalanya menunduk. Ia tak bisa berhenti memikirkan Puchi yang akan Ia tinggal sendirian tanpa memberi kabar.

“Sue, Ibu tahu ini berat tetapi ayahmu sudah tidak disini lagi, singkatnya, kita sudah tidak mampu dengan biaya tinggal disini,” jelas ibu Sue. “Bolehkah aku membawa temanku?” tanya Sue polos. “Untuk yang terakhir kalinya, Tidak Sue. Sekarang masuklah ke mobil!” kata Ibu Sue tegas. “Maafkan aku Puchi…” bisik Sue sembari melangkah naik ke mobil.

Di pohon besar tempat biasa mereka bertemu, Puchi terduduk merenung. Kebingungan terlihat di wajahnya, ‘Kemana Sue?’ pikirnya.

Hari berganti bulan, bulan berganti tahun. Musim pun sudah berkali kali berganti dan merubah pohon besar ini. Gugur, mekar, bersalju, semua sudah dialaminya. Puchi masi terduduk disana, sesekali berdiri dan berjalan kesana kemari tanpa tahu kapan Sue akan datang lagi.

Masa Sekarang

Suster baru saja selesai memberikan Sue pengobatan. Makin hari kondisi Sue makin memburuk. Ia tidak lagi senang bercerita kepada anak dari kamar sebelah. Ia lebih sering merenung terdiam menatap ke tembok dikamarnya. Terkadang Sue lupa siapa ibunya.

Pintu diketuk, ternyata itu anak dari kamar sebelah. “Hai Sue!” Sapanya. “Oh… hai…” balas Sue lembut. Anak itu terlihat begitu semangat berjalan ke arah kasur Sue. “Sue, kau tidak akan percaya apa yang ku alami tadi.” Sue hanya tersenyum, tampaknya Ia kurang tertarik. “Aku bertemu seorang pria tua di jalan pulang. Ia membawa seekor anjing putih bersayap!” pandangan Sue tiba-tiba menoleh ke bocah itu. “Ia tidak menyapaku. Ia hanya menatapku dan berkata ‘Andai aku bisa mengubah masa lalu’ dan aku lanjut berjalan.” Sue terdiam “Sepertinya kau sedang tidak mood, baiklah aku akan kembali ketika perasaanmu membaik.” Anak itu lalu keluar ruangan dan kembali ke kamarnya.

Keesokan paginya, setelah sarapan, bocah itu langsung berjalan ke luar kamarnya. Ia masih semangat ingin bertemu Sue. Ketika sampai di kamar Sue, Ia melihat seekor Shiba-inu di sebelah ranjang Sue. Wajah Sue tampak bahagia. “Ternyata selama ini dia menungguku di tempat biasa kami bertemu!” seru Sue. Bocah itu lalu menghampiri Shiba-inu tersebut. “Aku sangat senang dia aman.”

Seorang suster lalu masuk ke kamar Sue untuk memberikan pengobatan. “Ah ya, tadi seorang pria datang dan menitipkan ‘Puchi’ disini,” Bisiknya. “Senang rasanya melihat teman lama dipersatukan kembali…”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun