Mohon tunggu...
Sutan Farrell Habibie
Sutan Farrell Habibie Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

SMAN 28 Jakarta | XI MIPA 4 | 31

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Di Bawah Pohon Kesendirian

1 Desember 2020   17:25 Diperbarui: 1 Desember 2020   21:58 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Ha ha ha h a…!” Kedua anak itu terus menertawakan Sue.

“Tidak…” jawab Sue pelan. “Aku hanya tidak ingin mengeluarkannya di sekolah,” lanjut Sue.

“Bohong!” teriak salah satu perempuan tadi. “Kau tidak mau mengeluarkannya karena itu hanya kelereng biasa kan?” tanyanya dengan nada meledek.
“Mereka bukan sekedar kelereng…” Sue pun membantah. Kedua perempuan tadi kembali tertawa. “Yaampun, dia mengakuinya!” “Dia benar-benar berpikir bahwa kelereng itu planet!” “Betapa bodohnya Ahahahah!”

Mata kedua gadis itu melirik ke toples Sue. Mereka perlahan berjalan mendekatinya. “Ayolah Sue…” “Biarkan kami melihat planet bodohmu…” Sue pun perlahan mundur. “Menjauh dariku!” teriak Sue.

“WOOF WOOF!” terdengar gonggongan anjing. “WOOF WOOF WOOF!” Gonggongan itu terdengar semakin dekat. Sue dan kedua perempuan tadi melempar pandangan mereka ke arah suara anjing menggonggong tersebut. Ternyata itu adalah Puchi! Ia datang berlari dengan kencang sambil terus menggonggong. “Woof!”

“Aaaah!” teriak kedua gadis tadi. “Dasar anjing menjijikan! Menjauh dari kami!” dan kedua gadis itu pun berlari menjauh. “Terimakasih Puchi…” Ucap Sue pelan, Puchi melihat ke mata Sue. “Terkadang orang tidak suka kalau kau berbeda…” “Saat aku pulang sekolah nanti, aku mau kau ikut aku, Puchi...”

Waktu pulang sekolah tiba. Sue dan Puchi tiba di sebuah kompleks apartemen. “Baiklah Puchi, aku ingin menunjukkan tempat tinggal ku” kata Sue. “Woof…” gonggong Puchi pelan. “Jangan!” Puchi terdiam. “Maaf Puchi, kau tidak boleh bersuara disini, tidak aman untuk kita berdua.” Puchi pun mengangguk tanda mengerti. 

“Yap, ini tempat tinggalku, aku ingin menunjukkan kamarku tetapi tidak bisa sekarang. Ayah ada dirumah, Dia tak akan senang melihatmu disini.” “Dia akan marah bila dia sedang tertidur dan ada yang membangunkannya. Dia pulang larut semalam karena dia memainkan permainan dewasa. Kau tahu… permainan dimana kau akan mabuk dan kehilangan banyak uang.” Wajah Sue menjadi murung, terlihat kesedihan di tatapannya ke Puchi. “Aku tidak suka permainan itu…”

“Tapi tak apa, ada beberapa hal yang bisa kutunjukkan di halaman. Lihat disana, sekawanan merpati membuat sarang disana beberapa bulan lalu! Sarang ini sangat rendah jadi setiap pagi aku bisa datang untuk melihatnya. Suatu hari, aku pernah datang dan melihat bayi-bayi merpati belajar terbang! Oh betapa lucunya...”

“Hey, apa apaan ini!” Sue dan Puchi kaget. Tiba tiba terdengar suara seorang pria dari dalam rumah. Lalu terdengar suara seorang wanita “Tenang sayang, aku harus mencuci bajumu, aku…” “Sudah kubilang jangan memindahkan barang barangku!”

“Ya Ampun, ayah terbangun. Ayo ikuti aku Puchi!” Puchi dan Sue lalu lari dan bersembunyi didalam gua kecil di taman bermain. “Kita harusnya aman disini,” Ucap Sue pelan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun