“Baiklah, dimana kalungnya?” tanya petugas tadi.
“Soal itu, Puchi tidak begitu suka memakai kalungnya karena sudah terlalu ketat, ibuku berkata ia akan membeli yang baru tetapi ibuku terlalu sibuk dan ia selalu lupa,” jelas gadis itu.
“Baiklah, lain kali awasi dia dengan ketat, jangan sampai kejadian ini terulang lagi,” kata petugas tersebut. “Iya, maafkan saya,” jawab gadis itu.
“Hampir saja kau ditangkap” ucap gadis itu. “Aku tak bisa membiarkan mereka menangkapmu, kau sungguh anjing yang imut.” Puchi terdiam “ngomong ngomong, perkenalkan, namaku Sue.”
“Woof Woof!” jawab Puchi. “Ibu dan ayahku tak mungkin membiarkanku memelihara anjing, tapi itu bukan berarti kita tak bisa berteman bukan?”
“Ya Ampun, kau pasti sangat lapar ya?” tanya Sue. Puchi hanya menggonggong lunak. “Aku punya sedikit sisa makan siang, kau boleh memakannya. Tetapi tidak disini, ini terlalu terbuka. Ikuti aku Puchi, akan kutunjukkan sesuatu.” Puchi dan Sue pun pergi menuju tempat yang dimaksud Sue, Puchi mengikuti Sue dari belakang seperti majikannya sendiri.
Mereka pun sampai di sebuah tempat yang kelihatannya seperti taman, tapi bukan. Tempat ini terlalu kecil untuk menjadi taman. Hanya ada 1 pohon besar di tengah tengah sedikit rumput yang dikelilingi oleh semak semak.
“Baiklah Puchi… aku akan menunjukkan tempat kesukaan ku.” Sue pun berjalan mendekati pohon tadi “Kau lihat pohon ini? Aku menyebutnya Pohon yang Kesepian,” jelas Sue, Puchi hanya diam.
“Kau tahu kenapa aku memanggilnya begitu? Pohon ini hidup sendirian disini. Ia terlalu tinggi untuk berbicara dengan rumput-rumput, dan Ia juga tidak sama dengan semak semak di sekitarnya.” Puchi lalu terduduk disamping Sue yang sedang berbicara.
“Tidak ada pohon lain di sekitar sini yang dapat berbicara dengannya,” Lanjut Sue. “Tidak apa, itulah mengapa aku sering kemari, karena dengan begitu pohon ini tidak lagi sendirian. Aku senang datang kemari karena ketika cuaca sedang panas, Ia akan melindungiku dengan daunnya yang lebat. Aku sering kesini dan kami akan bersantai berdua, hanya aku dan pohon ini.” Muka Puchi tampak serius mendengarkan Sue.
“Bagaimana kalau kita jadikan tempat ini sebagai tempat pertemuan kita?” tanya Sue.