"Aku di sini ada untukmu, Retha, percayalah", Mitha yang sedari tadi sibuk mengusap lelehan air di pipinya mencoba menenangkan sahabatnya itu, "sampai kapanpun kita akan berjuang bersama-sama "
       "Iya, Mith, makasih"
       "Iya sudah, sekarang tidak boleh menangis lagi, harus tersenyum, kita berdua akan buktikan pada dunia kalau kita bias kuliah", tersenyum Mitha sambil memandang mata sahabatnya, walaupun senyum kegetirah masih bergelayut di jiwanya, "kita berdua pasti akan kuliah", bisik Mitha yang sukses menjadikan keduanya berdekapan dalam tangis yang menggelombang.
       Persahabatan seharusnya selalu terselip rasa empati, tetapi persahabatan ketiganya seakan terterjang badai yang datang silih berganti. Mitha, dengan segala tingkah polah yang unik dan mampu membuat suasana berubah menjadi ceria, Retha dengan aksen penurutnya, dan Ritha dengan sifat --ngeyel-nya yang kadang membuat suasana sedikit lebih tegang dari biasanya, membuat ketiganya dahulu kompak dari hari ke hari. Namun, beberapa hari ini, Mitha dan Retha terlihat tidak biasanya dari diri Ritha, sahabat mereka. Ritha mulai mengingat 2-5 bulan lalu ada perubahan yang cukup drastis pada Mitha dan Retha,setiap datang ke sekolah, mereka selalu berusaha menjauh, dan di dalam kelas seolah tidak kenal lagi denganya. Mereka berdua selalu tertawa, tetapi langsung pergi pabila Ritha datang. Kalau Ritha tanya oleh Mitha dan Retha di jawab, tidak ada apa-apa, hanya itu, entahlah. Kini Ritha tau, bahwa mereka berdua sangat membencinya.
............................................................................................
       "Kamu sudah gila!"
       "Tidak, Mbak, aku sudah berfikir sekian lama, aku sudah betekat", pekik Ritha di hadapan kakak semata wayangnya.
       "Tetapi itu semua akan membuatmu menderita, Dik"
       "Tidak, Mbak", lirih Ritha bergumam, "aku ikhlas untuk membuat mereka tersenyum"
       "Bukankan kebaikan itu akan menjadi kebaikan yang sesungguhnya jika tidak menjadi mudlorot bagi salah satunya, Dik", sang kakak mencoba memberi argumentasi untuk menggoyahkan pendirian adiknya itu, "akan lebih indah jika kebaikan di berikan melalui jalan yang baik pula"
       "Iya, Mbak", gumam Ritha, "tetapi suatu perbuatan itu akan ikhlas bila tangan kanan member sedang tangan kiri tidak mengetahui?"