"Apa itu?!" seru Bimo yang ketakutan.
Satu per satu patung-patung itu berubah menjadi makhluk besar dengan kulit berwarna perunggu dan mata berkilau merah. Makhluk-makhluk ini mengeluarkan taring panjang dan cakar tajam, menatap anak-anak dengan penuh kemarahan.
"Lari!" teriak Raka.
Mereka berlari secepat mungkin, mencari jalan keluar. Namun, makhluk itu mengejar mereka dengan langkah-langkah berat yang menggema di seluruh ruangan. Mereka berbelok ke sebuah lorong sempit untuk sembunyi dari makhluk mengerikan itu.
"Kita tidak bisa terus seperti ini! Kita harus menemukan cara untuk menghadapinya!" kata Sari sambil terengah-engah.
"Aku tidak tahan lagi! Ini sangat menakutkan!" teriak Tomi yang air matanya mulai menggenang di matanya.
"Kita harus bersatu! Kita bisa menghadapinya bersama-sama!" seru Raka yang masih penasaran dengan petualangan ini.
"Kita berdoa saja seperti kata Kiai. Kita pasti bisa menghentikan dia dengan doa," jawab Mira dengan spontan.
Anak-anak terdiam sejenak sambil menundukkan kepalanya. Mereka merapal dalam hati doa-doa yang sudah diajarkan Kiai Hasan, guru mereka yang terkenal alim dan sakti itu.
Setelah tenang semuanya, kelima anak itu berdiskusi untuk mencari jalan pulang ke kampung mereka. Mereka sepakat untuk kembali melewati jalan masuk yang sudah mereka lalui. Mereka lalu berjalan beriringan mengikuti pemimpin arah jalan pemimpin mereka, Raka.
Dalam perjalanan kembali itu mereka menemukan sebuah ruangan besar yang menyerupai ruangan-ruangan besar yang mereka jumpai sebelumnya. Kali ini ruangannya dipenuhi dengan kristal-kristal berkilauan. Di balik kristal-kristal itu muncul makhluk bertentakel panjang dengan bola mata berwarna hijau. Dari mulutnya terdengar suara raungan dan desisan yang mengerikan.