Mohon tunggu...
Sultani
Sultani Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas

Senang menulis kreatif berbasis data

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Petualangan 5 Sekawan ala Kampung

17 Juli 2024   10:09 Diperbarui: 17 Juli 2024   10:13 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiba-tiba suara yang sama muncul lagi.

"Teman-teman! Ayo kemari, cepat!"

Kali ini semakin jelas. Suara tersebut berasal dari dalam hutan. Dari balik pohon dan semak-semak muncullah Mira sambil melambai-lambaikan tangannya kepada Raka. Mira memberi isyarat agar Raka segera mendekatinya. Raka pun segera berjalan ke arah Mira. Satu per satu teman-teman mereka yang masih bersembunyi keluar dari persembunyiannya menuju ke arah Mira dan Raka.

Setelah mereka berkumpul semua Mira lalu menceritakan apa yang dia temukan ketika bersembunyi di dalam gua kecil yang ada di balik tempat mereka berdiri sekarang. Mira lalu berjalan masuk kembali ke dalam hutan lalu diikuti Raka, Sari, Bimo, dan Tomi. Mereka berjalan berdekatan melewati jalan tanah yang basah dan licin. Rumput dan semak-semak yang mereka lewati juga tampak basah sehingga memberikan hawa dingin ke tubuh mereka.

Mira berhenti di pinggi air sungai yang mengalir. Dia memberi isyarat agar teman-temannya melompat dengan hati-hati karena tanah di seberang sungai tersebut banyak yang licin. Mira lalu melompat menyeberangi sungai tersebut. Kemudian Raka, lalu diikuti Sari, Bimo, dan Tomi.

"Itu tempatnya!" kata Mira sambil menunjuk sebuah lubang yang letaknya di turunan yang agak curam. Mereka lalu menuruni jalan tanah itu pelan-pelan. Satu per satu mereka masuk ke dalam gua yang tidak terlalu dalam jaraknya. Mira kemudian berhenti di depan semak-semak yang tebal.

"Di balik semak-semak ini ada pintu batu," kata Mira bersemangat. Raka sebagai anak yang paling berani langsung maju dan meraba-raba pintu batu yang ditunjuk Mira. Raka menyingkirkan semak-semak yang mengganggu pandangannya. Ternyata benar, di balik semak-semak tersebut ada pintu tertutup rapat yang ditutupi lumut. Raka berhasil menemukan sebuah ukiran berbentuk bintang yang bersinar lembut ketika disentuh. Sari, Bimo, dan Tomi tertegun melihat pintu batu itu.

"Apa ini?" tanya Sari sambil mengamati ukiran bintang yang bersinar.

"Tidak tahu, tapi kurasa kita harus membukanya," jawab Raka penuh rasa ingin tahu.

Mereka lalu mendorong pintu batu itu bersama-sama. Pintu tersebut bergerak perlahan, menyingkap sebuah lorong gelap di hadapan mereka. Kelima anak ini sama-sama tertegun dengan pemandangan gelap di hadapan mereka sore itu. Mereka hanya terpukau dengan petualangan baru ini. Raka yang biasanya paling cepat berinisiatif dalam kelompok ini sampai tidak bisa berkata apa-apa dengan pengalaman baru ini.

Sari lalu mengeluarkan senter kecil dari tas yang selalu dia bawa. Senter itu dia serahkan kepada Raka sebagai pemimpin mereka. Raka meraihnya dengan cepat dan langsung menyalakannya. Saat itu belum ada komando untuk bergerak ke dalam. Dari tempatnya, Raka berusaha untuk mencari tahu isi lorong tersebut dengan senter yang ada di tangannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun