Mohon tunggu...
Sultani
Sultani Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas

Senang menulis kreatif berbasis data

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Petualangan 5 Sekawan ala Kampung

17 Juli 2024   10:09 Diperbarui: 17 Juli 2024   10:13 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Mungkin dia tidak berbahaya," kata Sari untuk menenangkan Bimo.

Kali ini dinosaurus raksasa itu menatap satu per satu anak-anak itu dengan matanya yang merah membara. Dia tampak marah karena ketenangannya diganggu oleh kehadiran mereka.  

"Siapa yang berani memasuki wilayah ini?" suaranya bergema di seluruh ruangan, membuat anak-anak merasa getaran di tanah.

"Kami... kami hanya anak-anak dari kampung. Kami menemukan pintu menuju tempat ini saat bermain petak umpet," jawab Raka dengan suara bergetar, mencoba untuk tetap tegar.

Makhluk itu mendekat, menunduk untuk melihat mereka lebih jelas. Anak-anak merasa napas mereka tertahan, jantung berdegup kencang. Makhluk itu tersenyum, meskipun senyum itu tampak menakutkan.

"Kalian memiliki keberanian untuk memasuki alam semesta tersembunyi ini. Selamat datang," kata makhluk itu. "Aku adalah penjaga tempat ini. Tidak perlu takut, kalian aman di sini."

Perasaan lega perlahan mengalir dalam diri mereka, meskipun masih ada rasa kaget dan takjub. Mereka mulai menjelajahi tempat tersebut, menemukan makhluk-makhluk ajaib lain dan belajar tentang kekuatan alam semesta yang ada di sana. Mereka bertemu dengan peri-peri yang bernyanyi, makhluk air yang bermain di sungai yang mengalir di bawah bintang-bintang, dan makhluk-makhluk bercahaya yang melayang di udara.

Ketika mereka mencapai sebuah gua gelap yang berkilauan dengan kristal, suara gemuruh kembali terdengar. Kali ini lebih kuat dan menggema. Rasa takut yang tadinya hilang mendadak muncul kembali. Mereka bertemu dengan sosok makhluk raksasa yang lain, kulitnya bersisik merah menyala dengan mata seperti api.

"Ya Allah, makhluk apa lagi ini?" teriak Tomi yang mundur ketakutan.  

"Kita seharusnya tidak masuk ke sini tadi," kata Tomi menyesali masuk ke dalam lorong ini.

"Tunggu, kita harus tahu apa yang terjadi. Kita tidak bisa mundur sekarang," kata Sari dengan tegas, sambil memegang tangan Tomi untuk menenangkannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun