Setelah yakin aman, Raka maju duluan ke dalam lorong tersebut. Setelah beberapa langkah, dia memberi isyarat kepada teman-temannya agar ikut di belakangnya. Mira, Sari, Bimo, dan Tomi pun melangkah masuk mengikuti arah Raka.
Lorong itu berkelok-kelok dan tampak tidak berujung. Di sepanjang dinding lorong, terdapat lukisan-lukisan kuno yang menceritakan tentang alam semesta tersembunyi. Semakin dalam mereka melangkah, cahaya bintang-bintang di lukisan tersebut mulai bergerak dan bersinar lebih terang.
"Aku merasa seperti sedang masuk ke dalam cerita dongeng," kata Mira sambil memandangi lukisan-lukisan itu.
Tiba-tiba, lorong menjadi lebih gelap dan dingin. Suara aneh bergema di kejauhan, membuat mereka merinding.
"Kalian dengar itu?" tanya Bimo dengan suara gemetar.
"Iya, sepertinya ada sesuatu di depan," jawab Tomi dengan suara datar.
Mereka terus berjalan, menyusuri lorong dengan perasaan campur aduk antara takut dan penasaran. Semakin dalam mereka melangkah, udara semakin dingin dan suara-suara aneh mulai terdengar dari kejauhan. Sampailah mereka di sebuah ruangan besar dengan langit-langit yang seolah-olah terbuka ke luar angkasa. Di sana, mereka melihat planet-planet, bintang-bintang, dan galaksi-galaksi yang berputar dengan indah.
Tiba-tiba, cahaya senter di tangan Raka menerangi sebuah lukisan di dinding yang menggambarkan raksasa berkulit biru gelap, memiliki tanduk besar di kepalanya. Â
"Kalian lihat ini?" kata Mira dengan mata terbelalak.
"Makhluk apa itu?!" seru Sari dengan suara pelan tapi panik. Wajahnya langsung pucat setelah melihat makhluk raksasa itu. Sari yang biasanya selalu tenang tiba-tiba menjadi parno saat itu.
"Kita harus pergi dari sini, sekarang!" kata Bimo sambil menarik tangan Raka.