Mohon tunggu...
Sultani
Sultani Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas

Senang menulis kreatif berbasis data

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Petualangan 5 Sekawan ala Kampung

17 Juli 2024   10:09 Diperbarui: 17 Juli 2024   10:13 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Makhluk besar itu mengeluarkan suara geraman rendah, tetapi tidak mendekat. Anak-anak merasa ketakutan namun juga penasaran. Mereka perlahan melangkah maju, mencoba untuk melihat lebih jelas. Tiba-tiba, makhluk itu mengeluarkan sinar dari matanya yang menyilaukan.

"Cepat! Sembunyi!" teriak Raka, menarik yang lain ke balik batu besar.

Ketika sinar itu memudar, mereka melihat makhluk itu kembali tenang, seperti sedang menjaga sesuatu yang berharga. Rasa penasaran mengalahkan rasa takut mereka.

"Ada sesuatu yang dia jaga. Kita harus tahu apa itu," kata Mira.

Dengan langkah hati-hati, mereka mendekati makhluk tersebut. Di balik makhluk itu, mereka menemukan sebuah portal berkilauan, seperti pintu menuju dunia lain.

"Ini pasti pintu menuju bagian lain dari alam semesta tersembunyi ini," kata Sari dengan mata berbinar.

Keberanian dan rasa ingin tahu mereka kembali memuncak. Mereka tahu, perjalanan ini belum berakhir dan banyak misteri yang masih bisa diungkap. Lima sekawan ini sepakat untuk melanjutkan petualangan seru ini. Dengan tekad yang kuat, mereka melangkah ke arah portal, siap untuk menghadapi petualangan berikutnya.

Kali ini, anak-anak itu merasa lega memasuki portal yang membawa mereka kepada petualangan yang lebih seru, meskipun masih ada rasa takut, kaget, dan takjub dalam hati mereka. Ketika mereka melangkah lebih jauh ke dalam semesta tersembunyi, suasana menjadi semakin gelap dan mencekam. Mereka mencapai sebuah lorong yang dipenuhi oleh suara-suara aneh dan gema langkah kaki mereka sendiri.

"Tolonglah, kita kembali saja!" kata Tomi dengan suara gemetar ketakutan.

"Kita sudah terlalu jauh, Tomi. Kita harus terus maju," jawab Raka dengan tegas, meskipun dalam hatinya juga merasa gentar.

Kali ini, mereka berada di sebuah ruangan besar yang penuh dengan patung-patung raksasa. Patung-patung itu tampak hidup. Salah satu patung mulai bergerak, mengeluarkan suara geraman rendah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun