Mohon tunggu...
Stephen Benedict Waluyantoro
Stephen Benedict Waluyantoro Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - pelajar

pelajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hampa

23 Maret 2024   09:32 Diperbarui: 23 Maret 2024   09:33 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

                                                                                                                         Hampa

                                                                                                  Stephen Benedict Waluyantoro

"Ngapain Mad dalam kamar terus? Kerja sana"

"Ah,malas mak mending tidur"

"Halah sana cari kerja"

Keesokan harinya, Ahmad menuju kamar mandi kecil nan kumuh di pinggir sungai, segeralah ia mandi dan menggunakan baju kotak-kotak kemarin sore yang disetrika oleh Emak. Dengan HP analog andalannya, ia menelpon temannya "ada lowongan kerja kosong ga?" tanya Ahmad dengan penuh keyakinan dan dengan gaya orang Jakarta yang tegas. "Ada nih di warung grosiran" jawab teman Ahmad dengan gaya bangun tidur."OTW" Jawab Ahmad dengan penuh semangat. Sesampainya disana," Koh,ada kerjaan ga?" tanya Ahmad kepada Koh Aceng "ada nih ,jadi tenaga angkat barang"jawab Koh Aceng dengan memegang buku batik besar andalan nya. Akhirnya Ahmad bekerja dengan gaji 100.000 perbulan dan 2000 untuk uang makan. Ahmad puas akan hasil yang didapatnya itu.

Ahmad terus bekerja dan tak pernah pulang, sementara itu, kondisi Emak dirumah semakin memburuk dan parah, saat tidur Emak selalu menyebut nama Ahmad .  "Anak kaga pulang dicariin" bicara Seto dalam hati. " Set, cariin Ahmad sana, Emak kangen" suruh Emak dengan nada lemas."Siap mak". Seto adik Ahmad mencari Ahmad sepanjang hari, akhirnya Seto bertemu dengan Ahmad.

 "Bang, dicariin emak"

"Kamu ga liat apa aku lagi kerja"

" Tapi ini Emak bang yang nyariin"

"Ga peduli, urusin aja itu emak sendiri"

"Kamu udah gila apa Bang, Emak sendiri ditinggalin"

Akhirnya Seto pulang tanpa Ahmad. Sepanjang jalan Seto memikirkan alasan yang akan diberikan pada Emak agar Emak tidak mencari Ahmad.

"Loh, Ahmad dimana Seto, kok pulang sendirian?" tanya Emak dengan bingung.

"Abang Ahmad lagi kerja mak"

"keadaan Abang gimana Seto, baik-baik aja kan"

"aman, Mak, Abang sehat sehat"

Seto sedih karena harus membohongi Emak. Seto akhirnya memutuskan untuk putus sekolah karena kondisi keluarga yang tidak memungkinkan. Seto kerja sebagai tukang parkir dan cuci piring di warung milik Bu Siti untuk membeli makan bagi keluarga nya. Ia bekerja sampai jam 7 sore. Sesampainya dirumah Emak bertanya pada Seto, "Darimana aja kamu Seto?" tanya Emak dengan nada khawatir. "Habis kerja, mak" Jawab Seto dengan nada lemas karena capek. Sekarang Seto menjadi tulang punggung keluarga dan harapan terakhir dari Emak dan Susan adik Seto yang paling kecil. Ia membawa pulang nasi bungkus 3 dan Emak sangat senang karena bisa makan. Saat makan Emak bertanya pada Seto

"Set, Abang Ahmad dimana kok belum pulang-pulang?"  tanya Emak dengan nada pasrah

"Mungkin Abang masih kerja, Mak" Jawab Seto sambil membuka karet di bungkus nasi bungkus milik nya.

"tapi masa Bang Ahmad ga pulang-pulang" Tanya Emak dengan penasaran.

"makan dulu aja , Mak, Bang Ahmad itu urusan nanti" jawab Seto dengan nada jutek dan cuek.

" Lah, kok kamu gitu Set, Bang Ahmad kan kakak mu, seharusnya kamu peduli dengan cara nyariin dong, apa kamu udah ga sayang sama kakak mu sendiri" tanya Emak dengan nada emosi

"Justru Abang Ahmad yang ga sayang dan ga peduli sama kita, Abang gak mau pulang dia udah ngelupain kita" Jawab Seto dengan emosi dan sambil membanting nasi bungkus milik nya.

Emak kaget akan perkataan Seto dan tindakan Seto. Emak tidak mengira bahwa Seto akan mengatakan dan bertindak seperti itu, sekarang Emak kehilangan salah satu anak nya yaitu Ahmad dan Emak menyesal karena bertanya seperti itu kepada Seto.

"Seharusnya aku tidak begitu penasaran pada anak ku dan tidak mendesak Seto untuk mencari Ahmad" ucap Emak dalam pikiran nya dengan menyesal. Akhirnya Seto menceritakan peristiwa yang sebenarnya kepada Emak mengenai pertemuannya dengan Bang Ahmad

"Sebenarnya Bang Ahmad sudah melupakan dan tidak peduli dengan keluarga kita sejak pertama Bang Ahmad meninggalkan rumah dan sejak Emak menyuruhku mencari Bang Ahmad, Bang Ahmad tidak mau pulang ke rumah dan mau kerja sendiri." 

"Bang Ahmad kerja dimana, Set?" Tanya Emak dengan nada sabar

"Kerja di toko grosiran punya Koh Aceng, Mak." 

Setelah melakukan pengakuan pada Emak, Seto merasa lega, namun berbalik dengan Emak, Emak merasa sedih karena mengetahui anak tersayang nya sudah melupakan keluarganya sendiri. Emak menangis semalaman di kamar tidurnya. Keesokan paginya Ahmad akan berangkat kerja dan sebelum Ahmad berangkat kerja Ahmad berpamitan kepada Emak untuk meminta kelancaran dan doa restu dari Emak. Saat berangkat kerja, Seto tidak sengaja melihat Bang Ahmad berjalan bergandengan dengan seorang wanita, terlihat di jari manis Bang Ahmad ada cincin emas yang berkilau. Seto kaget dan berpikir bahwa Bang Ahmad sudah menikah.

" e buset, abang gue dah berani nikahin anak orang, ibu sendiri dilupain malah nikahin anak orang." Ucap Ahmad dalam pikiran dengan bingung dan kasihan dengan Emak. Selama berjalan, Seto bergulat dengan pikiran nya

"Kalau aku cerita sama Emak nanti Emak malah kepikiran, tapi kalau aku ga cerita sama Emak nanti malah membebani diriku sendiri" setelah bergulat dengan dirinya sendiri, akhirnya Ahmad memutuskan akan menceritakan peristiwa ini kepada Emak. Seto melanjutkan perjalanan nya ke warung tegal milik Bu Siti dengan tenang karena sudah memutuskan. Emak dirumah hanya bisa berdoa untuk kelancaran dan keselamatan Seto saat bekerja, dan tidak lupa mendoakan Ahmad walaupun Ahmad tidak peduli pada keluarganya sendiri. Adik Seto yaitu Susan mulai stress karena saat bermain ia selalu terkena bullying dari teman-teman nya sendiri. Bullying yang dilontarkan teman teman susan sangat parah dan menyangkut keluarganya,saat pulang sekolah Susan selalu menangis.

"Kamu kenapa nangis, Susan?" Tanya Emak dengan penuh kasih sayang dan perhatian.

"Aku diejekin sama temen temen ku, Mak."Jawab Susan sambil menangis tersedu-sedu.

"kamu diejekin apa, San sama temen mu?"

"Aku diejekin gak punya keluarga, Mak"

Saat mendengarkan hal itu emak tidak bisa menjawab apa-apa dan hanya bisa menenangkan Susan dengan belaian cinta kasih seorang Ibu. Akhirnya Susan berhenti menangis dan mulai bercanda dengan Emak, Emak juga lega dan terhibur dengan tertawa kecil sang anak tercinta yaitu Susan. Hari sudah petang dan Seto pulang dari kerja nya. 

"Permisi, Mak Seto dah pulang" Sapa Seto dengan gembira.

"Eh, udah balik, gimana Seto rame gak parkirnya?" tanya Emak sambil tersenyum hangat.

"alhamdulillah rame, Mak" Jawab Seto dengan gembira dan lega. Susan juga tersenyum saat Seto sudah kembali ke rumah dengan selamat. 

"Abanggg" Susan lari dan memeluk erat abang Seto. Rasa penat yang dirasakan Bang Seto seketika menghilang, karena pelukan dari adik Seto yang tersayang yaitu Susan. Saat akan makan Seto teringat akan peristiwa tadi saat akan berangkat kerja

"o iya, Mak, Seto mau cerita sama Emak tapi jangan kaget ya."

" iya Set, Emak janji" jawab emak sambil makan nasi bungkus isi telur yang dibawa Seto.

"Mak, pas tadi Seto berangkat kerja, Seto melihat Bang Ahmad jalan sama cewek nya, Mak."

"mungkin pacarnya kali, Set"

"Bukan, Mak, Bang Seto pake cincin emas di jarinya"

"Hah gila kamu, Set gamungkin Bang Ahmad dah nikah" 

"Beneran, Mak Bang Ahmad dah nikah"

Saat mendengar berita dari Seto, Emak kaget dan lebih menyimpan itu dalam hati agar tidak membuat Seto terbebani. Hari ke hari kondisi Emak semakin parah. Sehari-hari seto hanya bisa bekerja keras untuk menghidupi Emak dan juga Susan. Bang Ahmad ternyata sudah memiliki satu anak dan hidup dengan istrinya. Ahmad menceritakan dengan keluarga sang istri bahwa Emaknya sudah meninggal dan ia tidak memiliki siapa siapa lagi. Ahmad sudah benar benar melupakan Emak dan adik-adik nya sendiri. Seto membiarkan Bang Ahmad gembira dengan keluarganya. Saat sedang bekerja dengan tenang datang kabar dari rumah bahwa Emak mengalami kondisi kritis.Seto langsung berlari ke rumah dan sampai dirumah Emak sudah dalam keadaan sakaratul maut. Emak menyampaikan beberapa pesan kepada Seto.

" Set tolong jagain Susan sama jangan lupa sama Bang Ahmad" ucap Emak dengan nafas berat.

"i-iya, Mak, Seto akan selalu jagain Susan dan nggak akan ngelupain Bang Ahmad juga" ucap seto dengan menahan tangis.

"Seto jangan lupa istirahat dan jangan lupa ibadah, jangan lupa sholat"

"i-iya mak"

Akhirnya emak menghembuskan nafas terakhir dan meninggalkan dunia serta seto dan juga susan.

"Emakkk" teriak seto sambil menangis.

Sekarang seto hanya memiliki adik nya yang paling kecil yaitu susan.

"san, sekarang kita tinggal berdua aja, kamu yang kuat ya, jangan rewel"

"iya bang susan janji gak akan rewel terus akan nurut sama abang" ucap susan dengan nangis tersedu sedu.

Saat hari pemakaman emak ahmad tidak hadir di dalam acara pemakaman sang ibu. Setelah hari pemakaman selesai semua berjalan dengan normal dan seperti biasa. Saat di warteg bu siti berkata,

"seto, turut berduka cita ya atas meninggalnya emak,kamu yang tabah ya" ucap bu siti pemilik warung tegal tempat seto bekerja.

"makasih bu"

"seto kamu mau tinggal di warung ibu gak buat jagain warung ini?"

" wah mau banget bu" setelah itu seto mulai tinggal di warung tegal milik bu siti begitu juga dengan susan. Mulai hari itu seto dan susan mulai tinggal di warung tegal milik bu siti. Susan juga ikut membantu bu siti untuk membantu mencuci piring di dapur milik bu siti yang kecil.

"lho nak kok kamu bantuin ibu, biar bang seto aja" ucap bu siti sambil memegang sapu ijuk milik nya.

"gapapa bu, saya mau bantuin, saya gak mau ngerepotin ibu sama bang seto"

"yaudah kalau itu mau kamu, tapi jangan lupa istirahat ya, jangan dipaksa"

"siap bu" jawab susan sambil tersenyum lebar.

"wah, kasian banget anak ini masih kecil udah kerja nyari uang, yang tabah ya nak" ucap bu siti di dalam hati sambil mengelus dada. Akhirnya mereka berdua digaji 200.000 perbulan. Mereka berdua hidup senang di warung tegal milik bu siti. Saat susan sedang menyapu teras milik bu siti, ia melihat ahmad sedang berjalan bergandengan bersama istri dan anaknya.

"lah, itu kan bang ahmad,kok dia jalan sama cewek sama anak kecil ya, apa bang ahmad udah nikah terus punya anak ya, ah, tanya bang ahmad aja kali, mungkin aku juga salah liat" ucap susan di dalam hati dengan kaget dan bingung. saat sore hari, seto sudah selesai kerja dan akan beristirahat, tiba tiba susan menghampiri seto sambil bertanya.

"bang seto, tadi siang aku ngeliat bang ahmad gandengan sama cewek sama anak kecil, emang bang ahmad udah nikah?" tanya susan dengan penuh ketidaktahuan dan kepolosan anak kecil.

"kamu salah liat kali mungkin itu orang lain yang mirip bang ahmad, mungkin tadi kamu salah liat, bisa jadi kamu kecapekan, tidur aja sekarang udah malem besok kamu juga harus sekolah" jawab seto dengan nada ragu ragu.

"oke bang selamat malam, abang jangan lupa istirahat ya besok juga harus kerja lagi" ucap susan sambil mencium kening seto. ciuman dari susan membuat seto gembira dan rasa capek yang ia rasakan hilang dan menjadi lebih segar.

"wahhh, anak sekecil ini kuat dan tabah banget merasakan dan melawan pahitnya dunia, semangat ya susan, semoga tuhan menyertai kamu selalu, sehat sehat sus" ucap seto di dalam hati dengan takjub. sebenarnya seto berusaha memendam masalah ini agar susan lebih senang dan bisa fokus dalam pelajaran sekolah yang ia tempuh. keesokan paginya saat susan akan berangkat ke sekolahnya, susan berpamitan dengan seto terlebih dahulu.

"bang susan mau berangkat sekolah dulu, doain susan di sekolah agar lancar ya bang" ucap susan sambil menyalami seto dan mencium tangan nya.

"iya dek doa selalu menyertaimu, semangat sekolah nya ya" ucap seto sambil tersenyum hangat ke susan. saat akan berangkat sekolah susan diejek beberapa temannya

"woi yatim piatu, ngapain lu sekolah dirumah ae sono" ucap temannya sambil menertawakan dan mengolok susan dengan puas. tanggapan susan sangat sabar dan juga santai. teman teman nya bingung akan tanggapan susan yang sangat sabar dan santai.

"kok susan ga marah aneh banget dia bisa sabar kaya gitu, hebat banget susan" ucap sang pembully dalam hati karena kagum karena tanggapan susan yang penuh dengan  kesabaran dan tidak emosi. saat sedang belajar dengan asyik tiba tiba dipanggil oleh bu guru dan bu guru berbicara.

"Susan kamu yang sabar ya kakak mu seto sudah meninggal, kamu sekarang pulang sama ibu untuk ke tempat kakak mu" ucap bu guru sambil memeluk susan yang sedang menangis keras. susan tidak percaya dengan perkataan sang ibu guru. ia langsung menuju rumah aslinya dan susan kaget melihat seto sudah terbungkus di dalam kain kafan putih ditempatkan di keranda yang dulu pernah dipakai oleh emak. susan hanya bisa pasrah dan hanya bisa berserah diri pada tuhan. sekarang ia hidup bersama ibu siti dengan warung tegal milik bu Siti, dan walaupun ia hidup bersama bu siti namun belum ada yang bisa menggantikan peran Seto dan sang ibunda tercinta.

"Ya Tuhan kepada-Mulah aku berserah"

Kembali sendiri tanpa seorang pun peduli. Aku kembali bersedih. Letih dan sedu sedan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun