- Senior Garden -
Oleh : Achmad ZulFikar BU
Brukk.. Brakkk...
Sebuah tubuh terlempar bebas di udara dan menghantam dinding kamar mandi sekolah.
Wajah orang yang terlempar tersebut tampak kusut, sedih, benci, ingin marah tapi tak bisa. Ia menahan tangisan sekuat tenaga.
"Kenapa? Kenapa hidup gw seperti ini?" Teriak lelaki berumur 15 tahun itu dalam hati.
"Woi cupu! Bangun!" Teriak seorang remaja lelaki berambut pendek dengan model skinned hair di sebelah kiri kepalanya.
"Oi bego! Lo denger kata Raga gak? BANGUN!" Tambah seorang lelaki berambut pirang yang tampak lebih dewasa dari lelaki yang terlempar tersebut
Lelaki tersebut mengangkat kepala nya sambil meringkih kesakitan. Ia menatap benci kepada kedua lelaki yang dari tadi terus memukulinya sambil menahan air mata dan ingus yang keluar tak terbendung.
"Sial banget lo berani natap gue kaya gitu" teriak Raga di depan wajah lelaki tersebut.
"Siapapun! Ambil nyawa aku sekarang! Aku gak kuat hidup kaya gini!" Teriak lelaki tersebut dalam hati sambil menahan tangisan yang semakin terisak.
"Wah... Bukannya jawab gw ngomong ! Malah bengong ni anak Setan !" Teriak Raga kembali
"Tendang Lex!" Perintah Raga kepada Alex
Braakkk buuuggg... Crasssshhh
Semburan darah keluar dari mulut lelaki itu. Tendangan Alex tepat mengenai pipi lelaki tersebut dan merontokkan salah satu gigi taring nya.
Taring tersebut terlempar dari mulutnya ke lantai. Lelaki tersebut menyadari bahwa salah satu gigi taring nya telah tanggal.
Alex mendekat ke arah gigi yang telah tanggal itu dan menginjaknya keras.
"Sampe besok lo gak bawa jatah kita lagi, bukan cuma gigi lo yang patah! Tapi seluruh tubuh lo! Ngerti gak?!" Teriak Alex
Tiba tiba muncul seorang lelaki yang tampak panik. Lelaki tersebut berperawakan Pribumi. Bermuka sangar.
“Woii woi… cabut udah… ada Aria” Ucap lelaki itu dengan panik.
“Mana Dre?” Tanya Raga kepada Andre yang baru saja datang tersebut
“Ada… arah kesini tadi… kayaknya ada yang laporin ke dia” Jawab Andre tergesa-gesa
“Ah sialan ! kalo gak karena Aria, udah MATI lo hari ini !” kata Alex yang sibuk menjambak kepala lelaki malang yang masih bersimpuh darah dilantai.
"Dah cabut lex" ajak Raga dan Andre meninggalkan lelaki itu
Alex, Andre dan Raga pergi meninggalkan lelaki itu sendiri, tergeletak didepan kamar mandi sekolah dengan wajah memar dan berlumuran darah.
Ia meraih gigi taring nya yang telah tanggal dan mencengkeramnya erat.
Tetesan air mata membanjiri pipinya disertai isakan tangis yang memilukan siapapun yang melihatnya.
"Aku gak mau hidup begini terus" ucapnya pelan dalam tangis
"Siapapun tolong aku... Aku ingin keluar dari keadaan ini" tangisnya
"Aku gak peduli mau Tuhan, Iblis, Setan atau SIAPAPUN! TOLONG AKU!" Teriak lelaki itu dengan suara serak.
"Aras! Lo gapapa?" Teriak seorang gadis cantik berkulit putih dengan rambut coklat sebahu, menghampiri lelaki yang penuh luka dan tampak sudah tak berdaya itu.
"Aria..." Ucap Aras lemas...
...
…………
Namaku Aras, Sebastian Aras.
Kelas 2 SMA. Seorang lelaki yang kuat dan keras! Setidaknya itu harapan orang tuaku waktu memberiku nama dulu.
Aras. Anak Keras...
Hahaha...
Aku adalah seorang anak tunggal dan aku tumbuh di keluarga yang mempunyai latar belakang militer. Kedua orangtuaku mendidikku dengan keras. Cambuk kuda, ikat pinggang, kemoceng rotan, adalah benda yang biasa dipakai memukulku saat aku melakukan kesalahan, walaupun hanya kesalahan kecil.
Katanya agar aku kuat dan tahan banting…
Hahaha...
Mereka tidak salah...
Aku memang tumbuh menjadi anak yang kuat...
Kuat dipukuli.
Tapi bukannya menjadi anak pemberani seperti yang mereka harapkan, aku malah tumbuh menjadi anak yang mudah ketakutan.
Aku pengecut!
Aku terbiasa dengan pukulan dan hantaman orang disekelilingku.
Saat kuceritakan pada orangtuaku, mereka hanya berkata
"kamu kan anak kuat, bales donk"
Bales apanya?! Melihat mereka saja aku takut!
Aaaarrgghhhh !!!
Seandainya ada yang mengerti aku, pasti hidup aku gak akan seburuk ini...
Hidup?
Salah kalau aku anggap ini hidup!
Ini adalah SIKSAAN NERAKA DUNIA!
Siksaan yang aku sendiri tak tahu alasannya.
Terkadang aku berfikir, aku rela menukarkan apapun dalam hidupku termasuk orang tuaku yang tidak bertanggung jawab itu demi kebahagiaan dalam hidupku !
"Aras ! Arass!!! Lo gapapa?" Ucap Aria panik
Aku membuka mataku.
"Tempat ini asing" itu kata pertama yang ada dalam fikiranku saat aku membuka mata
Tempat tidur yang tidak nyaman...
Bau obat...
Ada suara electrocardiogram machine...
"Haaah... Rumah sakit lagi" keluhku
Pandanganku tertuju pada seorang wanita yang menemaniku di ruangan ini. Ia adalah gadis tercantik dalam hidupku. Matanya coklat. Rambutnya panjang sedikit ikal dan dimodel belah tengah. Perawakannya mungil. dan innocent.
Ahh… perempuan ini adalah contoh saat Tuhan dengan sungguh sungguh menciptakan seorang hamba-Nya
"Aria..." Ucapku berat
Aku meraih tangan Aria yang duduk di sebelah kiriku. Wajahnya tampak begitu khawatir
"Orang tuaku?" Tanyaku singkat
"Pulang" jawab Aira lalu menundukkan kepalanya
Tess... Tes...
Air mata Aria jatuh ditanganku
Seperti biasa, Aku tahu ia berbohong.
Ia menutupi kelakuan keluargaku.
Lagi...
Keluargaku adalah keluarga yang benar benar tak kenal rasa kasihan.
Saat aku kecil, kalau aku diganggu teman-temanku dan aku pulang dalam keadaan ‘kalah’, mereka bukan mengobati luka lukaku tapi malah menyuruhku keluar dan aku baru boleh pulang kalau aku sudah dinyatakan ‘menang’ melawan orang yang menggangguku tersebut.
Alhasil… selalu saja minimal aku sehari tidur diluar karena tidak bisa membalaskan dendamku.
Hingga akhirnya Aria menolongku.
Ia meminta orang yang memukuliku waktu itu untuk berpura pura ‘kalah’ dan mengaku ke orang orang kalau Aras berhasil membuatnya meminta maaf.
Dan lucunya, hampir seluruh anak yang dipinta Aria seperti itu, menyanggupinya.
Maklum… Aria cantik dari kecil… siapapun suka padanya…
Tapi aneh…
Tak ada satupun yang Aria terima menjadi kekasihnya…
….
Ahhhh…..
Tuhan memang adil
Dibalik seluruh siksaan dalam hidupku, masih ada seorang wanita cantik dan baik hati yang selalu memperhatikanku.
Memang kalau dilihat sekilas, tidak ada yang aneh. Karena aku bukanlah lelaki yang buruk rupa. Jadi wajar kalau Aria menyukai aku.
Aku cukup tampan, walau dengan banyak luka ditangan dan badan
... dan
luka di wajah bekas kemarin...
Kemarin? ...
Ahhh... Aku bahkan gak inget kapan kejadian itu...
"Aria..." Panggilku parau
Aria menaikan wajahnya.
Kulihat air mata membasahi pipi mulusnya.
Ia menghapus air matanya lalu memasang wajah bertanya padaku.
"Sudah berapa hari aku disini?" Tanyaku kembali dengan suara parau
"3 hari Ras" jawab Aria seadanya
Ia kembali menundukkan kepalanya
Aku tak bisa berbuat apa apa selain menatapnya.
"Maafin Aku Ras!" Ucap Aria memecah keheningan, masih dengan posisi menundukkan kepalanya.
"Untuk?" Tanyaku lemas
"Untuk cuma bisa membantu kamu seperti ini" sambar aria sambil menangis
Aku heran.
Aria bukanlah pacarku...
Dia hanya seorang sahabatku dari kecil yang tinggal disebelah rumahku...
Tapi sifatnya... Kelakuannya...
Menunjukkan kalau dia sangat mencintai aku...
Tanganku meraih pipinya
Menyeka air mata wanita yang sebenarnya kucintai juga ini.
Cukup simple alasanku untuk berhenti menyukai Aria
Aria adalah salah satu gadis tercantik di sekolah.
Jadi pasti banyak yang menyukai Aria.
Dan aku takut kalau orang yang menyukai Aria menghajarku suatu hari nanti karena perasaanku terhadap Aria.
Pengecut bukan?
Iya! Aku pengecut!
Dan aku benci dengan kenyataan itu.
Seandainya aku bisa, Aku ingin membunuh seluruh senior yang ada disekolahku!
Aku tersenyum kepada Aria seolah semua baik baik saja.
"Aku udah ngelaporin mereka ke BP kok. Orang tua mereka juga udah dipanggil" ucap Aria berusaha membuatku percaya bahwa semua baik baik saja.
"Iya gapapa kok" jawabku lalu tersenyum
"Mereka ngapain kamu lagi sih?"tanya Aria kesal
"Biasa... Uang jajan... Aku harus kasih uang jajan ku masing masing 10 ribu ke bang Alex, bang Raga dan bang Andre. Tapi kemarin uangku gak cukup buat bayar 'keamanan' sama mereka" ungkap Aras lemas
"Hah?! Mereka masih sering malakin kamu Ras?!" Tanya Aria kaget
Aku menganggukan kepalaku sambil menaikkan kedua alisku.
Tahun lalu, Waktu Aras dan Aria kelas 1. Orang tua Alex, Raga dan Andre pernah dipanggil juga karena masalah yang sama. Malah mereka di skors selama 2 minggu.
Tapi mereka gak jera juga. Bahkan mereka menjuluki Aras dan beberapa orang cupu lain nya sebagai 'Lahan'
Yap ! Orang cupu yang jadi bahan bully an disekolah ini bukan cuma aku.
Ada beberapa orang lagi. Tapi Aku dan mereka gak saling kenal.
'Lahan' yang mereka maksud adalah bahan palak-an. Tempat mereka meminta 'jatah keamanan'
…
"Lebih baik kamu pulang... Aku gak enak sama orangtua kamu" ucap Aras
"Ahh.. i..Iya deh... Aku pulang sekarang ya. Kalau ada apa apa bilang ke aku ya Ras" jawab Aria sambil menyeka air matanya
"Iya... Makasih ya Aria" jawab Aras tulus...
Aria pergi meninggalkan Aras yang masih terbaring lemah ditempat tidur
Hening...
Berbagai perasaan dan fikiran berkecamuk di benak Aras...
Aras menggerakan tangan kanan nya yang daritadi belum digerakkan sama sekali.
Ia merasakan ada sesuatu dalam kepalan tangannya. Ia mengangkat tangannya dan melihat isi kepalannya.
"Gigi?" Ucap Aras pelan dan bingung
"Ahh... Ini taring gue yang kemarin copot" tambah Aras sambil mengingat kejadian kemarin
Tangan kirinya memegang pipi sebelah kanan nya yang sudah tidak punya gigi taring lagi.
"Senior Biadab !" Teriak Aras yang diikuti tangisannya.
…….
…………….
“Aras…!! Aras!” Panggil seorang perempuan dikejauhan
“Aras… Bangun Aras!!” tambah perempuan tersebut
“Aras… Bangun Sayang…” Kata wanita itu sembari mengelus pipi Aras yang tengah tidur di sebuah Taman Rumput ditengah hangatnya mentari musim semi
“Sayang…” Gumam Aras dengan mata tertutup
Mata Aras terbuka perlahan
Tampak seorang perempuan seumuran Aras dengan dandanan campuran antara Emo dan Gothic mengelus pipi Aras yang merebahkan kepalanya di paha perempuan tersebut. berbeda dengan Mata Aria yang coklat, Mata perempuan ini Hitam pekat, dengan warna kulit lebih putih dari warna kulit orang Indonesia pada umumnya. Rambutnya mirip dengan Aria. Tapi berwarna Hitam pekat juga. Ia mengenakan Dress Gothic Lolita.
“Cantik…” ucap Aras lemas, sambil memandang wajah perempuan itu.
Perempuan itu tersenyum penuh damai.
Hembusan angin mengibarkan rambut perempuan itu.
“Cantik…” Kata Aras sekali lagi
Perempuan itu kembali tersenyum…
Aras menggerakan kepalanya. Mengarahkan pandangannya ke arah leher Perempuan tersebut.
Terlihat sebuah Gigi Taring dikalungkan dengan tali kalung berwarna hitam melingkar di leher perempuan itu.
“Apa itu?” Tanya Aras Penasaran.
“Janji kita” jawab perempuan itu diikuti dengan senyuman nya yang membuat hati siapapun yang melihatnya menjadi damai.
“Kamu siapa?” Tanya Aras lalu bangun dan duduk berhadapan dengan perempuan itu.
“Namaku Verish” Jawab perempuan itu singkat, masih dengan senyumnya
Tubuh Aras mendadak melemah. Terbanting keatas padang rumput di Taman tersebut. Terbayang di benaknya kejadian kejadian memilukan yang terjadi didalam hidupnya.
“Tolong Aku… Verish…” ucap Aras Lemah
“Apa kamu rela menukarkan dengan apapun jika aku menolongmu?” Tanya Verish lembut
“Aku rela! Apapun akan kuberikan kepadamu Verish… Aku ingin terlepas dari siksaan dunia ini” jawab Aras pasti
Verish tidak menjawab apa apa.
Namun tubuhnya mendekat dengan tubuh Aras.
Memeluk Aras dengan erat.
“Hangat…” ucap Aras pelan
Aras tertidur pulas dalam pelukan Verish.
…
…..
“Aras…Bangun…” ucap seorang perempuan dengan suara bergetar
Aras merasakan pelukan dari seseorang yang begitu hangat.
Aras membuka matanya perlahan.
“Cokelat…”
“Warna rambut Aria” ucap Aras lemas.
“ARASSS!!! Huuuuaaaa!!!” tangisan Aria memecah keheningan
“Hei… heii… kenapa Aria? Kenapa kamu nangis?” ucap Aras menenangkan
“Aras… kamu sembuh dong… padahal luka luka kamu udah sembuh, tapi kenapa dari kemarin kamu gak bangun bangun” Tangis Aria
“hei… Aria… ini kan aku bangun…” kata Aras kembali mencoba menenangkan Aria
“Tapi kenapa kamu tidurnya lama banget?! “ tangis Aria sambil memeluk Aras
“Lama? Emang aku tidur berapa lama?” Tanya Aras penasaran
“Hampir 3 Minggu tau !” jawab Aria masih disertai tangisannya
“HAHH?! 3 MINGGU? …” Kata Aras Kaget
“Maaf udah buat kamu khawatir Aria…” Tambahnya.
“Aras jangan tinggalin Aria ya… baru kali ini Aria ngerasa sedih banget” ucap Aria sambil menangis dalam pelukan Aras.
Aku memang tau Aria mencintaiku.
Tapi aku sama sekali nggak menyangka kalau Aria benar benar khawatir dan takut kehilangan Aku.
…
Memori-Memori tentang masa kecil Aras dan Aria kembali terputar di kepala Aras.
Teringat saat saat mereka kecil.
Aria kecil berlari menangis sambil teriak minta tolong. Saat Berlari minta tolong, Ia berpapasan dengan Aras kecil yang sedang berjalan kaki baru pulang dari Taman kota. Aras Kecil merasa iba dan bertanya kepada Aria Kecil.
“Kamu kenapa?” kata Aras Kecil
“Tolongin aku… kucing aku berantem sama anjing kampung… digigitin sampe berdarah darah… aku mau ambil kucingku tapi aku takut… toloonnggg…” Rengek Aria kecil
“disebelah mana?” Tanya Aras Kecil
“disanaaa” jawab Aria Kecil sambil menunjuk ke arah sebuah bangunan Tua
“Ayo aku tolongin” ajak Aras Kecil sambil menarik tangan Aria Kecil.
Aras Kecil dan Aria Kecil sampai didepan Rumah tua yang sudah lama tidak berpenghuni tersebut.
Tampak seekor Kucing yang sudah berlumuran darah tergeletak di halaman rumah tersebut.
Dikejauhan terlihat seekor anjing berwarna hitam yang bersikap waspada akan kedatangan Aras Kecil dan Aria Kecil.
Anjing itu berlari kearah Aras kecil yang hendak mengambil bangkai kucing tersebut.
Menerkam Aras kecil dan mengigit lengannya hingga berdarah.
Aria kecil yang panik, melemparkan batu kearah kepala anjing tersebut, dan membuat anjing itu pergi jauh.
Tangan Aras kecil berlumuran darah.
Tapi ia seolah tak memperdulikan rasa sakit dan darah yang terus keluar dari tangannya.
Ia bangun mengangkat bangkai kucing kesayangan Aria kecil.
Lalu menguburnya dan memasangkan sebuah papan kayu sebagai nisan…
Di halaman rumah tua tersebut…
Sifat baik dan Rendah hati Aras lah yang membuat Aria jatuh cinta dari kecil hingga sekarang.
Aras adalah orang yang peka terhadap sekitar.
Dibalik sifat penakutnya, Aras adalah orang yang sangat baik hati.
Aras berani berkorban demi orang lain. Walaupun menyakiti dirinya.
..
……
Ditengah Tangisannya, Aria teringat sesuatu.
“oh iya… waktu kamu tidur panjang, ada cewek yang bulak balik dateng jenguk kamu.” Kata Aria sambil bangun dari duduknya dan mengambil sepucuk surat di meja
“dia ninggalin ini” ucap Aria sambil menyerahkan sebuah amplop berwarna hitam berisi sepucuk surat dari kertas polos berwarna putih.
“siapa namanya ?” Tanya Aras sambil menerima amplop tersebut lalu membukanya
“dari Verish kalo gak salah namanya” jawab Aria sambil menyeka bersih seluruh air mata di pipinya
“Verish ?!” Tanya Aras kaget. Tangannya berhenti membuka amplop yang diberikan oleh Aria itu
“Dia nyata?!” ucap Aras dalam hati
“Kamu kenal dia Ras? Dia datang tiap hari loh” Tanya Aria
“Iya… Aku kenal… dia Temanku” jawab Aras
Aras membuka amplop yang berisi surat tersebut.
Hai Aras!
Selamat ya Kamu sudah sadar dari Koma~!
Kamu pasti bingung aku itu nyata atau bukan.
Karena seingat kamu aku itu ada didalam mimpi kamu.
Aku tahu kan ?~
Hehehehe~
Oia Malam ini kamu datang ya sendiri ke Taman Kota bekas rumah tua yang kamu kubur kucing itu loh…
Inget yaa!!~
…
Aku dan Aria Berjalan pulang setelah selesai mengurus administrasi Rumah Sakit.
Jangan kaget. Orang tuaku sangat kaya raya. Jadi seluruh biaya rumah sakit telah ditanggung Asuransi keluarganya.
Aku dan Aria berjalan pelan.
Bernostalgia… Menikmati udara sore
Berdua…
Canda Tawa, Genggaman tangan Aria…
Hangat…
“Aku akan mencoba memberanikan diri untuk mengutarakan cintaku pada Aria…”
“Besok…” Gumam Aras
Lalu kami kembali kerumah masing masing.
Aku menatap jauh keluar jendelaku…
Terlihat matahari mulai terbenam... Memancarkan warna jingga nya.
“Warna kesukaan Aria…” ucap Aras pelan
Kuperhatikan Matahari terbenam hari ini… sampai cahaya nya hilang
Memudar dan berganti gelap
Aku terduduk di atas tempat tidurku…
Terpaku diam memegang surat yang diberikan oleh Verish
“Oia Malam ini kamu datang ya sendiri ke Taman Kota bekas rumah tua yang kamu kubur kucing itu loh…”
Tulisan itu kubaca berkali kali
Perasaanku sungguh bimbang…
Bimbang antara pergi ke Taman itu atau tidak.
Aras meremas surat itu dan membuangnya ke tong sampah dikamarnya.
Lalu ia membanting badannya ke atas kasur spring bed di kamarnya
Ia berfikir keras tentang ajakan Verish.
“tapi waktu itu kan aku yang minta tolong. Kenapa aku harus ragu ya?” Gumam Aras
Aras beranjak bangun dari tempat tidur nya,
Ia membuka lemari pakaiannya dan mencari sweater dan syal.
Malam ini…
Dingin sekali…
Setelah meminta izin kepada orang tuanya, Aras bergegas menuju tempat yang sudah dijanjikan olehnya dan Verish.
Aras terhenti didepan rumah Aria
Menatap lama jendela kamar Aria yang terlihat dari luar pagar
Tes…
Tess…..
Air Mata Aras jatuh tanpa sebab.
Yang Aras tahu, Ia sangat mencintai Aria…
Aras menyeka air matanya dan berlari cepat
Nafasnya terengah engah tanpa tahu sebabnya
Ia merasakan kegundahan yang luar biasa hebat
Tanpa sadar Aras telah sampai didepan bekas bangunan tua yang dijanjikan oleh Verish
Tapi tempat itu telah berubah.
Menjadi sebuah Taman pemakaman…
Kuburan…
Aras memandang sekitar
Cuma satu yang tidak berubah.
Ada sebuah nisan dari kayu diatas sebuah kuburan kecil
“Itu kan kuburan kucing nya Aria” Ucap Aras spontan
Aras mendekat kearah kuburan kucing itu
Ia memperhatikan nisan yang terbuat dari kayu tersebut
Ada sebuah tali kalung berwarna hitam, mengikat sebuah gigi taring.
Persis seperti gigi taring Aras yang tanggal waktu itu
Aras meraih kalung tersebut dan memakainya
“Hai Aras” ucap seorang perempuan yang muncul dibelakang Aras
Aras berpaling kebelakang
Melihat sosok seorang perempuan cantik, berkulit putih, bermata hitam legam menggunakan Dress Gothic Lolita
“V..Ve..Verish…” Ucap Aras kaget
“Yaa?...” Jawab Verish penuh senyuman dengan tingkah imutnya
Verish menghilang dari pandangan Aras dan muncul dibelakangnya seperti menggunakan Teleport
“Aras bingung ya?” Tanya Verish lembut di telinga Aras
Aras merasakan perasaan kaget yang luar biasa
Namun badan nya tak bisa bergerak
Bibirnya pun tidak
“Aras jangan takut sama Verish” Ucap Verish yang telah melakukan Teleport lagi dan berpindah persis didepan Aras
Mata Aras terbelalak
Rasa takutnya mencuat kembali
“Sss…Si..Siapa sebb…benarnyaa… k..kamu??” Tanya Aras gemetar
“Loh … Aras kan tau aku Verish” jawab Verish manja
Tangan Verish meraih pipi Aras dan mengelusnya
“Dingin” Gumam Aras
Suhu tangan Verish disini berbeda dengan suhu tangan Verish dalam Koma Aras
Suhu Tangan Verish dingin bagaikan Es Batu yang baru keluar dari Freezer.
“Aras... Jangan takut sama Verish ya…” ucap Verish sembari mengelus pipi Aras
Aras terpaku terdiam.
Hanya nafasnya yang semakin terengah
Tangan Verish meraih Kalung bergantungkan gigi taring yang dipakai oleh Aras
“Janji Kitaaaaa~!” Ucap Verish sambil melompat kecil kegirangan
Sementara Aras masih terdiam sama sekali tidak bergeming
Namun nafasnya mulai kembali normal
Mata Aras menatap jauh kedalam mata Verish
Tubuh Verish mendekat ke tubuh Aras
Mereka berpelukan sekitar beberapa menit
Suasana Hening…
Sampai Verish membuka pembicaraan lagi
“Siapa yang Aras benci?” Tanya Verish pelan
Seperti terhipnotis tapi sadar, Aras menceritakan seluruh pengalaman buruknya dengan senior seniornya di sekolah.
Beberapa nama senior disamping nama Andre, Alex dan Raga pun juga ikut disebut
Verish tersenyum puas
Ia mengelus kepala Aras lalu menghilang dari pandangan Aras
Verish menjatuhkan sepucuk surat lagi
Aras memungutnya dan membaca tulisan tersebut
Hai Aras!
Menyenangkan ngobrol denganmu
Besok Malam kamu kesini lagi ya…
Ada yang mau aku tunjukin ke kamu
Oia… sendirian ya~! ♥
Setelah membaca surat tersebut, Aras bergegas pulang
Hati dan Fikirannya berargumen hebat
Ia tak bisa berhenti memikirkan kejadian ganjil bersama Verish tadi
Ia terus memikirkannya…
Terus…
Hingga tertidur dikamarnya…
…
...........
……………
Ayam mulai berkokok…
Matahari mulai membagikan kehangatannya
Sinar matahari pun menyelinap masuk kedalam sebuah kamar yang di dominasi warna merah dan hitam ini
Aras terbangun saat sinar matahari menyentuh matanya
Ia bergegas bangun dan pergi ke sekolah seperti biasa
Namun, yang tak biasa adalah fikiran dan hati nya
Sama sekali belum berubah sejak semalam… ia takut , namun penasaran. Namun entah kenapa ia punya keyakinan bahwa Verish akan membantunya lepas dari masalah hidup ini…
Siksaan dunia yang selama ini menghantuinya…
Hari ini aneh…
Disekolah sama sekali tidak ada yang menggangguku
Aku pun tidak melihat senior senior yang sering menggangguku
Ah… apa benar Verish telah menolongku?
Syukurlah…
……….
Sepulang sekolah Aras memberanikan diri untuk menyatakan cinta nya pada Aria
Aras merasakan kebahagiaan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya…
“Jadi ini rasanya cinta…” gumam Aras sambil melihat wajah Aria
Aria hanya tersenyum puas karena cinta mereka menjadi kenyataan dan tidak bertepuk sebelah tangan lagi.
Mereka merayakan hari besar ini dengan kencan romantis berdua di sebuah café di Jakarta
Di dalam café
Aras menceritakan semua kejadian semalam pada Aria…
Sesuai dugaan, Aria terkejut dengan cerita Aras.
Aria khawatir dan ingin pergi malam ini ketempat yang Aras janjikan bersama Verish
Awalnya Aras melarang, namun Aria bersikeras untuk ikut.
Akhirnya Aras mengizinkan Aria untuk ikut bersamanya ke Taman Kuburan tersebut.
Mereka pulang kerumah masing masing dan keduanya berfikir resah tentang pertemuan malam ini.
………………….
……….
Aras menatap jam dinding yang terus berdetak dengan resah.
Jam sudah menunjukan pukul 7 malam. Matahari sudah bergulir berganti malam.
Aras mengganti bajunya dan bergegas keluar rumah menuju rumah Aria.
Aria pun tampak sudah siap dan menunggu di halaman rumahnya.
Mereka bertemu.
Hati Aras dan Aria entah kenapa bergejolak kencang.
Mereka berpelukan… erat…
Lalu Aras dan Aria pergi menuju taman ‘Janji’ tersebut
….
…
..
Sesampainya mereka disana, mata Aras dan Aria terbelalak melihat pemandangan yang mengerikan disana.
Lebih dari 10 Senior disekolah mereka digantung dan ditusuk dari bokong sampai kepala dengan kayu berujung lancip layaknya sate manusia.
Darah terus menerus keluar dari tubuh mereka. Hampir tak ada dari mereka yang bernafas lagi. Tinggal Alex, Senior yang menginjak gigi taring yang sekarang sudah terlihat mengenaskan tak berdaya. Ia sudah merasakan rasa sakit yang begitu menyakitkan. Namun tak kunjung mati. Seakan nyawa Alex enggan pergi dari tubuhnya. Ia merintih kesakitan. Berteriak pilu
“Sakit???” Tanya Verish yang tampak melayang di udara dengan ceria
“BAJINGAN!!! TURUNIN GUE!!!” Teriak Alex pada Verish
“Percuma… kalau aku turunin kamu tetap mati… makanya, kamu mati disini aja yaah” Jawab Verish dengan lugu
Aras dan Aria yang melihat pemandangan mengerikan ini, hanya terpaku diam
Jauh didalam hati Aras, ia senang karena senior senior yang selalu mengganggunya sudah pada mati mengenaskan disini. Namun ia tak bisa menutupi sifat penakutnya.
Setelah meronta ronta sekian lama dan menahan rasa sakit yang tak bisa dibayangkan, Alex akhirnya mati. Mengenaskan…
Angin mendadak berhembus kencang
Kilat berkali kali tampak di langit malam yang hitam legam seperti mata Verish
Verish yang daritadi melayang di udara perlahan turun menghampiri Aras dan Aria
“Hai Aras~!” Sapa Verish manja
“Verish… terimakasih… terimakasih telah membunuh mereka” Ucap Aras setengah takut
“Sama-sama Aras… Verish senang bisa menepati janji kita” Ucap Verish makin manja
“tapi… Verish kesal… Aras tidak menepati janji…” Tambah Verish sedih...
“Janji apa Verish?” Tanya Aras benar benar tidak mengerti
“Kan Verish suruh Aras dateng sendiri… huuuufff…” Ambek Verish
“M..ma..maaf Verish… ini Aria… Pacarku…” jawab Aras membela diri
“PACARR????” Tanya Verish kaget pada Aria dengan penuh amarah
“I…Iyaa… Aku pacarnya Aras” Jawab Aria terbata
Tubuh Aria mendadak seperti ditarik ke udara. Sementara Aria hanya bisa meronta ronta.
“PEREMPUAN JALANG ! PACAR APANYA?!!! KAMU TAU ARAS ITU MILIKKU!” Teriak Verish penuh amarah.
Wajah Verish yang selalu lugu dan innocent berubah memerah penuh amarah.
Cahaya kilat dan semburan angin mendadak memenuhi taman tersebut…
Taman dimana seluruh Senior mereka Mati…
Mulut Aria dibungkam oleh Verish sehingga tidak sepatah katapun keluar dari mulut Aria
Sedangkan tubuh Aras tak bisa digerakkan.
“Verish!!! Jangan Verish! Lepaskan Aria!” teriak Aras depresi
“Kenapa? Aku fikir kamu sayang sama aku” Jawab Verish yang tubuhnya juga melayang di udara
“Aku sayang sama kamu Verish. Aku nyaman. Tapi jangan sakiti Aria” Teriak Aras memohon
Verish tidak menjawab, namun sebuah kilatan cahaya dan gemuruh angin menghilangkan kesadaran Aras dan Aria
…
…..
Aras Pingsan…
Teringat di dalam alam bawah sadar Aras soal kucing yang Aras selamatkan waktu ia masih kecil. Namun, ia melihat dari sudut pandang lain. Sudut pandang diluar sudut pandang manusia. Aras melihat sesosok perempuan yang sudah menghuni rumah tua itu sejak lama. Perempuan itu adalah Verish.
Verish menyaksikan pengorbanan Aras saat Aras menyelamatkan kucing tersebut. Verish merasa Aras pantas mendapat pertolongan. Lagipula saat Aras terakhir kali dipukuli. Verish ada ditempat kejadian. Memperhatikan Aras dari dulu hingga sekarang. Saat itupun Aras berteriak minta tolong pada SIAPAPUN, termasuk arwah yang tidak diterima bumi seperti Verish. Oleh karena itu, Verish memutuskan untuk menampakkan dirinya dan membantu Aras.
…
..
Aras terbangun dari pingsan nya. Disebelahnya, Aria sudah tidak bernafas. Mati seperti senior senior yang lain. Matanya berpaling… menahan tangis melihat apa yang terjadi dengan Aria. Aras melihat sosok Verish berjalan mendekatinya sementara Tubuh Aras terpaku tidak bergerak. Verish mendekatkan wajahnya ke arah wajah Aras. Aras ketakutan dan menutup matanya. Bibir Verish dan Aras hampir berciuman.
Sesaat Aras membuka matanya…
Sesosok Wanita Tua dengan rambut putih, penuh luka, lendir dan nanah di wajahnya berteriak sekencang kencangnya dihadapan Aras, membuat bulu kuduk merinding dan meruntuhkan kesadaran Aras…
Aras pun Mati karena serangan jantung bersama Aria dan Senior Senior yang ia benci…
Di Taman Kematian para Senior…
Senior Garden
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H