“Alsa, Raka merindukanmu.”
“Gak mungkinlah.”
“Serius, kau masih menunggunyakan.”
Rona merah pipimu masih sama saat aku melihatnya pertama kali, waktu Raka memberimu setangkai bunga yang aku petik. Benarkan, Cheonsa masih merindukan pangeran pertamanya.
Sampai waktu yang aku tunggu tiba, Cheonsa mendekatiku dengan perasaan penuh dengan harapan. Aku ingat sekali, hari itu Cheonsa terlihat sangat lelah. Putri cantik itu membawa banyak sekali surat dan puisi yang tersusun rapih dalam sebuah kotak.
“Kamu bernama Arya kan?.”
“Apa kau tidak mengenaliku selama ini Alsa?.”
“Maaf Arya, aku terlalu takut untuk mengenali banyak orang.”
“Baiklah, ada apa kau menemuiku?.”
“Maaf Arya jika aku banyak merepotkanmu. Namun, aku sangat membutuhkan bantuanmu.”
“Ada apa?.”