Â
Satu tahun lebih aku memaksa Raka untuk menemui Putri yang menghilang meninggalkan sekolah ini. Aku ingin Raka mengembalikan keceriaan Cheonsa, dia kakak kelas paling manis yang pernah aku kenal. Kata- katanya yang ramah membuatku benar- benar merasa kehilangan.
Â
Sayangnya, sejak aku temui dia di istana yang berbeda. Wajah manisnya tidak padam dari bayanganku. Bangku SMA menemani kesunyian Cheonsa tanpa Raka, orang yang ditunggunya tidak datang menemuinya. Bahkan, sang pangeran malah memilih untuk pergi jauh tanpa meninggalkan jejak.
Â
Sekarang, Cheonsa yang aku kenal bukan Cheonsa tiga tahun yang lalu. Senyumnya yang khas sangat sulit aku temui, saat aku menegurnya dia hanya tersenyum tanpa berkata apapun. Apakah Cheonsa lupa denganku? Seorang prajurit yang menjadi pengawal pangerannya dulu.
Â
Ada satu yang ia sisakan untukku mengenalnya. Sepasang bola mata hitamnya yang sendu masih sering terlihat dari balik jendela kelasnya. Sang Cheonsa masih mencari bayangan pangerannya yang ternyata tidak akan pernah datang untuknya.
Â
Gadis penuh harapan ini terlihat semakin lugu dari pada yang aku temui tiga tahun lalu. Aku merindukan suara memohon darinya agar aku menyampaikan ribuan salam untuk Raka. Walaupun aku tau dia bukan lagi Cheonsa yang dulu, sangat sulit untukku memanggilnya dengan nama Alsabila.
Alsabila terlalu asing untuk mengantikan Cheonsa di dalam pikiranku, gadis manis berambut ikal ini tidak akan pernah berubah di mataku. Walaupun dua nama itu di miliki oleh orang yang sama. Namun, Alsabila tetaplah Cheonsaku yang dulu. Tunggu.... ‘tetaplah Cheonsaku yang dulu’ bukan maksudku tetaplah Cheonsa Raka yang dulu.