“Bagaimana bisa?.”
“Tentu saja bisa, jika pangeran mencintai putrinya dia harus berusaha mendapatkan maaf.”
“Ampun deh Sa, negeri khayalanmu terlalu besar untuk kau harapkan.”
Setelah mendapat tipuan dari sang putri yang mengaguminya. Raka tidak mau kehilangan perhatian dan pujian dari Cheonsa.
Setangkai bunga sederhana yang aku petik dari taman sekolah, membuat rona merah pipi sang putri terlihat. Aku melihat jelas Cheonsa tersenyum malu mendapatkan bunga yang sebenarnya tidak berharga itu dari Raka.
‘Alsabila, maafkan aku’ kalimat singkat yang diucapkan Raka membuat hati sang putri meluluh. Namun, Cheonsa tidak kehilangan akal untuk menutupi perasaan bahagianya. Sang putri hanya diam dan pergi meninggalkan pangeran di sudut ruang kelas.
Raka tidak menyerah sedikitpun dengan dorongan para prajurit dan semangat para dayang istana, ia mendekati sang Cheonsa sekali lagi.
“Alsabila, aku tau jika aku telah bersalah. Aku mohon maafkan aku, I wanna be your boyfriend.”
Cheonsa takut sang pangeran membuatnya sakit lagi. Tanpa sepatah kata yang diucapkan membuat seisi istana menjadi sunyi.