“ Tapi saya mau bawa dua tukang dari Jawa ya..Pak Wardi..dia masih famili kami, dia juga ahli bangunan juga, awal bulan depan mereka sudah nyampe sini, silahkan nanti Pak Wardi berdiskusi dengan mereka , “ jelas Sofian. Karena memang Sofian berencana mengundang dua ahli bangunan dari Jawa yang mungkin lebih faham dan mengerti, jadi tidak asal-asalan saja bangunan rumahnya itu nanti.
Setelah berkonsultasi dengan orangtua di Jawa, dan pandai membuat hitung-hitungan hari baik, yang mempunyai kandungan dan harapan agar rumah yang dibangun akan membawa anggota keluarga yang menempati akan menjadi baik, berkah, dan sehat . Tidak bertepatan dengan hari weton meninggalnya leluhur, maka ditentukanlah hari, dan tanggal dimulainya pembuatan rumah.
Dimulai dengan ‘nduduk pandemen’ atau menggali tanah untuk ditanamkannya fondasi pertama kali. Walaupun sudah tidak tinggal di tanah Jawa, sebagian orang Jawa memang masih setia pada warisan budaya leluhur, dengan harapan tetap selamat di mana pun berada.
“ Bu…besok siapkan ubo rampe buat bancaan nduduk pandemen …ya !”
“ Iya Pak…bubur merah putih, dan bancaan sego kuluban sudah aku siapkan besok pagi, sekalian untuk sarapan para tukang, dan tetangga kiri-kanan “, jawab Imoeng pada suaminya.
“ Jangan lupa pak Ustad yang akan mendoakan diundang juga ya Buk…”
“ Sudah siap semua pak…!”
“ Semoga besok hari cerah sehingga semua bisa berjalan lancar, sampai rumah kita jadi nanti”
“ Kita tidak perlu nunggu rumah jadi semua, kalau sudah ada dua ruangan dan dapur sementara kita bisa segera menempati rumah baru nanti “
“ Iya..buk…boss Damang kemarin juga memberi bantuan buat ongkos mendirikan rumah kita “
“ Semoga setelah kita menempati rumah baru kita nanti, kita sudah tidak kerja ikut orang lagi Buk…”