Bukan hanya Mamak Aziz, ada Mamak Dika, Mamak Dea juga memesan tas, sepatu, baju dan lain sebagainya. Sehingga setiap pulang ke Kudus ongkos pesawat pp sudah bisa ditutup dengan untung yang didapat dari pesanan-pesanan itu.
Sepulang dari menunaikan ibadah haji, sedikit demi sedikit material untuk membangun rumah sudah dibeli. Walau tidak bisa dibeli sekaligus namun, dicicil beli batu dulu, minggu depannya beli batubata, lalu pasir, semen , dan lain lain, sedikit demi sedikit karena uang yang ada juga digunakan untuk membelikan pesanan-pesanan konsumennya yang akan membayar secara kredit nantinya.
Tak apalah yang penting saatnya nanti rumah itu akan menjadi rumah impiannya setelah rencana membangun rumah di Kudus pernah gagal dan yang ada hanya tertimpa banyak hutang. Hal itu menjadi pelajaran bagi Imoeng dan Sofian, agar tidak mengambil hutang untuk membangun rumah itu nantinya. Lebih baik selesai agak lambat tetapi memakai uang sendiri, daripada harus berhutang kesana-kemari seperti dahulu.
“ Sepertinya sudah lumayan banyak terkumpul material yang ada Bu…baiknya kita mulai membangun , Bapak mau minta tolong teman yang pandai menggambar rancangan bangunan rumah kita, “ kata Sofian pada istrinya.
“ Kalau bisa sebelum kontrakan rumah ini habis ,kita sudah punya satu-dua ruangan dulu yang bisa kita tempati sambil mengawasi para pekerja nantinya, “ sahut Imoeng pada suaminya.
“ Besok aku akan menghubungi ahli bangunan kenalan bapak, yang biasa menangani pembuatan rumah di kota ini.” Balas Sofian.
Esok paginya mandor bangunan Wardi datang membawa rancangan bentuk bangunan dengan detailnya. Ada beberapa yang harus diubah sesuai dengan keinginan Imoeng dan suaminya. Agar rumah yang mereka bangun nantinya bisa benar-benar sesuai keinginan dan menjadi surga bagi Sofian sekeluarga.
“ Di sebelah garasi ada bangunan untuk toko lah Pak…saya ingin agar antara bangunan toko dan dapur ada pintu penghubungnya, agar saya bisa melakukan pekerjaan di dapur sambil berjualan “
“ Inggih..Bu..ae…bisa kita sesuaikan itu nantinya, garasi kita tarus di sebelah kanan bangunan induk, dan toko ada di sebelah kiri banguan induk, agar jualan ibu tidak terhalang dengan kendaraan-kendaraan di garasi, “ jelas Mandor Wardi.
“ Sepertinya material sudah cukup banyak, kita bisa memulai bikin pondasi secepatnya, kalau Pak Sofian ingin mencari hari baik dulu silahkan, biasanya begitu kan orang Jawa, walau sudah tidak tinggal di tanah Jawa tetep saja hari baik menurut hitungan itu penting..” kata Mandor Wardi yang juga keterunan dari Jawa, karena orangtuanya dulu berasal dari Jawa, dan bertransmigrasi ke Kalimantan, sejak dia masih kecil.
Sambil menunggu hari baik untuk mendirikan rumah, Wardi mengajukan beberapa nama tukang yang akan mengerjakan bangunan itu nantinya.