***
Nyaris berpuluh tahun pun aku masih di sini, tetap di sini, tertimbun di balik beban berat, yang teramat berat, yang masih setia menyembunyikan sisa tubuhku di dalamnya. Dan sudah beberapa saat ini, entah itu siang atau malam, aku mengalami sesuatu yang janggal. Tubuhku tidak lagi mampu menyerap banyaknya air yang ada di bawah sana. Hingga pada akhirnya air itu melimpah ruah, menyelimuti keseluruhan sisa tubuhku. Samar-samar bisa kudengar suara deburan air itu di luar sana, bercampur dengan suara-suara lain yang melintas.
Di saat tubuhku tidak lagi mampu menyerap banyaknya air yang melimpah ruah, aku malah sibuk bertanya-tanya. "Apa yang sedang terjadi di luar sana?"
***
Hingga sudah berpuluh tahun pun aku masih di sini, tetap di sini, hidup dalam kerentaan yang teramat sangat. Sisa tubuhku tidak lagi sekuat dulu. Bahkan aku bisa merasakan ada beberapa bagian kosong di dalam tubuhku sendiri. Untuk beberapa alasan membuatku menerka-nerka. Â "Apa aku akan mati?"
Dan tepat beberapa tahun terakhir dari berpuluh-puluh tahun ini, entah itu siang atau malam, limpahan ruah air yang menyelimuti sisa tubuhku bukan lagi sesuatu yang janggal untuk kurasakan. Kerap kali hal itu terjadi, dan aku hanya bisa berpasrah saat tubuh ini selalu tidak mampu menyerap banyaknya air yang ada. Meski begitu, aku tidak lagi sibuk menerka-nerka tentang apa yang terjadi di luar sana. Aku mulai merasa inilah akibat yang timbul dari aktivitas yang pernah mereka lakukan berpuluh tahun dulunya.
"Untuk duniaku yang dulunya pernah aku anggap menghilang, bersama tubuh yang teramat renta ini, aku rasa duniaku akan benar-benar menghilang sekarang."
***
SELESAI
Baca juga cerpen lainnya di blog Gufron Aksara
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H