"Tapi bukan ini yang aku inginkan,apakah kamu pernah merasakan kehilangan seseorang yang sangat berarti dalam hidup mu?Rasanya itu sakit banget.Seperti teriris belati Gadis."Kata Rey dengan suara tak kalah tingginya.
"Aku pernah merakana kehilangan,Aku pernah kehilangan kamu."
"Hah?"
"Iya aku kehilangan sosok Rey yang kuat,tegar,ceria,dan selalu dekat pada Tuhan".
Aku termenung sejenak mendengar apa yang baru saja diucapkan Gadis."Apakah benar aku bukanlah Rey yang dulu?"Tidak aku belumlah hilang,besok kita ke tepi danau seperti biasa".
Setelah mendengar itu Gadis beranjak pergi meninggalkan kamar mewah milik seorang Rey Putra Adiwijaya.
Setelah pertemuan ku dengan Gadis ditepi Danau,Aku selalu terbayang-bayang dengan sosok Gadis.Perkataan lembut nya selalu terngiang-ngiang di telingaku.Gadis mengatakan jikalau kebahagiaan itu sangatlah sederhana.Dan ternyata statemen Gadis benar adanya,di kamar ini aja aku udah bisa merasakan kebahagiaan walau hanya membayangkan senyuman manis Gadis.Bukan hanya itu gadis juga berkata kalau hidup ini harus tetap dinikmati walaupun terasa berat.Sebab hidup itu cuma sekali dan hanya sebentar.
Tiba-tiba tenggorokan ku terasa sakit seperti ada sesuatu didalamnya.Aku merasa mual dan aku pun muntah.
Aku Sungguh kaget dengan pemandangan yang memuntahkan.Darah segar yang begitu banyak membanjiri sprei warna biru.Seketika pula aku tak sadarkan diri.
Sebulan kemudian...
Aku seakan mulai kehilangan separuh nyawanya.Aku memandang ke arah jendela.Disana terdapat sebuah pohon besar,ranting pohon itu sudah mulai patah,dan daunnya pun mulai berguguran dan itu pertanda musim semi akan segera berakhir seperti diriku yang tidak lama lagi aku berpulang.
"Rey sayang..."Panggil Gadis.