Mohon tunggu...
Sri Indriyani
Sri Indriyani Mohon Tunggu... Jurnalis - Hai nama saya sri indri yani biasa disapa indri.Aku seorang Mahasiswa dari Bandung.Saat ini Aku sudah memasuki semester 4.Dengan program studi Ilmu Jurnalistik
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Nama aku indri.hobby saya menulis.cita-cita menjadi seorang jurnalis yang hebat.Saat aku sedang menempuh pendidikan di salah satu kampus swasta di Bandung.Menulis adalah bagian dari hidup ku.Karena dengan menulos aku bisa meluapkan segala jenis bentuk emosional didalam jiwa.Aku punya tips nih jika kalian memilki masalah jangan dilampiaskan kepada orang lain,tapi coba lampiaskan lewat tulisan itu rasanya di jamin plong banget.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Duka Gadis di Musim Semi

19 Februari 2021   16:25 Diperbarui: 19 Februari 2021   16:28 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Duka Rey di Musim Semi".

Tak dapat dipungkiri jikalau bulan april adalah bulan yang begitu istimewa lantaran kehadirannya menyuguhkan pesona indah nian tiada tara.Salah satu keistimewaan di bulan april adalah musim semi.

Ya musim semi,sebuah musim yang begitu fantastis.Dimusim ini bunga-bunga bermekaran, menebarkan wangi semerbak.Mentari menyinari bumi dengan k
Kehangatan.Setiap kunci bunga berlomba-lomba memamerkan corak terindah yang teramat memanjakan mata kala memandangnya.

Bukan hanya bunga-bunga saja yang bermekaran di musim semi dengan ribuan pesona,akan tetapi cinta kuncup cinta  pada hati setiap anak adam pun turut bersemi dan bermekaran.Ada yang sibuk berjalan-jalan menyusuri setiap sudut taman bunga,dan ada pula yang sibuk merajut benang asmara di sudut kota.

Itu bagi mereka,tapi tidak bagiku.Wangi semerbak bunga di musim semi seakan lenyap dari indra penciuman ku.Sunyi begitu mencekam diriku tat kala hari menuju kepada langit ketujuh.Semua yang didambakan telah sirna.

Sudah begitu lama aku terbaring lemah dibalik kamar kamar no 46 semenjak kecelakaan beberapa waktu lalu yang mengharuskan aku terkurung.Hanya ditemani air infus dan bau obat-obatan.Hari ini aku menyusun rencana untuk kabur dari rumah sakit ini.Aku kabur hanya  sebentar untuk menikmati udara segar di musim semi ini.

"Rey?Kok kamu disini sih sayang?"Sapa seseorang yang sudah sangat ku kenal dari arah belakang bangku tempat duduk ku.

"Gadis,ngapain kamu kesini?"Tanya ku tanpa memandang wajahnya.

Gadis melangkah ke arah ku,dan ia berhenti tepat di depan wajah tampan ku.

"Kamu tahu nggak sih,semua orang panik nyariin kamu."

"Untuk apa mereka mencari ku?"Tanya ku ketus.

Gadis kemudian menatap lembut mataku.Aku bisa melihat dengan jelas pancaran kekhawatiran dari bola mata coklat miliknya.

"Semua orang khawatir denganmu Rey".Jawab Gadis dengan suara lembut khas miliknya.

"Baiklah sini duduk disamping ku.Aku kangen duduk berdua dengan kekasih ku".Ajak Rey sambil menunjuk bangku kosong disebelah tempat ia duduk.
 
Gadis beranjak duduk disamping lelaki yang sudah menjadi kekasihnya selama lima tahun lamanya.Langsung saja tanpa meminta izin Rey langsung tidur di panggkuannya.Gadis tidak bisa menolak karena ia yakin kalau Rey  sudah lama tidak bersikap manja padanya.Dengan lembut Gadis membelai rambut sang kekasihya Rey.

"Apa kamu tahu bagaimama perasaanku,berbulan-bulan aku terbaring di ranjang rumah sakit itu.Kamu tahu bagaimana sedih dan sepinya aku?Dan apakah salah jikalau aku ingin menghirup udara di musim semi ini?Melihat bunga-bunga bermekaran dan kupu-kupu saling bercengkrama sembari menghisap madu."Ceramah Rey panjang lebar seperti Guru Matematika yang menjelaskan rumus trigonometri.

Seketika wajah Gadis menjadi sendu dan matanya berkaca-kaca,ia memeluk erat tubuh Rey erat-erat.

"Rey,seandainya kamu tahu gimana panik dan khawatirnya aku.Aku sangat mencintaimu,dan tak ingin kehilanganmu,sungguh aku tidak ingin itu terjadi".

Usai mendengar lontaran kalimat itu,Rey pun bangun dan mengecup lembut bibir merah milik Gadis.

"Aku akan pulang tapi dengan satu syarat".Ujar Rey selepas mengecup bbir rabun milik Gadis".

"Apapun syaratnya aku turuti,asalkan kamu pulang ke kamar ya.Karena dokter mau memeriksa kondisi kamu".Jawab Gadis menyanggupi syarat yang diajukan Rey.

"Syaratnya adalah kamu harus tetap tersenyum meskipun suatu saat nanti aku udah pergi jauh dari dunia ini".Kata Rey menjelaskan Syarat yang diajukan.

"Baiklah sayang jika itu permintaanmu.aku akan selalu tersenyum.karena syaratnya udah sekarang kita pulang ke kamar ya".Kata Gadis sambil menggandeng mesra kekasihnya.

Semenjak hari itu,Aku  tidak pernah kabur dari kamar.Dan setelah kejadian itu pula Gadis selalu menemaniku,mendongengkan cerita, membuatkan puisi bersajak romantis untukku dan ia juga bernyanyi-nyanyi dengan suara merdu yang hanya untukku.Namun ada yang mengganjal di malam ini Gadis tak kunjung tiba.Dan entah ada apa gerangan Ayah dan Ibu belum juga menjenguk ku.

Aku melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 11 malam.Rumah sakit terasa lebih sepi nan senyap.Akhirnya aku putuskan untuk kabur lagi lagian aku sudah merasa lebih sehat dari kemarin.

Rey pun mengganti kostum dan mengendap-ngendap keluar seperti seorang maling yang takut ketahuan.Dan yes sepertinya malam ini Tuhan berpihak pada ku,karena tidak ada perawat yang berjaga dan satpam bertubuh gemuk itu sedang dilanda kenyenyakan.Aku melangkah menuju taman tempo hari.

Malam ini terasa begitu tenang dan tentram dihiasi cahaya dewi malam,jangkrik enggan berhenti bernyanyi menghiasi suasana indah musim semi di malam hari.Jangkrik mengalunkan sebuah symphony menenangkan siapa saja yang mendengarkan musik orkestara ciptaan sang Jangkrik.

Malam terasa kian larut dalam keheningan,perlahan-lahan sang Jangkrik sepertinya mulai kelelahan mulai merayap ke alam bunga tidur dan tertidur pulas dalam kedamaiaan pelukan malam.

Akan tetapi,disebuah hamparan kecil yang tidak begitu lebat,kunang-kunang tampak asyik bermain dengan gembira ria,saling memancarkan cahaya,melayang dan menari-nari di udara, berkelap-kelip bak mutiara dikerak samudera.

Aku terus duduk ditaman ini,menghirup oksigen kebebasan.Dingin sekali.Inilah kehidupan yang ku dambakan,menjelajahi udara bebas,bernyanyi,dan menari dibawah angkasa malam.

"Sayang,Kamu kok kabur lagi?"

Sontak aku kaget,tiba-tiba sosok Gadis muncul dihadapanku.Aku hanya bungkam dan menunduk tampa menjawab sepatah kata pun.Aku takut dia akan marah.

Kemudian Gadis duduk disampingku.Ada yang mengganjal.Sebab kali ini dia tidak memaksa ku untuk kembali ke kamar seperti yang dilakukan nya tempo hari.

"Ka..kamu datang juga"Kata ku dengan terbata-bata.

"Aku tahu kamu pasti sangatlah jenuh terus berlama-lama berada dikamar itu?Kamu tahu nggak sayang?"

"Tau apa?"tanyaku kepo.

Gadis menghela nafas panjang."Kata dokter berdasarkan hasil pemeriksaan kondisi kamu dinyatakan sudah membaik dan kamu sudah dibolehkan untuk pulang".

"Wah serius?"tanya Rey dengan membulatkan mata tanda tidak percaya.

"Iya serius sayang".Jawab Gadis.

Dan ternyata perkataan Gadis 100% benar.Pagi harinya Bunda,Gadis dan Kaka ku Dewy membawaku pulang dan meninggalkan kamar yang seperti penjara bagiku.Tapi lagi-lagi aku dibuat bingung kenapa Ayah tidak ikut untuk menjemput kepulangan putra tampannya itu.

Aku semakin dibuat ambigu.Saay tiba di halaman rumah mewah ku,semua orang mengenakan baju hitam dan menatap kasihan ke arah ku.Ada apa sebenarnya?

Tak ada jawaban.Lalu kami pun melangkah masuk.Aku kaget,ketika mendapati sebuah tubuh dibalut kain kafan tergeletak di lantai tempat yang biasanya aku dan keluarga ku tertawa riang.Dan lebih kagetnya lagi ketika aku melihat foto Ayah berada diatas keranda itu...Ayah?

"Kamu ngapaian di kamar sendirian?"Tanya Gadis padaku.

Kenapa kamu bawa aku pulang kalau hanya untuk menyaksikan jikalau Ayahku sudah dipanggil oleh Tuhan?"Tanya Rey dengan suara terisak.

"Itu bukan inginku,bukankah kamu sendiri yang kerap kali memaksakan ingin pulang?".Suara Gadis sedikit meninggi.

"Tapi bukan ini yang aku inginkan,apakah kamu pernah merasakan kehilangan seseorang yang sangat berarti dalam hidup mu?Rasanya itu sakit banget.Seperti teriris belati Gadis."Kata Rey dengan suara tak kalah tingginya.

"Aku pernah merakana kehilangan,Aku pernah kehilangan kamu."

"Hah?"

"Iya aku kehilangan sosok Rey yang kuat,tegar,ceria,dan selalu dekat pada Tuhan".

Aku termenung sejenak mendengar apa yang baru saja diucapkan Gadis."Apakah benar aku bukanlah Rey yang dulu?"Tidak aku belumlah hilang,besok kita ke tepi danau seperti biasa".

Setelah mendengar itu Gadis beranjak pergi meninggalkan kamar mewah milik seorang Rey Putra Adiwijaya.

Setelah pertemuan ku dengan Gadis ditepi Danau,Aku selalu terbayang-bayang dengan sosok Gadis.Perkataan lembut nya selalu terngiang-ngiang di telingaku.Gadis mengatakan jikalau kebahagiaan itu sangatlah sederhana.Dan ternyata statemen Gadis benar adanya,di kamar ini aja aku udah bisa merasakan kebahagiaan walau hanya membayangkan senyuman manis Gadis.Bukan hanya itu gadis juga berkata kalau hidup ini harus tetap dinikmati walaupun terasa berat.Sebab hidup itu cuma sekali dan hanya sebentar.

Tiba-tiba tenggorokan ku terasa sakit seperti ada sesuatu didalamnya.Aku merasa mual dan aku pun muntah.

Aku Sungguh kaget dengan pemandangan yang memuntahkan.Darah segar yang begitu banyak membanjiri sprei warna biru.Seketika pula aku tak sadarkan diri.

Sebulan kemudian...
Aku seakan mulai kehilangan separuh nyawanya.Aku memandang ke arah jendela.Disana terdapat sebuah pohon besar,ranting pohon itu sudah mulai patah,dan daunnya pun mulai berguguran dan itu pertanda musim semi akan segera berakhir seperti diriku yang tidak lama lagi aku berpulang.

"Rey sayang..."Panggil Gadis.

"Sayang?Kok kamu bawa kursi roda segala?Mau ngapain emang?"

"Untuk kita jalan-jalan sayang.Biar kamu nggak kabur lagi kaya waktu itu".Ujar Gadis sambil mengecup manis pipi ku.

Rey menunduk.Tak ada kata yang diutarakan.Hanya buliran bening yang mengalir deras dibalik pelupuk sayu milik Rey.

"Rey,ku mohon janganlah menangis,aku tidak kuat melihat air mata mu.Kamu ingatkan besok hari ulang tahun aku?

Rey mengangguk.

"Aku ingat dan aku sudah    menyiapkan kado spesial untuk Gadis ku".Kata Rey sambil mengusap air matanya.

"Baiklah kalau begitu.Kita jalan-jalan sekarang sebelum hujan.Karena sepertinya tidak lama lagi bumi akan diguyur air langit."

Kini Rey dan Gadis sedang asyik menelusuri taman bunga,tampaknya bunga-bunga masih setia bermekaran.

"Rey kamu ingat nggak ?Disini pertama kali kita kenalan sekaligus nyatain perasaan kamu ke aku sambil bawain aku buket bunga mawar merah kesukaanku."Kata Gadis sambil menggandeng mesra tangan Rey.

"Hehehe iya bener yang,banyak banget orang yang lihat kita.tapi aku nggak malu.Karena aku kan laki-laki terhebat kamu setelah Ayah."

"Udah lama pacaran tapi kamu masih aja ngegombalin aku"Usil Gadis.

Tiba-tiba saja langit menumpahkan air tanpa mengisyaratkan terlebih dahulu.Gadis mengajak kekasihnya berlindung dibalik pohon rindang.Rey menggigil kedinginan.
Gadis mulai panik melihat warna bibir Rey yang merah berubah menjadi biru.

"Sayang kamu kuat ya".Kata Gadis dengan mimik panik

"Dingin banget sayang".Balas Rey menahan dingin.

Spontan Gadis melepas hodie yang dikenakan dan mengenakan ke tubuh Rey.Lalu Gadis memeluk Rey sambil.

"Apapun yang terjadi aku akan selalu ada disamping kamu."Kata Gadis dengan suara serak karena nangis.

"Gadis,semua ini udah cukup banget buat Aku, bersama mu saja aku udah bahagia banget."Kata Rey dengan penuh kesedihan,sedang Gadis hanya bisa terus menangis.

Tubuh Rey sudah tidak kuat lagi menahan sakit dan dinginnya guyuran air hujan.Aku ikhlas jikalau hembusan nafasku berada di dekapan Gadis.Aku lemas dan tidak menyadarkan diri.

"Rey kamu adalah segalanya bagiku.Kamu adalah nafasku,Kamu dunia aku Rey.Kalau kamu cahaya maka aku akan setia menjadi pelitanya.Kita akan bersama-sama menerangi dunia."Kata Gadis.Tapi ada sambutan dari Rey.

"Rey?Kamu jangan bercanda.Nggak lucu Rey".Gadis mencoba melepaskan pelukannya.

"Rey ? Kamu kenapa sayang?Bangun Rey! Rey jangan tinggalin aku Rey.Rey..."Duar bagai disambar petir saat tangan Gadis mencari denyut nadi Rey yang sudah terhenti.

Kini telah sampailah Rey pada penghujung usia.Jiwa yang tidak berdaya dan lemah ini telah terbang jauh menuju langit ke tujuh.Sungguh sangat jauh.

Haru duka menyelimuti pemakaman tubuh Rey. Tubuh Rey yang sudah lima tahun menjalin benang-benang asmara.

Gadis masih duduk disamping makam Rey sambil memeluk erat papan nisan yang bertuliskan Rey Putra Adijaya.Sedang yang lain telah pulang.
"Ril kenapa kamy tega ninggalin aku secepat ini?Kamu tahu didalam hati ini selamanya hanya tertulis nama kamu.Nggak ada yang bisa mengganti posisi kamu sayang".Kata Gadis dengan tangisan histeris.

Kini Gadis hanya termenung didalam kamar.Sambil menatap lekat foto-foto kebersamaan ia dan Rey.Sesekali ia memandang sebuah kotak merah yang berisikan cincin sebagai kado yang dijanjikan Rey.

Pesan: Kita sebagai manusia hanya bisa berencana tapi takdir Tuhan yang menentukan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun